“Siap!”Berhubung mereka sendiri yang berani menjemput Yuna secara terang-terangan, berarti mereka pastinya sudah membuat persiapan yang matang. Ditambah lagi dengan fakta bahwa mereka sangat cerdik dan jarang sekali tertangkap oleh kamera pengawas. Lagi pula, masalahnya sekarang sudah bukan lagi perlu atau tidak untuk membuntuti mereka. Mereka sudah dengan gamblang mengatakan kalau tempat penelitian vaksin itu adalah pangkalan utama mereka.Yuna sudah masuk ke dalam sarang harimau, maka Brandon juga tidak bisa terus bersantai. Masih ada banyak hal yang harus dia kerjakan.Kembali ke rumah, Brandon melihat Kenzi sedang fokus bermain Lego di tengah ruang keluarga.“Mama pergi lagi?” tiba-tiba Kenzi bertanya sambil tetap tetap menyusun mainannya dengan serius.“Iya,” angguk Brandon. “Tapi nggak lama lagi Mama pulang.”“Nggak. Biasanya Mama lama banget baru pulang!”Terkejut dengan jawaban anaknya, Brandon memiringkan kepalanya menatap wajah Kenzi dan bertanya, “Kamu tahu dari mana? Mama
Cara Kenzi mengedipkan matanya ketika meminta sesuatu juga sangat mirip dengan ayahnya.“Papa juga mau meninggalkan aku, ya?” tanya Kenzi.“... ehem! Papa nggak bermaksud begitu, cuma ….”“Nggak apa-apa. Papa pergi saja! Aku bisa main di rumah!”Kata-kata sederhana yang terucap oleh Kenzi membuat Brandon menelan kembali kata-kata yang belum dia susun dengan baik di kepalanya. Dia sungguh menyesal dan merasa bersalah tidak bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk Kenzi. Akhir-akhir ini Brandon benar-benar tidak punya waktu untuk dia luangkan buat keluarga. Terlebih lagi, Yuna juga sudah mengatakan kepada Brandon apa yang terjadi dengan Yovi waktu itu. Namun apa daya, daripada diserahkan kepada neneknya, lebih baik Kenzi dititipkan kepada Juan yang memang jelas lebih dekat.“Kenzi, kalau Papa sudah selesai kerja, baru Papa temani kamu main, ya?”“Oke!” ***“Aw, sakit ….”Jeritan Chermiko menggema sampai ke satu halaman, membuat burung-burung yang sedang bersantia di sana terbang dengan
“Waktu kamu masih terjangkit virus itu, bukannya sewaktu kambuh jauh lebih sakit dari ini? Kenapa sekarang cuma segini doang kamu sudah teriak-teriak?! Jangan-jangan kamu sengaja, ya!”“Nggak! Kakek lanjut saja, aku nggak akan teriak lagi!”Rasa sakit yang kali ini sama sekali berbeda dengan sakit yang Chermiko rasakan sewaktu virusnya sedang kambuh. Waktu itu Chermiko merasa tubuhnya seperti akan meledak. Setiap sel yang ada di tubuhnya terasa seolah akan pecah, membuat tubuhnya terasa dicabik-cabik. Sakit, tetapi tidak bisa berteriak, dan seluruh tenaganya habis terserap. Berbeda dengan rasa sakit yang kali ini dia rasakan ketika ditusuk jarum oleh kakeknya. Yang kali ini sakitnya berkepanjangan dan sedikit demi sedikit seperti masuk ke dalam tulangnya.Melihat cucunya yang begitu menderita, Juan hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghela napas. Dengan satu jarum di tangan, tangan satunya lagi dia gunakan untuk memberikan sedikit sentuhan di lokasi titik yang akan dia tusuk.
Tatapan mata Juan yang serius ketika menyapa Brandon langsung berubah begitu dia melihat Kenzi sedang bermain. Dia pun langsung menghampiri Kenzi dan menyapanya. Brandon menyaksikan dengan kedua matanya sendiri pria tua berjenggot itu berlari secepat mungkin dan langsung menggendong Kenzi yang berat badannya sudah tidak ringan lagi. Bahkan mereka berdua tertawa bersama-sama.“Bocah, bukannya kamu sudah pulang ke rumah? Kenapa malah datang lagi? Kangen sama Kakek, ya?!” tanya Juan sambil menggosokkan jenggotnya ke wajah Kenzi. Kenzi merasa geli menghindar dan menarik-narik jenggot Juan.“Eh, eh, eh, anak nakal! Jenggot Kakek jangan ….”Sebelum Juan selesai berbicara, tiba-tiba dia baru ingat kalau Brandon juga ada di sini. Dia tidak perlu merasa canggung ketika bermain dengan Kenzi di depan Yuna, tetapi kali ini yang datang bukan Yuna, melainkan Brandon. Juan tidak merasa takut pada Brandon, tapi bagaimanapun juga Brandon tetap ayahnya Kenzi.Sejujurnya, Brandon pun tidak terlalu peduli
Juan tertegun dan raut wajahnya langsung berubah saat mendengar ucapan Brandon. Akan tetapi saat dia hendak menurunkan Kenzi, dia tak sengaja menatap bola mata Kenzi yang begitu polos dan tak berdosa. Seketika itu hatinya luluh dan kembali memeluk Kenzi dengan erat.“Kamu pasti sudah merasa hebat, ya. Apa pun yang kamu bisa tercapai tanpa perlu mendengar pendapat dari orang lain terlebih dahulu?”“Bukan begitu. Pak Juan salah paham. Aku nggak bermaksud menyuruh-nyuruh Pak Juan, tapi … aku nggak bisa menemukan orang yang tepat untuk menitipkan Kenzi.”“Oh, jadi aku orang yang tepat, begitu? Berarti aku harus berterima kasih karena kamu sudah menganggap aku sebagai orang yang bisa diandalkan.”Brandon tidak menganggap sindiran Juan sebagai hinaan baginya. Sejak awal dia sudah mendengar kalau temperamen Juan memang aneh, dan juga kali ini Brandon yang ingin meminta tolong kepadanya, jadi sudah seharusnya dia menerima itu.“Pak Juan satu-satunya orang yang tepat untuk menjaga Kenzi. Situas
Brandon kaget mendengar amukan Juan, dan saat itu dia baru sadar bahwa dirinya selama ini telah memandang rendah Juan. Brandon mengira Juan marah dengan apa yang Yuna kerjakan, tetapi ternyata dia sungguh-sungguh peduli dengan keselamatan Yuna.Setelah mereka berdua terdiam selama beberapa saat, Brandon menghela napas dan berkata, “Pak Juan tahu sendiri seperti apa sifat Yuna kalau dia sudah memutuskan sesuatu.”“... sifatnya seperti apa, ya, itu urusan dia. Memangnya kamu sendiri nggak kalah keras dari dia? Dia itu istrimu, bukankah sudah tugas kamu untuk melindungi dia? Sewaktu kamu nggak ada, aku masih bisa mengerti. Tapi sekarang kamu ada di samping dia, kenapa kamu masih biarin dia melakukan pekerjaan yang berbahaya? Apa kamu nggak tahu tempat apa itu? Tempat itu sudah kayak sarang harimau!”Chermiko baru saja kembali dari tempat itu dengan kondisi nyaris kehilangan nyawanya, dan sekarang malah gantian Yuna yang masuk? Mengingat waktu itu Yuna berhasil meloloskan diri dari lab itu
Menangkap mereka mudah saja, tetapi jika dalang di balik mereka tidak dibasmi sampai habis, korbannya akan makin banyak. Dan seperti yang sebelumnya Brandon katakan, kalau sampai mereka melepaskan virus itu atau semacamnya … entah apa yang akan terjadi kepada orang-orang tidak berdosa. Wabah yang terjadi di Asia Selatan sudah cukup memakan banyak korban dan dampaknya masih terasa hingga saat ini.Membayangkan virus yang lebih mengerikan dari itu menyebar luas membuat bulu kuduk Juan berdiri. Meski begitu, Juan tetap merasa apa yang Yuna lakukan terlalu berbahaya baginya.“Pak Juan tenang saja, aku akan berusaha semampuku supaya wabah itu nggak terjadi untuk yang kedua kalinya!” ucap Brandon, bermaksud membuat Juan merasa sedikit terhibur.“Siapa peduli soal itu! Yang penting kalian berdua bisa hidup dengan nyaman dan jaga anak kalian yang benar, itu saja sudah cukup. Buat apa jadi penyelamat dunia segala!”Ya, itu juga yang Brandon katakan kepada Yuna. Di depan bahaya yang begitu besar
Setelah Brandon pergi, Juan meluangkan waktunya untuk bermain dengan Kenzi hingga Kenzi mengantuk. Begitu Kenzi tertidur, Juan membawanya ke kamar agar Kenzi bisa tidur dengan lebih nyaman.Selama ini Juan selalu berpikir bahwa dengan bakat yang Yuna miliki, dia cocok untuk belajar kedokteran, dan Juan pun dengan senang hati memberikan semua ilmu yang dia miliki kepada Yuna. Namun justru karena sekarang Yuna sudah menguasai itu, dia malah menempatkan dirinya sendiri di posisi yang berbahaya. Juan jadi bertanya-tanya apakah keputusan yang dia buat benar atau salah.Begitu Juan memakaikan selimut untuk Kenzi dan keluar kamar, salah seorang pelayan menghampirinya, “Pak Juan, Den Chermiko tadi tanya sudah ata ubelum?”“Sudah apanya …? Waduh, aku lupa sama dia!”Juan langsung berlari ke halaman belakang di mana Chermiko sedang tengkurap dengan jarum yang masih tertancap di punggungnya. Chermiko kedinginan, tapi dia tidak berani bergerak dan hanya bisa menunggu kakeknya mencabut jarum. Selag
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi