Setelah pembicaraan dengan Shane di telepon berakhir, Brandon sudah tidak mengantuk lagi. Dia dan Frans melanjutkan perjalanan mereka menuju rumahnya Rainie, dan pas saat itu hari sudah mulai terang.“Pak Brandon di sini saja, biar aku yang masuk,” ucap Frans. “Kita harus membawa Edgar pergi secepat mungkin.”“Nggak, kamu nggak akan bisa bawa dia pergi,” kata Brandon. Dia tahu betul seperti apa sifat Edgar. Edgar sudah punya pemikiran dan rencananya sendiri. Brandon saja tidak akan bisa membujuknya jika tidak punya alasan yang cukup kuat, apalagi Frans dan anak buah lainnya. Lagi pula waktu mereka juga tidak banyak, mereka tidak bisa membuang waktu hanya untuk membujuk Edgar saja.Brandon segera turun dari mobil dan mengenakan masker untuk menutupi wajahnya, lalu menyuruh Frans untuk ikut masuk bersama diikuti oleh dua orang lainnya di belakang. Mereka berempat masuk ke garasi rumah Rainie. Mereka dengan mudahnya menyelinap dan membuka pintu garasi dengan suara yang seminimal mungkin u
” Kerja sama? Sama kamu? Kerja sama bagaimana?”“Aku punya sumber daya dan teknologi, kamu cukup sediakan modal dan tenaga kerja saja. Selama kita berdua bersatu, aku yakin organisasi itu juga pasti kalah.”“Kamu dan Shane juga sekarang bekerja sama?”“Oh, jelas!” jawab Rainie tanpa ada yang dia tutupi, tetapi kemudian dia menyeringai dan melanjutkan, “Tapi dia nggak berguna. Aku dari awal sudah menduga dia nggak akan banyak berguna, tapi kamu berbeda dari dia. Kamu lebih kaya, lebih kuat, dan … lebih pintar!”“Di mana kamu sembunyikan Edgar?”“Sudah pasti di suatu tempat yang aman. Rumahku ini nggak ada kamar yang punya penjagaan ketat, terlalu gampang ketahuan kalau aku terus taruh dia di sini. Aku taruh dia di sini cuma untuk sementara saja. Lagi pula aku juga sudah terlanjur kasih tahu tempat ini ke si bodoh Shane itu, masa aku cuma diam saja menunggu kalian datang?”“Hmph, pintar juga kamu ternyata,” kata Brandon memuji.“Jelaslah. Jadi gimana? Mau bekerja sama denganku? Kita berd
“Jadi kamu sengaja minta Shane untuk mengubur mayat itu?”“Oh, jelas. Dia itu nyalinya kecil. Dia pasti takut virusnya bakal menyebar. Selama di organisasi, dia sudah banyak ngelihat virus yang punya tingkat penularan tinggi dan seberapa parah dampaknya, makanya aku yakin dia nggak mungkin berani ngubur mayat itu sendirian. Dia pasti akan minta bantuan kamu. Tapi aku penasaran, kamu mau bantu dia dulu, atau cari Edgar dulu. Oh ya, aku lupa kamu punya bantuan. Dengan kekayaan Setiawan Group yang sebesar itu kamu pasti punya bala bantuan, tapi Edgar beda, sampai harus kamu sendiri yang turun tangan.”“Jadi, mayat itu nggak akan bisa menular?” tanya Edgar.“Nggak, bukan begitu. Aku juga nggak tahu soal itu.”Edgar mengerutkan keningnya menatap Rainie. Dia tidak mengerti apa maksud dari ucapan Rainie itu. Kemudian Rainie pun melanjutkan ucapannya, “Aku cuma bertugas untuk meneliti, terkait gimana hasilnya dan apa perubahan yang terjadi ke depannya itu bukan berada dalam kendaliku. Lagi pul
“Kalau kamu mau bekerja sama, baru aku kasih tahu. Mau gimanapun juga, dia itu kartu as untuk bertransaksi dengan organisasi, nggak mungkin aku kasih dia ke kamu secara cuma-cuma.”“Kenapa kamu jadikan Edgar sebagai kartu as kamu?” tanya Brandon. “Apa keuntungan yang kamu dapat dari itu, atau tepatnya … apa keuntungan yang organisasi itu dapat begitu mereka mendapatkan Edgar”“Kamu nggak usah banyak tanya soal itu. Pokoknya kamu bakal tahu nanti kalau waktunya pas. Aku juga harus punya kartu as supaya aku bisa unggul. Iya, ‘kan?”“Jadi kamu benar-benar nggak mau kasih tahu di mana Edgar sekarang?” tanya Brandon sekali lagi.Rainie kali ini sudah mulai habis kesabarannya, dia berkata, “Sudah kubilang, nanti kamu juga ….”Namun sebelum Rainie selesai berbicara, Brandon tiba-tiba mencengkeram kerah bajunya dengan gerakan yang begitu cepat sampai-sampai Rainie tidak sempat bereaksi. Brandon bahkan sampai mencekik lehernya.“Kamu masih nggak mau ngomong juga?”Semula Rainie sempat sedikit k
Seketika itu Brandon langsung terdiam. Dia merasa sangat ketakutan mendengar itu. Dia sudah pernah melihat langsung seperti apa virus yang ada di tubuhnya Chermiko itu. Beberapa hari terakhir dia juga terus berada di rumahnya Juan dan menyaksikan sendiri seperti apa kesakitan yang disebabkan oleh virus tersebut, tidak hanya kepada Juan, tetapi juga kepada para pelayan rumahnya. Gejala yang dirasakan oleh para pelayan itu terbilang cukup ringan, tetapi itu sudah cukup untuk membuat mereka merasa kesulitan. Belum lagi ada gejala susulan yang mungkin saja terjadi. Bahkan sekarang Bella juga sudah tertular, dan entah masih ada berapa banyak lagi orang yang akan tertular.Namun paling tidak, untuk sekarang Brandon tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Kenzi. Saat ini Kenzi mungkin tidak menunjukkan gejala yang membahayakan, tetapi bagaimana dengan orang lain?Rainie tertawa puas melihat keraguan yang terlihat dari Brandon. Dia tahu dia telah berhasil menyerang titik lemahnya. Akhirnya dia ber
“Rainie, aku bisa bikin hidup kamu menderita! Aku tahu tentang kematian palsu kamu itu, tapi kali ini kamu nggak akan seberuntung itu!”“Brandon, kamu pikir aku takut mati? Kalau kau mati, akan ada berapa banyak yang ikut mati bareng aku? Aku rasa itu sepadan dengan pengorbananku!”“Kamu ….”Brandon tidak bisa berkata-kata lagi. Hingga detik ini dia akhirnya mengerti mengapa selama ini Shane menganggap Rainie itu orang gila. Tidak hanya gila, tapi Rainie adalah orang yang paling gila di antara orang gila lainnya. Dia sama sekali tidak takut dengan ancaman, kematian, ataupun penyiksaan. Brandon sudah kehabisan akal untuk menghadapinya.“Lebih baik kamu pikir lagi baik-baik untuk bekerja sama denganku! Dunia ini terus maju dan selalu berubah. Orang zaman dulu mana pernah kepikiran suatu hari akan ada pesawat dan roket yang bisa membawa manusia ke bulan? Sejak kapan mereka pernah berpikir akan ada teknologi semaju sekarang? Sebentar lagi robot juga akan menggantikan manusia. Nggak ada yan
Brandon tahunya selama ini Juan sedang sakit, jadi dia otomatis menganggap yang menghubunginya itu adalah Chermiko. Ketika Brandon memanggil namanya, Rainie juga langsung menoleh seperti sedang menunggu apa yang akan mereka bicarakan. Akan tetapi, yang terdengar dari telepon itu adalah suara serak yang tentu sudah tidak asing lagi siapa pemiliknya.“Dasar anak kurang ajar, manggil siapa kamu?”Brandon kaget ketika mendengar suara Juan. Dia tidak menyangka Juan sudah pulih, dan dari suaranya itu dia terdengar cukup fit.“Pak … Pak Juan??” Brandon bertanya sekali lagi untuk sekadar memastikan, khawatir tadi dia salah dengar.“Pak-nya sekali saja cukup, nggak perlu dua kali! Hey, kutanya kamu, kamu lagi ngapain sekarang? Sudah nggak mau sama Kenzi lagi?”Meski tidak bertemu tatap muka secara langsung, dari suaranya itu Brandon yakin Juan sudah baik-baik saja.“Pak Juan sudah sembuh? Maksudku, penyakitnya sudah benar-benar hilang?”“Menurut kamu? Aku sudah banyak mengalami penyakit yang le
“Iya, sudah!” jawab Juan dengan sedikit emosi. “Kamu pikir aku ini siapa? Jangan lupa, aku ini dokter sakti! Kalau cuma virus remeh ini saja aku nggak bisa, apa gunanya reputasiku selama ini?”Brandon bisa menghela napas lega begitu dia mendengar jawaban yang tegas dari Juan. Dia percaya padanya, hanya saja sebelum ini Juan pingsan dan kondisinya sangat lemah, makanya Brandon sangat khawatir. Belum lagi pada saat itu mereka masih belum pasti apakah ini virus atau parasit. Namun kini berhubung Juan sudah sehat, maka Brandon pun tidak perlu merasa cemas lagi.“Oke, aku ngerti! Aku masih ada urusan di luar, gimana kalau ….”“Ngerti apaan kamu! Aku mau tanya, sebenarnya kamu dan Yuna lagi ngapain? Kapan kalian pulang?”“Urusannya belum selesai, aku masih perlu waktu.”“Kamu sih terserah, tapi Yuna sudah berapa hari nggak ada kabar. Dia ngapain, sih?”Racunnya sudah hilang dan sekarang tubuh Juan mulai pulih sedikit demi sedikit. Dia baru ingat kalau sudah lama dia tidak mendapat kabar dari