“Kalau memang kamu mau, kamu harus ambil semua kesempatan yang ada!” ujar Lawson sebelum dia mengakhiri panggilan.Valerie masih memutar otak apa yang dimaksud dari ucapan Lawson itu, tapi sesaat kemudian dia mendapatkan pesan yang berisikan sebuah alamat yang berlokasi tak jauh dari labnya! Seketika itulah Valerie baru sadar bahwa Lawson sudah tiba di Suba!Tangan yang Valerie gunakan untuk menggenggam ponselnya gemetar tak terkendali. Dia sungguh tidak menyangka Lawson akan kembali secepat ini. Valerie ingin menolak ajakannya, apalagi tempat mereka berada saat ini adalah Suba, bukan Argana, bisa saja Valerie berpapasan dengan orang yang dia kenal di jalan. Selain itu, Logan juga ada di sini. Apabila dia memergoki Valerie bersama dengan Lawson, maka ….Terlepas dari semua itu, Valerie menyadari satu hal yang pasti. Lawson memang sekilas terlihat seperti orang yang santai dan mudah untuk mengumbar janji, tapi sebenarnya dia orang yang kejam. Jika Valerie tidak mengikuti kemauannya, itu
Valerie ingin sekali melarikan diri di saat seperti ini, tapi dia hanya berdiri di tempat seolah ada paku yang tertanam di kakinya.“Lawson ….”Tiba-tiba Lawson membuka matanya lebar-lebar dan menatap tepat ke arah bola mata Valerie. Valerie yang lengah tiba-tiba menjerit terkejut dan spontan melangkah mundur. Lawson hanya tertawa melihat Valerie ketakutan, lalu dia perlahan bangkit dan membuang benda-benda yang berserakan di mejanya ke tong sampah.Perlahan Lawson mendekati Valerie, sementara Valerie mundur selangkah demi selangkah hingga terbentur tembok dan tidak ada jalan lain untuk melarikan diri.“Lawson! Jangan …,” ucap Valerie seraya memalingkan wajahnya ke samping dan menutup kedua matanya.Lawson mendesak Valerie hingga dia terjepit di antara tembok dan tubuhnya, lalu tersenyum padanya dan berkata, “Apa yang kamu takutin?”“A-aku … aku nggak takut,” jawab Valerie tergagap.“Oh, begitu?” sahut Lawson seraya mengangkat dahu Valerie dan memaksa Valerie untuk menatap dirinya, “Bu
Valerie tampak kebingungan melihat Lawson mendadak malah menyalakan sebatang rokok dan melihat pemandangan di luar dari balkon kamarnya. Valerie masih tidak mengerti untuk apa Lawson memanggilnya kemari dan membuat dia menyaksikan semua itu.Ketika melihat tampak samping wajah Lawson, Valerie kembali teringat dengan adegan yang membuatnya merinding barusan. Dia hanya berdiam di tempat dengan baju yang setengah terbuka tanpa mengatakan sepatah kata pun.Setelah mengisap separuh rokoknya, Lawson membalikkan badan dan menatap Valerie dari ujung kepala sampai ujung kaki. Valerie tidak tahu apakah di saat seperti ini dia harus merasa senang atau sedih. Ketertarikan Lawson terhadap tubuhnya sudah menghilang, lantas apakah itu berarti akhirnya Valerie bisa bebas dari siksaan ini dan memperoleh kebebasan, tapi di saat yang sama kerja sama di antara mereka berdua berakhir? Jika memang begitu, bagaimana caranya Valerie bisa mendapatkan apa yang dia mau?Valerie spontan memeluk Lawson dan membena
“Oh? Kamu kenal orangnya?” tanya Lawson penasaran.“Kamu pernah ketemu sama dia! Kamu masih ingat sama yang namanya Yuna?””Saingan cintamu?”Bayang-bayang wajah cantik Yuna seketika muncul di benak Lawson. Sejujurnya, pertemuan pertama Lawson dengan Yuna meninggalkan kesan yang begitu dalam bagi Lawson. Lawson memang ada niat untuk mendekatinya, tapi untuk sementara, kesempatan itu masih belum datang.“Saingan cinta? Haha! Dia nggak layak jadi saingan cintaku! Tapi kalau mau ganti selera, harusnya dia lumayan juga.”Lawson sedikit pun tidak tertarik dengan persaingan cinta antara perempuan, tapi dia cukup tertarik jika berkaitan dengan kepuasannya sendiri.“Dia memang lumayan, tapi setahuku, dia sudah bukan karyawan VL lagi. Sekarang kalian berdua kan musuhan. Kamu yakin bisa ngebujuk dia?”“Memangnya cara buat dapetin cewek cantik cuma ngebujuk? Kalau kamu memang mau dia, aku punya banyak cara.”“Tapi aku sudah bilang. Aku nggak suka maksa orang lain ….”“Lawson, tadi kamu sendiri ya
Awalnya Valerie tidak terlalu memperhatikan karena merasa gugup dan takut, tapi setelah diperhatikan baik-baik, dia baru menyadari tubuh Lawson terlalu kurus. Tentu Valerie sudah tahu alasan apa yang membuat dia seperti itu.Dengan menyentuh benda-benda seperti itu, Lawson sama saja sudah menginjakkan satu kakinya di kubagan lumpur. Valerie tidak tahu apakah suatu hari nanti terjadi sesuatu padanya, atau berapa lama lagi Lawson bisa bertahan di industri ini. Bergantung padanya pun bukan rencana yang bisa bertahan untuk jangka panjang.Dulu Valerie berpikir asal berhasil mendekati orang terkenal, semua urusannya pasti akan lancar selama hubungan itu tetap terjaga. Namun, kenyataan pahit memberikan sebuah tamparan baginya agar dia tersadar kalau itu tidak benar.Seorang manusia dewasa tidak bisa bergantung pada pohon yang sudah mati.Valerie sudah bertekad untuk tidak menaruh harapannya pada Logan seorang, jadi tentu saja dia juga tidak mungkin menaruh semua harapannya pada Lawson. Dia h
Logan segera memeluknya dari belakang dan meminta maaf, “Val, kamu jangan marah! Iya, ini salahku! Aku nggak sepantasnya marah-marah ke kamu. Aku nggak cuma sayang sama anak kita. Kamu sama anak kita sama pentingnya di hatiku,” jelas Logan sambil mencium belakang leher Valerie, “Kalau kamu nggak percaya, lihat saja!”Logan mengeluarkan sebuah kotak bermotif brokat. Sebenarnya dia ingin mengadakan lamaran yang lebih formal, tapi di saat seperti ini, tanpa banyak pikir dia langsung mengeluarkannya untuk menenangkan hati Valerie.Valerie menyaksikan langsung di hadapannya saat kotak itu terbuka. Di dalamnya berisi cincin berlian yang berkilauan. Seketika tetesan air matanya pun berhenti.Sambil memegangi kotak cincin itu, Logan berlutut di depan Valerie dan berkata padanya, “Val, aku tahu kamu sudah ngebantu aku banyak banget selama kita hidup bareng. Aku sadar itu bukan hal yang mudah. Makanya, tolong kasih aku kesempatan untuk jagain kamu dan anak kita. Biar aku yang manjain kamu seumur
Yuna sudah mengabari Brandon dari pagi karena hari ini dia akan lembur. Semula, Yuna berpikir Brandon tidak akan mengizinkannya, tapi ternyata, Brandon malah mengizinkan Yuna bekerja semalam di lab tanpa merasa keberatan. Yuna mengira dia salah dengar, tapi dia tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu dan langsung fokus ke pekerjaannya.Ketika produknya rampung malam ini, akhirnya Yuna bisa mengambil cuti beberapa hari untuk istirahat sekalian menemani Brandon. Oleh karena itu Yuna terus memeriksa setiap langkah agar tidak terjadi kesalahan.Stella merasa jauh lebih segar setelah membasuh wajahnya dengan air dingin. Ketika dia baru berjalan beberapa langkah keluar dari toilet, dia melihat bayangan seorang pria yang menenteng kantung besar di kedua tangannya. Tubuhnya yang tinggi besar itu sedang berlari ke arah … lab?!“Tunggu!” seru Stella sambil berlari mengejar pria tersebut dan berhasil menghadangnya. “Siapa kamu? Ada urusan apa kamu kemari?!”Perbedaan tinggi badan di antara merek
“Ini ….”Seketika itu Stella baru merasakan ada sesuatu yang janggal.“Hari ini cuacanya tiba-tiba dingin. Ini ada jaket dan selimut, terus ada juga beberapa makanan kecil. Tolong kasih dia,” kata Frans menyerahkan kantung itu kepada Stella, tapi Stella hanya diam saja, jadi Frans menggantungkan kantung itu di tangan Stella dan langsung pergi. Yang penting tugasnya sudah selesai, tidak masalah juga jika tidak bertemu langsung dengan Yuna.“Eh, ini ….”Stella langsung memanggil Frans ketika dia tersadar dari lamunannya, tapi langkah kaki Frans yang besar sudah membawanya masuk ke dalam lift.Dengan raut wajah kebingungan, Stella membawa kedua kantung itu ke lab, dan di sana dia melihat Yuna masih fokus mengerjakan sampelnya.“Pesanan sudah sampai,” seru Stella.Yuna yang mendengar itu membalikkan kepalanya dan terkejut ketika melihat Stella membawa dua kantung besar di tangannya.“Bukannya tadi kamu cuci muka? Kenapa jadi bawa makanan?”Mana ada toko yang mengantarkan makanan secepat it