Pria pendek itu tertawa menanggapi pertanyaan Yuna dan membalas, “Soal itu kamu nggak perlu khawatir. Bisa saja kamu atau aku, atau siapa pun yang cukup pintar, tapi yang pasti bukan sekumpulan manusia bodoh di luar sana.”“Jadi kamu merasa diri kamu sendiri pintar?” tanya Yuna tanpa menutupi kebencian yang terasa dari ucapannya.“Oh, jelas! Bukankah semua kejadian yang terjadi baru-baru ini menjadi bukti? Semua itu terjadi karena buah dari pemikiranku. Dunia ini jadi kacau balau karena rencanaku. Kalau bukan kamu yang datang mengacau, percayalah, rencanaku sudah terwujudkan sejak lama!”Dipikir-pikir memang sangat disayangkan, andaikan saja dari awal dia sudah mengajak Yuna untuk bekerja sama, mungkin semuanya akan berjalan lancar tanpa kendala. Hanya saja pada saat itu dia tidak menyangka Yuna begitu berpengaruh. Dengan perginya Yuna dari lab waktu itu, mereka kekurangan orang yang bisa menggabungkan wewangian dengan obat, alhasil rencana mereka jadi terhambat hingga sekarang. Yuna a
“Nggak bisa!” Yuna menolak tegas. “Aku masih punya pekerjaan, keluarga, dan teman di luar sana. Kalau aku serahkan HP-ku, gimana aku bisa menghubungi mereka nanti? Aku datang ke tempat ini untuk membantu kalian, bukan untuk menjadi tawanan. Lagi pula, HP itu adalah privasi setiap orang, mana mungkin aku serahkan ke orang lain, terutama kamu. Dan dari mana aku bisa tahu kalau kamu berjanji nggak akan menyakiti keluargaku. Aku harus tetap bisa memastikan keamanan mereka setiap saat!”“Nggak usah berpikir berlebihan,” kata pria itu. “Berhubung kamu sudah bersedia untuk bekerja sama dengan kami, sudah pasti kami akan memperlakukan kamu seperti rekan sendiri. Apa juga untungnya bagi kami dengan mempersulit kamu, dan kami juga nggak punya kepentingan untuk menyakiti keluargamu. Kami juga nggak mau terjadi masalah yang nggak perlu.”“Bercanda! Apa penduduk nggak bersalah yang kalian jadikan korban masih kurang banyak? Kalau kalian nggak percaya padaku, kenapa aku harus percaya pada kalian? Ka
Yuna dan Shane turun menggunakan lift lain. Awalnya Yuna pikir dia akan langsung dibawa ke laboratorium tempat dia akan bekerja nanti, tapi ternyata Shane membawanya ke ruang istirahat terlebih dahulu.Sepanjang perjalanan, Yuna mengamati banyak kamera pengawas yang ditempatkan di setiap sudut ruangan. Yang terlihat saja entah sudah berapa banyak, belum lagi kamera yang tersembunyi. Dengan kata lain, siapa pun yang bekerja di tempat ini akan terus diawasi dan hidup berada di bawah pengawasan mereka setiap saat.Shane hanya mengantar Yuna tanpa berbicara sepatah kata pun. Dalam situasi yang sunyi senyap itu mereka berpindah lantai, lalu naik dan tibalah di sebuah kamar. Sampai momen di mana Shane membukakan pintu kamar tersebut dengan sandi, barulah dia berbicara kepada Yuna menyuruhnya untuk masuk.Dengan sedikit keraguan, Yuna melihat apa saja yang ada di dalam kamar itu. Di dalam hanya ada beberapa perabotan yang tua dan sederhana tapi bersih. Semua yang dibutuhkan ada di sana. Yuna
“Aku sudah janji sama Brandon akan menjaga kamu. Aku nggak akan membiarkan kamu mati di tempat ini.”Shane mengucapkan janjinya kepada Brandon sekali lagi dengan tegas, walau begitu, Yuna tidak menganggap serius ucapannya itu. Yuna pun melihat sekelilingnya dan mendapati kamarnya memang tidak terlalu besar, tetapi masih lebih baik daripada kamar yang dia tempati sewatu bekerja di Departemen X. Tempat tidur dan segala kebutuhan lain sudah tersedia. Kemudian Yuna memeriksa kamar mandi untuk memastikan tidak ada kamera pengawas yang tersembunyi di sana.Setelah sekian lama berjalan, Yuna mulai merasa lelah. Dia duduk di kurs yang ada di dekatnya dan melihat Shane yang masih berdiri di sana dengan wajah murung.“Sudahlah, nggak perlu tegang begitu. Aku juga bertindak bukan berdasarkan dorongan emosi sesaat. Entah tadi aku ngomong begitu atau nggak, aku akan tetap dibunuh begitu aku nggak berguna lagi bagi mereka. Jadi untuk apa juga aku harus berhati-hati. Selama aku masih bisa berguna unt
Setelah Shane pergi, Yuna mengamati kamarnya dengan saksama dan baru mengerti mengapa Shane melakukan itu tadi. Kamar ini dilengkapi dengan sistem pengawasan yang terhubung langsung dengan ventilasi udara. Seluruh kamar, bahkan bisa dibilang seluruh gedung ini dilengkapi pula dengan sistem pengawasan serupa, sehingga tidak ada seorang pun yang luput dari pantauan mereka.Selain sistem pengawasan, pasti mereka juga sudah memasang kamera CCTV di setiap sudut. Hidup di tempat ini bahkan lebih mengerikan daripada hidup di penjara. Akan tetapi Yuna sudah memiliki persiapan untuk menghadapi situasi ini.Dia mengeluarkan ponsel dari saku lalu ada juga selembar kartu kecil, beberapa helai benang tipis, dan juga sebuah benda yang mirip dengan korek api berukuran kecil dari tasnya. Ketika beberapa benda itu digabung menjadi satu dan dicolok ke ponsel, Yuna langsung memberikan kabar kepada Brandon.Benda itu adalah sesuatu yang Brandon berikan, perangkat berteknologi tinggi yang dibuat oleh tim i
Namun seketika memasuki gedung tersebut, Yuna baru tahu kalau gedung itu memang berbeda dari yang lain. Pertama-tama dari bahan bangunannya saja sudah dibuat secara khusus yang tidak hanya kedap suara, tapi juga memiliki banyak saluran udara. Pencahayaan di gedung itu juga tidak cukup sehingga suasana terasa suram dan mencekam. Padahal jika dilihat dari arah gedung itu menghadap, seharusnya pencahayaannya tidak seburuk ini, yang mana berarti hanya ada satu kemungkinan, yaitu memang ada orang yang sengaja membuat sedemikian rupa.Di sepanjang koridor terdapat beberapa lampu kecil, tetapi dayanya tidak terlalu besar sehingga terlihat remang. Menelusuri koridor ini terasa seperti memasuki dunia lain. Saat mereka mendengar pintu yang ada di belakang tertutup secara mendadak, Yuna langsung menoleh dan menatap Shane.“Nanti juga kamu akan terbiasa,” kata Shane.Yuna hanya tertawa menanggapinya tanpa mengatakan apa-apa. Tidak, selamanya dia tidak akan bisa terbiasa. Dia tidak mau membiasakan
Shane hanya mengangkat bahunya, yang secara tidak langsung mengatakan kalau dia sendiri juga tidak tahu tanaman apa itu. Sebenarnya kalau bukan karena Yuna, Shane tidak akan terlibat secara langsung dengan eksperimen ini. Dia sudah sering datang kemari, tetapi sebagian besar waktu dia habiskan hanya untuk mengawasi proses eksperimen. Dia tidak pernah tahu benda apa yang sebenarnya mereka teliti, dan bagaimana prosesnya.Mungkin karena Shane dianggap sebagai orang luar, pria pendek yang disebut “Bos” itu juga tidak terlalu peduli padanya. Ditambah lagi Shane berada di bawah ancamannya, sehingga dia tidak merasa khawatir. Selain itu, mereka juga masih membutuhkan bantuan dana dari Shane . karena alasan itulah Shane diizinkan untuk masuk ke sini, tetapi jika ditanya apa saja yang dikerjakan di sini, Shane tidak akan tahu.Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Yuna langsung maju untuk melihat lebih dekat tanaman raksasa yang tersimpan di balik kaca itu. Saat Yuna mengulurkan tangannya ….
Tanpa pikir panjang, Yuna mulai membaca setiap lembaran data yang ada di tangannya itu dengan saksama, dan di situ dia menemukan adanya masalah yang sama dengan eksperimen yang dulu pernah dia jalani di lab lamanya.Pada saat itu Yuna ingin mengerahkan semua khasiat obatnya, sehingga otomatis aroma dari parfum akan tertutup. Dan apabila ingin lebih menonjolkan aroma parfum, sebaliknya, khasiat obatnya yang harus kompromi. Mustahil Yuna bisa mendapatkan efek dari keduanya secara maksimal di waktu yang bersamaan.Masalah utama dari eksperimen ini adalah untuk mendapatkan kesempurnaan di kedua aspek. Dari dulu Yuna tidak mengerti mengapa mereka bersikeras ingin mendapatkan hasil yang sempurna. Di dunia, mendapatkan sesuatu yang tidak sempurna adalah hal normal, dan sudah sepantasnya setiap orang menerima itu.Khususnya di tahap awal penelitian yang bertujuan untuk meredakan penyakit dan mengurangi rasa sakit pasien, tidak ada salahnya membuat aroma parfum sedikit berkurang. Setidaknya itu
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da