“Waktu kamu masih terjangkit virus itu, bukannya sewaktu kambuh jauh lebih sakit dari ini? Kenapa sekarang cuma segini doang kamu sudah teriak-teriak?! Jangan-jangan kamu sengaja, ya!”“Nggak! Kakek lanjut saja, aku nggak akan teriak lagi!”Rasa sakit yang kali ini sama sekali berbeda dengan sakit yang Chermiko rasakan sewaktu virusnya sedang kambuh. Waktu itu Chermiko merasa tubuhnya seperti akan meledak. Setiap sel yang ada di tubuhnya terasa seolah akan pecah, membuat tubuhnya terasa dicabik-cabik. Sakit, tetapi tidak bisa berteriak, dan seluruh tenaganya habis terserap. Berbeda dengan rasa sakit yang kali ini dia rasakan ketika ditusuk jarum oleh kakeknya. Yang kali ini sakitnya berkepanjangan dan sedikit demi sedikit seperti masuk ke dalam tulangnya.Melihat cucunya yang begitu menderita, Juan hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghela napas. Dengan satu jarum di tangan, tangan satunya lagi dia gunakan untuk memberikan sedikit sentuhan di lokasi titik yang akan dia tusuk.
Tatapan mata Juan yang serius ketika menyapa Brandon langsung berubah begitu dia melihat Kenzi sedang bermain. Dia pun langsung menghampiri Kenzi dan menyapanya. Brandon menyaksikan dengan kedua matanya sendiri pria tua berjenggot itu berlari secepat mungkin dan langsung menggendong Kenzi yang berat badannya sudah tidak ringan lagi. Bahkan mereka berdua tertawa bersama-sama.“Bocah, bukannya kamu sudah pulang ke rumah? Kenapa malah datang lagi? Kangen sama Kakek, ya?!” tanya Juan sambil menggosokkan jenggotnya ke wajah Kenzi. Kenzi merasa geli menghindar dan menarik-narik jenggot Juan.“Eh, eh, eh, anak nakal! Jenggot Kakek jangan ….”Sebelum Juan selesai berbicara, tiba-tiba dia baru ingat kalau Brandon juga ada di sini. Dia tidak perlu merasa canggung ketika bermain dengan Kenzi di depan Yuna, tetapi kali ini yang datang bukan Yuna, melainkan Brandon. Juan tidak merasa takut pada Brandon, tapi bagaimanapun juga Brandon tetap ayahnya Kenzi.Sejujurnya, Brandon pun tidak terlalu peduli
Juan tertegun dan raut wajahnya langsung berubah saat mendengar ucapan Brandon. Akan tetapi saat dia hendak menurunkan Kenzi, dia tak sengaja menatap bola mata Kenzi yang begitu polos dan tak berdosa. Seketika itu hatinya luluh dan kembali memeluk Kenzi dengan erat.“Kamu pasti sudah merasa hebat, ya. Apa pun yang kamu bisa tercapai tanpa perlu mendengar pendapat dari orang lain terlebih dahulu?”“Bukan begitu. Pak Juan salah paham. Aku nggak bermaksud menyuruh-nyuruh Pak Juan, tapi … aku nggak bisa menemukan orang yang tepat untuk menitipkan Kenzi.”“Oh, jadi aku orang yang tepat, begitu? Berarti aku harus berterima kasih karena kamu sudah menganggap aku sebagai orang yang bisa diandalkan.”Brandon tidak menganggap sindiran Juan sebagai hinaan baginya. Sejak awal dia sudah mendengar kalau temperamen Juan memang aneh, dan juga kali ini Brandon yang ingin meminta tolong kepadanya, jadi sudah seharusnya dia menerima itu.“Pak Juan satu-satunya orang yang tepat untuk menjaga Kenzi. Situas
Brandon kaget mendengar amukan Juan, dan saat itu dia baru sadar bahwa dirinya selama ini telah memandang rendah Juan. Brandon mengira Juan marah dengan apa yang Yuna kerjakan, tetapi ternyata dia sungguh-sungguh peduli dengan keselamatan Yuna.Setelah mereka berdua terdiam selama beberapa saat, Brandon menghela napas dan berkata, “Pak Juan tahu sendiri seperti apa sifat Yuna kalau dia sudah memutuskan sesuatu.”“... sifatnya seperti apa, ya, itu urusan dia. Memangnya kamu sendiri nggak kalah keras dari dia? Dia itu istrimu, bukankah sudah tugas kamu untuk melindungi dia? Sewaktu kamu nggak ada, aku masih bisa mengerti. Tapi sekarang kamu ada di samping dia, kenapa kamu masih biarin dia melakukan pekerjaan yang berbahaya? Apa kamu nggak tahu tempat apa itu? Tempat itu sudah kayak sarang harimau!”Chermiko baru saja kembali dari tempat itu dengan kondisi nyaris kehilangan nyawanya, dan sekarang malah gantian Yuna yang masuk? Mengingat waktu itu Yuna berhasil meloloskan diri dari lab itu
Menangkap mereka mudah saja, tetapi jika dalang di balik mereka tidak dibasmi sampai habis, korbannya akan makin banyak. Dan seperti yang sebelumnya Brandon katakan, kalau sampai mereka melepaskan virus itu atau semacamnya … entah apa yang akan terjadi kepada orang-orang tidak berdosa. Wabah yang terjadi di Asia Selatan sudah cukup memakan banyak korban dan dampaknya masih terasa hingga saat ini.Membayangkan virus yang lebih mengerikan dari itu menyebar luas membuat bulu kuduk Juan berdiri. Meski begitu, Juan tetap merasa apa yang Yuna lakukan terlalu berbahaya baginya.“Pak Juan tenang saja, aku akan berusaha semampuku supaya wabah itu nggak terjadi untuk yang kedua kalinya!” ucap Brandon, bermaksud membuat Juan merasa sedikit terhibur.“Siapa peduli soal itu! Yang penting kalian berdua bisa hidup dengan nyaman dan jaga anak kalian yang benar, itu saja sudah cukup. Buat apa jadi penyelamat dunia segala!”Ya, itu juga yang Brandon katakan kepada Yuna. Di depan bahaya yang begitu besar
Setelah Brandon pergi, Juan meluangkan waktunya untuk bermain dengan Kenzi hingga Kenzi mengantuk. Begitu Kenzi tertidur, Juan membawanya ke kamar agar Kenzi bisa tidur dengan lebih nyaman.Selama ini Juan selalu berpikir bahwa dengan bakat yang Yuna miliki, dia cocok untuk belajar kedokteran, dan Juan pun dengan senang hati memberikan semua ilmu yang dia miliki kepada Yuna. Namun justru karena sekarang Yuna sudah menguasai itu, dia malah menempatkan dirinya sendiri di posisi yang berbahaya. Juan jadi bertanya-tanya apakah keputusan yang dia buat benar atau salah.Begitu Juan memakaikan selimut untuk Kenzi dan keluar kamar, salah seorang pelayan menghampirinya, “Pak Juan, Den Chermiko tadi tanya sudah ata ubelum?”“Sudah apanya …? Waduh, aku lupa sama dia!”Juan langsung berlari ke halaman belakang di mana Chermiko sedang tengkurap dengan jarum yang masih tertancap di punggungnya. Chermiko kedinginan, tapi dia tidak berani bergerak dan hanya bisa menunggu kakeknya mencabut jarum. Selag
“Kakek lebih baik nggak usah buang-buang waktu membaca buku yang usianya sudah ribuan tahun lalu itu. Sehebat apa pun ilmu di zaman itu, nggak mungkin mereka bisa dipakai untuk melawan masalah yang ada di zaman modern ini. Lagi pula virus ini adalah virus jenis baru yang bisa bermutasi. Buku lama itu mana mungkin bisa memberi solusi untuk melawan virus ini.”Chermiko juga mempelajari ilmu kedokteran tradisional, tetapi dia menganggap sehebat apa pun pengobatan tradisional, itu tidak akan cukup. Virus baru ini tidak pernah ada sebelumnya. Dan sewaktu virus itu disuntik masuk ke dalam tubuh Chermiko, Juan tidak menemukan keanehan apa pun dari nadinya. Dengan kata lain, semua pengetahuan tentang kedokteran tradisional yang mereka pelajari selama ini tidak akan bisa digunakan untuk melawan virus ini.“Kata siapa nggak bisa! Ke mana saja perginya ilmu yang selama ini kamu pelajari dariku?!”“.…”“Ilmu kedokteran bisa maju seperti sekarang ini semua berkat akumulasi dari kebijaksanaan leluhu
Yuna dan Shane tiba di tempat tujuan mereka. Sedari awal, Yuna sudah tahu ke mana dia akan datang, tetapi dia tidak menduga kalau mereka datang bukan melewati pintu utama, melainkan lewat pintu kecil yang ada di samping.Pintu boleh kecil, tetapi di sekitar sana dilengkapi oleh kameran pengawas serta infra merah untuk mendeteksi penyusup. Dari pemahaman serta pengalaman Yuna tinggal di rumah Brandon, dia tahu kalau tingkat keamanan tempat ini sangat tinggi.“Organisasi kalian ini hebat banget, ya, bisa masuk ke tempat ini,” Yuna berkomentar.Shane terlihat menggerakkan bibirnya seperti hendak mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak jadi mengucapkannya. Mobil yang mereka naiki sampai ke parkiran basement. Begitu mereka turun, Shane membawa Yuna masuk ke sebuah lift, yang membawa mereka naik sampai ke lantai paling atas dengan menggunakan kartu akses miliknya.Yuna menyadari lift ini hanya memiliki dua lantai, yaitu lantai paling bawah dan lantai paling atas, tidak ada tombol apa-apa lagi d
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da