Di tengah teriknya siang hari, Bella malah merasa tidak bersemangat. Dia mondar mandir di dalam kamarnya sambil sesekali menggosokkan kedua tangan untuk mengurangi rasa cemasnya. Meski dia menaruh kepercayaan penuh kepada Yuna, sebentar lagi sudah tengah hari tetapi Yuna masih tak datang juga. Bahkan Yuna juga tidak bisa dihubungi. Bella jadi tidak tahu apa yang terjadi padanya, dan terlebih lagi dia juga tidak tahu apakah ayahnya masih bisa sadar kembali atau tidak.Di saat itu seseorang datang mengetuk pintu, dan refleks Bella pun menjawab, “Siapa?!”“Non Bella,” jawab si pelayan.Bella menatap sekilas ayahnya yang masih tertidur tak sadarkan diri di atas kasur, lalu dia membukakan pintu dan bertanya kepada si pelayan yang datang, “Ada apa?”“Non Bella, saya baru saja memasang kabel teleponnya kembali. Dari tadi ada telepon masuk terus nggak berhenti-berhenti. Apa sebaiknya … Non Bella coba angkat sebentar?”Setiap hari dari pukul sepuluh malam hingga delapan pagi kabel telepon rumah
Brandon tidak kaget melihat kekecewaan yang terpampang jelas di raut wajah Bella, karena sebelumnya dia dan Yuna sudah berjanji akan datang, tapi sayangnya yang bisa datang hanya dia seorang saja. Brandon bisa membayangkan, Bella pasti sudah berjuang setengah mati untuk menutupi apa yang terjadi kepada ayahnya.“Kak Yuna nggak datang? Bukannya dia sudah janji bakal datang tadi pagi, tapi sampai jam segini dia …. Aku telepon juga nggak diangkat. Apa mungkin terjadi sesuatu sama Kak Yuna?”Yuna adalah orang yang sangat dipercaya oleh Bella. Dia bisa melihat ada racun yang menjangkit tubuh Bella dan mampu menyembuhkannya, maka itu Yuna tidak mungkin mengingkari janjinya. Bahkan dengan kondisi Edgar yang sudah seperti ini pun, meski Yuna sudah mengatakan kalau dia tidak bisa menyembuhkan, dia sudah berjanji akan berusaha semaksimal mungkin.“Dia lagi ada sedikit masalah,” kata Brandon. “Makanya dia nggak bisa datang, tapi kamu jangan khawatir. Dia sudah membuat obat untuk papamu dan minta
“Itu efek dari racun yang ada di badannya,” kata Brandon. “Dari luar sekilas kelihatan seperti nggak ada bedanya sama orang normal, tapi dampak negatif terhadap tubuh sebenarnya berbahaya banget.”Dengan kata lain, racun, virus atau apa pun itu yang ada di dalam tubuh Edgar terus memakan energi, lemak, otot, darah dan lain-lain yang tersisa di tubuh inangnya selayaknya parasit. Ketika semua energi sudah terserap habis, maka sang inang bisa saja mati. Tentu saja semua itu Yuna yang memberi tahu. Di tengah kesibukannya, dia mengatakan apa pun yang melintas di kepalanya. Untungnya tingkat pemahaman Brandon cukup kuat, sehingga dengan informasi yang terkesan berantakan dan tidak beraturan itu, dia masih bisa menggabungkannya dan kurang lebih mengerti apa inti yang ingin Yuna sampaikan.“Jadi sekarang kita harus gimana?” tanya Bella dengan khawatir. “Aku nggak mau terjadi sesuatu sama papaku. Dia harus selamat!”Seketika itu Bella tak bisa lagi menahan laju air matanya. Ibunya sudah lama me
“Ini ….”“Coba pakai air,” usul Brandon.Bella pun langsung mengambilkan segelas air hangat dan memasukkan pil itu ke dalam gelas, air yang semula bening perlahan mulai berubah menjadi kecoklatan karena obatnya larut di dalam air.“Kalau begini apa nggak berpengaruh ke khasiatnya?” tanya Bella khawatir dia telah melakukan kesalahan yang malah membuat efek obatnya berkurang.“.…”“Kak Brandon ...?”“Tunggu sebentar, biar aku telepon Yuna.”Pertanyaan Bella tadi yang membuat Brandon berpikir untuk memastikannya dengan Yuna, karena dia sendiri juga tidak terpikirkan apakah khasiatnya akan berubah apabila dilarutkan dalam air. Berdasarkan pemahaman yang Brandon miliki, baik itu dalam bentuk pil bulat atau yang sudah dilarutkan dalam air, selama bisa dicerna maka khasiatnya pasti akan sama saja. Namun tetap saja dia bukan dokter, dan pertanyaan dari Bella tadi membuatnya berpikir dua kali. Ketika sesuatu sudah bersangkutan dengan keselamatan nyawa orang lain, tidak ada salahnya berhati-hati
Butir obat itu masuk ke dalam tenggorokan Edgar dan terus sampai ke lambungnya. Bella sempat khawatir ketika obat itu tertelan, tetapi kemudian dia merasa lega karena ayahnya tidak tersedak.“Ambilkan air!” seru Brandon dengan satu tangan masih memegang leher Edgar. Dia mengambil segelas air yang diberikan oleh Bella dan langsung menuangkannya ke dalam mulut Edgar. Walau sedikit berceceran, setidaknya sebagian besar air berhasil masuk.Apa pun yang terjadi, paling tidak obat itu sudah masuk ke dalam tubuh Edgar, dan sekarang mereka hanya bisa berharap dapat hasil yang positif.“Papa kapan akan sadar?” tanya Bella.“Aku nggak bisa bilang pasti.”Yuna tidak mengatakan butuh waktu berapa lama Edgar akan siuman setelah memakan obatnya. Dia hanya berpesan untuk terus memantau kondisi Edgar sambil mengamati reaksinya. Bagaimanapun juga virus ini jarang ditemukan dan Yuna tidak ada di tempat untuk melihat langsung perkembangan situasinya.Selama beberapa saat suasana di dalam kamar itu masuk
Saat melihat dokter datang untuk memeriksa keadaan istrinya, Fahrel jadi teringat dengan Edgar dan langsung datang untuk menjenguk. Kalau Bella takut keadaan yang sedang menimpa Edgar saat ini tersebar luas ke masyarakat, bukankah dia tinggal mencarikan dokter yang bisa dipercaya untuk menjaga rahasia?Hingga detik ini, Bella hanya Bella bahwa Edgar terkena virus atau racun misterius. Terkait apa racunnya dan bagaimana dia bisa terjangkit, tidak ada yang tahu pasti. Namun ketika dipikirkan lagi dengan saksama, Fahrel merasa ada sesuatu yang janggal. Dia sampai berpikir berulang kali sebelum memutuskan untuk datang kesekian kalinya, untuk melihat apa lagi yang Bella sembunyikan darinya.“Om, sebentar lagi Papa pasti sembuh. Tolong bersabar sedikit lagi saja!” ujar Bella meyakinkan, sembari berusaha untuk mengantar Fahrel pergi dari rumahnya sesegera mungkin.“Serius? Kamu yakin? Amu tahu dari mana sebentar lagi papamu bakal sembuh, memangnya dokter yang bilang begitu?”“Iya, dokter yang
Merasa tak bedaya dalam menghasut Bella dan didahului oleh sainga bisnis, Fahrel langsung mengamuk dan berkata, “Dasar anak sial*n, kamu sudah berani melawan om kamu demi membela orang luar?”“Om, aku berbuat seperti ini demi kebaikan papaku sendiri!” kata Bella sambil membentangkan kedua tangannya untuk melindungi sang ayah di belakangnya. “Papa baru saja makan obatnya dan sebentar lagi seharusnya sudah sembuh. Di saat penting seperti ini aku nggak mau terjadi sesuatu yang nggak diinginkan!”“Makan obat? Obat apa memangnya? Jangan-jangan obat yang dia bawa? Kamu sepercaya itu sama dia? Atau cewek yang waktu itu datang yang bilang ke kamu?”Seketika itu Fahrel teringat dengan Yuna. Istrinya sendiri juga pernah membahas soal Yuna, tapi pada saat itu Fahrel tidak begitu menganggap serius ucapannya. Namun ketika dilihat dari situasi sekarang ini, sepertinya Yuna itu sudah berhasil mencuci otak Bella.Tidak membantah ataupun mengaku tuduhan yang diberikan oleh Fahrel, Bella hanya menjawab,
Merasa sesuatu yang buruk sebentar lagi akan terjadi, Bella langsung berlari merebut ponselnya dari tangan Fahrel. “Om jangan membuat masalah ini tambah rumit lagi!”“Kondisi papa kamu yang sekarang lagi nggak bisa menjaga kamu, jadi biar aku sebagai om kamu yang mengambil alih!”“Bella, biarkan saja dia!” seru Brandon tiba-tiba, sekaligus melerai perdebatan antara keponakan dan paman yang tiada habisnya itu.“Kak Brandon?” sahut Bella terheran.“Apa maksudmu?” Fahrel pun ikut bertanya-tanya. Fahrel sedikit pun tidak percaya pada Brandon, tetapi dia merasa ada sesuatu yang janggal ketika mendengar Brandon berkata demikian. Bagi Fahrel yang terpenting saat ini adalah proyek vaksin yang sedang dia tangani. Dia tidak mau terjadi kesalahan sedikit pun dan dia harus menjamin semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Begitu vaksinnya sudah resmi masuk ke seluruh negeri, dia akan mendapatkan untung banyak, dan di saat itu dia sudah tidak perlu takut kepada siapa pun lagi.Dengan keuntungan yan