“Frans, bawa dia pergi!” seru Brandon.Rainie membuka matanya lebar-lebar menatap Brandon seraya meronta supaya dia bisa melepaskan diri. Tetapi apa lagi yang bisa Rainie lakukan? Tubuhnya ditahan oleh Frans dan mulutnya sudah tertutup rapat oleh selembar lakban sehingga suara yang keluar dari mulutnya hanya sebatas erangan tidak jelas saja.Ketika Frans membawa Rainie keluar dari garasi, tiba-tiba ada seseorang di luar yang berlari ke arah Frans sambil menusukkan pisau ke arahnya. Sayangnya gerakannya terlalu lambat, Frans bisa menghindarinya dengan sangat mudah dan menendangnya.“Akh-!”“Bu Susan?!”Brandon dan Frans mengenali siapa penyerang iut. Pisau dapur yang Susan pegang itu terjatuh ke lantai.“Kalain cepat lepasin Rainie sekarang juga!”“Bu Susan, sepertinya kamu sudah tahu dari awal kalau Rainie belum mati,” kata Brandon.“.…”Susan terus menjaga rahasia ini seorang diri bahkan dari suaminya, tetapi sekarang rahasia itu sudah terbongkar. Sudah tidak ada gunanya lagi dia meny
Maka tanpa berlama-lama lagi, mereka pun langsung masuk ke dalam mobil. ***Shane sudah mulai kesal karena dari tadi tidak melihat ada tanda-tanda Brandon akan datang padahal dia sudah menunggu lama di tengah hutan. Dia panik karena harus berurusan dengan mayat yang baunya busuk ini sendirian. Bahkan meski sudah dibungkus oleh karung pun, bau busuknya masih tetap tercium dengan sangat jelas. Shane sungguh tidak menyangka yang semula berbisnis di dunia parfum, sekarang bisa berada dalam situasi seperti ini.Di tengah kecemasannya itu ketika dia baru saja ingin menghubungi Brandon sekali lagi, dari kejauhan dia melihat ada cahaya dari lampu mobil yang mendekat ke arahnya. Dia merasa mobil itu pasti mobilnya Brandon, karena itu dia langsung melambaikan tangannya. Namun seketika mobil itu makin dekat, Shane mulai merasa ada yang tidak beres. Mobil itu tidak tampak seperti mobilnya Brandon!Mobil tersebut datang beramai-ramai dan terlihat cukup mencolok. Melakukan hal semacam ini bukankah
Selama satu hari penuh Yuna hanya berbaring di ranjang melamun sambil melihat plafon. Dia sudah lama sekali tidak pernah merasa sesantai ini. Selama ini dia sangat sibuk dan tidak pernah istirahat meski sedang hamil sekalipun. Namun sekarang dia dipaksa oleh keadaan untuk bersantai, sampai dia sendiri merasa sangat bosan.Setelah dokter itu menyampaikan pesan kepada Yuna, dia tidak pernah datang lagi. Yuna jadi khawatir apakah dia ketahuan. Akan tetapi Yuna tidak tahu dan tidak bisa melakukan apa-apa di sini. Brandon meminta Yuna untuk menunggu, maka Yuna pun menunggu, tetapi Yuna tidak bisa menunggu saja tanpa melakukan apa-apa. Dia tetap harus mencari kesempatan untuk kabur.Setelah maan dan beristirahat, Yuna memulai aksinya untuk “membongkar” kamar ini. Kaca jendela ditempa sehingga tidak bisa dibobol dengan mudah, tetapi segala macam barang lain yang ada di kamar, satu per satu Yuna rusak. Lantia, tembok, TV, dispenser minum, dan lain-lain, bahkan kamera pengawas juga ikut dirusak
Yuna panik ketika melihat cairan hangat itu keluar dari dalam tubuhnya! Matilah! Seharusnya cairan itu adalah air ketuban. Kalau sampai air ketuban sudah keluar, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.“Tolong ….”Merasa tidak punya jalan lain, Yuna merintih dengan suaranya yang amat lirih, tetapi tidak ada orang yang menjawab. Terpaksa Yuna keluar, tetapi takutnya mereka akan mengira ini lagi-lagi hanya trik saja. Namun tidak ada gunanya berpikir begitu. Sekarang dia harus mengerahkan segenap kekuatan untuk pergi ke pintu masuk dan meminta pertolongan. Tetapi tepat di saat itu juga tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Beberapa orang yang terlihat seperti dokter masuk dan memindahkan Yuna ke tandu, dan ada juga salah satu dari mereka yang menginstruksikan Yuna untuk menarik napas dalam-dalam dengan bahasa Indonesia.Perlengkapan yang mereka bawa cukup lengkap, dan sebelumnya yang datang adalah orang asing, tetapi kali ini yang datang bukan mereka. Berarti sejak awal mereka memang sudah m
Pada kenyataannya, tidak semua hal berjalan sesuai kehendak. Awalnya Yuna sudah memikirkan rencananya dengan sempurna. Selama proses melahirkan, mungkin dia bisa memikirkan cara atau melihat sesuatu yang berguna baginya, tetapi … dia malah keburu pingsan sebelum melahirkan.Rasa sakit yang tak tertahankan membuatnya kehilangan kesadaran. Rasa sakit yang kali ini jauh lebih hebat dari yang sebelumnya, dan ketika Yuna akhirnya tersadar, perutnya sudah rata. Dia sudah terbaring di tempat yang seperti rumah sakit. Sekelilingnya hanya ada tembok putih tanpa ada satu barang lain satu pun. Dia juga sedang diinfus. Kain hitam yang menutupi matanya entah kapan sudah dilepas.Tidak ada apa-apa di sini, lagi-lagi Yuna ditaruh di tempat yang entah di mana keberadaannya. Namun di luar semua itu, yang paling penting … di mana anaknya? Yuna tidak bisa menemukan kedua anaknya, dan perutnya juga jelas sudah dibelah. Terdapat bekas luka jahitan di perut, dan itu membuat dia tidak bisa bergerak dengan le
“Aku mau anakku! Ini terakhir kalinya aku minta!” Yuna lalu melihat sekelilingnya dan berkata dengan wajah muram. “Aku tahu kalian bisa mendengarku!”“Bu Yuna melahirkan anak kembar, satu cewek satu cowok. Mereka sekarang aman, jadi Bu Yuna nggak perlu takut!” kata dokter itu. “Tapi karena lahirnya agak prematur, mereka masih harus dirawat di ruang perawatan khusus. Kalau kondisi mereka sudah lebih stabil, nanti Bu Yuna bisa jenguk mereka.”Yuna tidak sepenuhnya percaya ketika mendengar itu, dia masih sedikit ragu dengan mereka dan bertanya, “Serius?”“Iya,” jawab dokter satunya lagi. “Yang paling penting sekarang adalah menjaga kesehatanmu. Cuma dengan begitu kamu bisa menemui anakmu.”“Aku nggak percaya. Aku mau melihat anakku sendiri langsung! Kalau aku nggak melihat anakku, aku mati saja sekarang!”Kedua dokter itu pun saling bertukar pandang. “Ini … Bu Yuna, kami butuh izin dulu dari atasan.”“Silakan, aku tunggu kalian!”Yuna tidak bergerak sedikit pun atau mengalah terhadap tunt
“Bu Yuna ….”Ketika kedua dokter itu baru saja akan mengatakan sesuatu, pintu kamar terbuka lebar, dan seorang pria yang berjalan dengan tongkatnya masuk.“Kamu mau ketemu aku?”Melihat itu, kedua dokter itu langsung membuka jalan untuknya. Yuna kembali berbaring di atas kasurnya dengan ekspresi wajah yang datar. Dia mengatur posisi badannya dan berkata, “Bukan kamu yang kumaksud.”“Oh ya? Tapi tadi kamu bilang …. Mungkin aku yang salah dengar.”“Nggak, kamu nggak salah dengar, aku juga nggak salah ngomong. Aku bilang mau ketemu dengan pimpinan kalian, dan orang itu jelas bukan kamu!” kata Yuna seraya menatap lurus ke plafon. Mungkin menatap plafon ini bisa dibilang adalah keahlian barunya yang baru dia dapatkan selama beberapa hari ke belakang. Yuna sanggup menatap plafon tanpa berkedip untuk waktu yang sangat lama.Pria itu mengangkat bahunya. Dia memberikan isyarat melalui matanya kepada salah satu dokter, dan dokter itu segera membersihkan noda darah yang terciprat, menusukkan kemb
Fred langsung terdiam dan tampak sedang berpikir keras. Benar seperti yang tadi Yuna katakan, dari sekian banyak peneliti di sini tidak ada satu pun yang sanggup merampungkan R10 untuk waktu yang begitu lama, maka dari itu mereka membutuhkan Yuna, karena berdasarkan semua informasi yang mereka kumpulkan, hanya Yuna seorang yang bisa. Benar saja, ketika hasil penelitian R10 keluar, Yuna telah berhasil. Akan tetapi … bahkan Yuna juga tidak bisa memastikan apa saja efek samping yang akan muncul ketika R10 itu digunakan ke manusia.“Aku nggak mau buang-buang tenaga terlalu banyak ngomong yang nggak perlu. Kita berdua sama-sama sudah tahu kalau kamu bukan yang mengambil keputusan akhir. Kalau begitu, langsung saja kasih tahu ke atasan kamu, aku nggak keberatan menunggu, tapi kesabaranku ada batasnya. Aku bisa dengan mudah merusak badanku sendiri kalau aku mau!”“.…”Fred menatap tajam Yuna dengan wajah muramnya, tetapi harus diakui, saat ini dia tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Yuna. D