Dulu Bella menganggap tantenya adalah orang yang baik, tetapi sekarang dia baru menyadari bahwa itu tidaklah benar. Susan baik kepada Bella hanyalah tampak luar saja, tujuan yang sebenarnya adalah untuk menjilat Edgar.Rainie merasa iri kepada Bela karena merasa ibunya jauh lebih perhatian kepada Bella. Namun tak ada orang selain Bella yang tahu, apabila mereka sama-sama terjatuh, Susan mungkin akan langsung membantu Bella bangun dan menyalahkan lantai yang tidak rata, tetapi kalau Rainie yang terjatuh, Susan akan menangis semalaman.Sewaktu kecil Bella suka sekali dengan makanan manis. Padahal sudah jelas saat itu Bella sudah gemuk dan tidak boleh makan yang manis lagi, tetapi Susan tetap membelikannya. Sementara Rainie, dia suka makanan pedas, tetapi Susan tidak pernah mengizinkannya makan karena itu tidak sehat untuknya. Selain mencegahnya makan, dia juga berpesan keada koki di rumah agar memasak makanan serupa yang lebih sehat.Waktu kecil Bella masih tidak mengerti dan berpikir ka
Tidak hanya sakit hati, tapi juga sedih, karena bagaimanapun juga Bella tetap menganggap Fahrel dan Susan sebagai keluarga dekatnya. Meskipun tahu Rainie yang meracuninya selama ini, Bella tidak bisa membenci om dan tantenya karena mereka tidak tahu apa-apa, apalagi mereka juga sudah keluar banyak uang untuk mencarikan dokter supaya Bella sembuh.Ya, mereka memang memperlakukan Bella dengan baik karena ada motif tersembunyi, tetapi Bella dapat memahami setiap orang pasti punya keegoisan mereka masing-masing. Tidak ada salahnya dengan itu, toh mereka hanya rakyat biasa yang punya kekurangan. Hanya saja, ucapan Susan tadi sudah benar-benar membuat posisinya di hati Bella sebagai keluarga hancur.Di saat seperti ini Susan malah melemparkan semua kesalahan kepada Bella dan ayahnya yang padahal jelas-jelas mereka tidak bersalah. Semua ini adalah kesalahan Rainie, tetapi Susan tidak pernah satu kali pun menyalahkannya. Rasa kecewa yang begitu dalam membuat Bella tak bisa berkata-kata lagi.B
Andaikan Susan bersikeras ingin menahan Bella di sini, Bella bisa pergi kapan pun dia mau. Bella tidak datang sendirian, tetapi dia hanya tidak mau membuat keributan yang tidak perlu. Begitu kembali ke dalam mobil Bella melihat rumah lamanya yang sudah kosong tampak begitu kesepian di tengah kegelapan malam. Semua ingatan di masa lalu langsung membanjiri isi kepala Bella. Dia teringat dengan setiap kisah hidup di masa lalunya. Semua yang terjadi di rumah itu, yang bahagia atau yang kurang bahagia, terbenam dalam ingatan masa kecilnya.“Masih mau di sini lagi sebentar?” tanya Edgar.“Nggak usah,” ujar Bella menggeleng. Mau selama apa pun dia di sana, yang sudah berlalu akan tetap berlalu dan tidak mungkin bisa terulang kembali.“Jalan,” tutur Edgar kepada sopirnya. Lantas, mobil yang mereka naiki perlahan meninggalkan rumah tersebut. Bella tidak kuat menahan perasaannya lebih lama lagi. Dia berpaling dan mendekam di bahu ayahnya dan menangis tersedu-sedu.Edgar hanya bisa mengusap kepal
“Iya … jadi sekarang Rainie ada di mana?”“Dia ada sama Brandon dan teman-temannya. Rainie masih bisa berguna untuk mereka. Rainie masih menyimpan informasi penting yang bisa bisa dipakai untuk menebus semua kesalahannya selama ini.”Di satu sisi, Rainie masih berguna karena dia sudah cukup lama bekerja di bawah organisasi. Di sisi lain, mereka berharap Rainie mau bertobat dan berbuat baik, meski kemungkinan itu sangatlah kecil.“Aku masih nggak menyangka ternyata di sekitarku terjadi banyak banget hal-hal yang menakutkan. Kalau saja waktu itu aku nggak tertular, aku mungkin masih nggak tahu apa-apa.”“Tapi sekarang kamu sudah sembuh total, ‘kan? Masih ada yang nggak enak? Duduk sini, coba Papa lihat.”Mendengar itu, Bella langsung duduk tegak dan membentangkan kedua tangannya. “Aku sudah sembuh total, kok. Coba Papa lihat saja! Kalau aku masih belum membaik, mana mungkin aku dikasih keluar dari rumah sakit. Lagian aku sudah sudah melakukan pengecekan penuh di rumah sakit. Dari hasil t
Dulu setiap kali terjadi hal seperti ini, Bella pasti akan kesal karena ayahnya akan meninggalkannya untuk orang yang lebih penting. Namun sekarang sudah tidak lagi seperti itu. Kali ini Bella mengangguk, dan berkata, “Oke, Pa. Masih ada banyak kerjaan penting yang harus diselesaikan, ya.”“Nggak apa-apa. Papa antar kamu pulang dulu ke rumah,” kata Edgar.Begitu mereka sampai di rumah, Edgar tidak turun dari mobilnya. Dia melihat Bella masuk ke dalam rumah, dan barulah dia menutup pintu. Seketika mobil sudah bersiap untuk berangkat, tiba-tiba Bela berbalik dan berkata, “Papa ….”“Kenapa?”“Aku nggak dapat kabar dari Kak Yuna lagi. Kak Brandon bilang Kak Yuna lagi ada pekerjaan penting, jadi aku nggak mau terlalu banyak tanya. Tapi aku merasa kayaknya Kak Yuna lagi dalam bahaya. Aku nggak bisa tenang. Papa bisa bantu mereka, nggak?”Dari dulu Bella sangat jarang meminta sesuatu kepada ayahnya. Bella lebih terbiasa memendam perasaannya, arena itu dia tidak pernah mengutarakan pendapatnya
Seingat Chermiko, ini baru pertama kalinya dia bertemu Edgar, tetapi mengapa Edgar seperti mengenalinya?Menyadari kebingungan yang Chermiko alami, Edgar menjelaskan, “Pak Liman pernah cerita tentang kamu. Dia bilang kamu berbakat. Kerja yang benar, ya. Jangan menyia-nyiakan harapan dia.”Mendengar itu, Chermiko langsung paham kalau Liman merekomendasikan dia. Hanya saja Chermiko tidak menyangka Liman yang biasa begitu serius dan keras bisa mengatakan hal-hal baik juga di belakang.“Siap!” sahut Chermiko seraya memberi hormat.“Pak Edgar, silakan, sebelah sini,” kata Brandon seraya mengantar Edgar ke ruang kerjanya.Anak buahnya Edgar sendiri yang menuangkan segelas teh untuk Edgar. Edgar sangat jarang makan di luar karena sangat memperhatikan pola makannya. Karena itu juga Brandon jadi curiga apa mungkin ada sesuatu yang tersembunyi di balik penculikannya. Tidak mungkin Edgar yang begitu waspada bisa diculik oleh Rainie hanya dengan cara menggunakan obat.Fakta membuktikan bahwa dugaa
“Dia kukurung di kamar yang ada di halaman belakang. Kamu mau ketemu sama dia?”BRandon pikir Edgar tidak mau bertemu dengan Rainie karena selama ini dia sudah banyak dirugikan olehnya.“Iya, aku mau ketemu dia sebentar!”Tak lama mereka sampai di depan kamar di mana Rainie dikurung. Brandon membuka kuncinya dan masuk duluan. Meskipun kamar itu digunakan sebagai tempat untuk menyekap Rainie, tidak tercium ada bau-bau aneh dan kondisinya juga cukup bersih terawat. Mereka melihat Rainie sedang bersandar di tembok melamun. Sejak beberapa hari terakhir dia terus seperti itu. Dia terlihat tidak bersemangat seperti orang yang baru saja putus cinta. Namun ketika mereka mengajaknya berbicara, Rainie langsung bersemangat seolah tak terjadi apa-apa.Brandon berdiri di antara Rainie dan Edgar untuk menjaga jarak aman antara mereka berdua, lalu dia berkata, “Rainie.”Rainie tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan. Dia masih tetap cuek dan hanya menyeringai, “Kenapa, berubah pikiran? Kalau nggak b
Ternyata Rainie sudah tahu. Dia tahu apa yang sedang ayahnya hadapi, dan tahu apa saja yang sedang terjadi di luar sana, tetapi dia sedikit pun tidak merasa takut atau cemas.Edgar tahu Rainie orang yang dingin, tetapi tidak menyangka ternyata separah ini.“Kamu nggak khawatir sama papamu?” tanya Edgar.“Aku sendiri saja lagi begini, mana sempat aku mikirin orang lain lagi. Lagi pula dia memang bodoh, nggak cocok berbisnis tapi masih memaksa. Di dunia ini yang kuat memakan yang lemah. Dengan kepintaran dia itu, seharusnya dia berterima kasih sama aku bisa bertahan sejauh ini.”“.…”“Omonganku mungkin nggak enak didengar, tapi faktanya memang begitu. Kalau kalian bersimpati sama dia, kenapa nggak lepasin saja? Kalaupun aku memohon ke kalian, memang ada gunanya?”“Tapi dia masuk penjara gara-gara kamu,” kata Edgar.“Apa-apaan! Kalau bukan karena aku, dia sudah dipenjara dari dulu. Om Edgar, dengan kecerdasan papaku yang rendah itu, dia pasti sudah banyak melakukan hal bodoh, kan? Apa sela
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta