“Aku percaya kamu pasti bisa! Tapi gimanapun juga kemampuan kita ada batasnya, dan juga masalah ini bukan cuma tanggung jawab kamu seorang.”Yuna bersandar ke belakang dan membuat jarak antara dia dengan Brandon. Kemudian dia menatap Brandon secara saksama dengan tatapan yang menunjukkan keterkejutannya. Merasa ditatap dengan cara yang aneh seperti itu, Brandon melonggarkan rangkulannya dan bertanya, “Kenapa? Aku ada salah ngomong?”“Nggak! Aku cuma nggak menyangka kita berdua bisa terus bersama! Sebenarnya ada sesuatu yang aku belum pernah kasih tahu kamu. Tapi aku mau kamu janji dulu nggak akan marah.”“Oh, apa itu? Coba kasih tahu!”“Ngga mau, kamu harus janji dulu nggak akan marah, baru aku mau ngomong.”Semenjak tinggal bersama, mereka berdua sudah berjanji tidak akan menyembunyikan apa pun dari satu sama lain. Semua hal yang mereka hadapi akan mereka diskusikan bersama. Saat Brandon mengalami masalah di Asia Selatan, dia tidak segera mengabari Yuna sehingga Yuna jadi khawatir dan
“Oke, itu saja yang mau aku kasih tahu,” kata Yuna.“Oh.”“Cuma ‘Oh’ doang?”“Memangnya kamu mau aku jawab apa lagi? Kamu sendiri sudah yakin dengan keputusan yang kamu ambil dan sudah penuh persiapan. Selain itu ada pasukan yang siap mendukung kamu, jadi aku perlu berkomentar apa lagi? Nggak ada lagi yang bisa aku sampaikan selain memuji istriku yang serba bisa.”“Kok, aku dengar kamu kayak cemburu? Kan sudah kubilang aku nggak bermaksud nutupin ini dari kamu. Pak Liman benar-benar belum lama menghubungi aku, dan di sana … kamu tahu sendiri.”“Iya, aku ngerti.”“Hmmm? Ada sesuatu yang mau kamu omongin? Entah kenapa aku merasa kamu bertingkah sedikit aneh.”Reaksi yang Brandon tunjukkan terlalu datar dan membuat Yuna merasa keheranan. Dengan adanya Liman dan atasannya sebagai pelindung, Brandon tidak perlu khawatir lagi. Jika atasannya Liman memang berniat untuk mengincar organisasi ini, berarti mereka memiliki cara, baik itu dengan cara paksa seperti memblokir akses keluar masuk atau
Isi kepala Yuna berputar dengan sangat cepat dan tidak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan jawaban.“Pak Liman sendiri yang kasih tahu kamu?”Tanpa perlu dijawab, sorot mata Brandon sudah mengatakan segalanya.“Sial! Benar-benar, deh, Pak Liman itu. Padahal dia sendiri yang berkali-kali mengingatkan aku untuk jaga rahasia jangan kasih tahu ke siapa pun, tapi dia malah kasih tahu kamu …. Orang bermulut ember begitu kok bisa, ya, punya jabatan tinggi di departemen rahasia negara!”Sayang sekali saat ini Liman tidak ada di tempat, atau Yuna pasti memberi pelajaran kepadanya.“Kamu jangan menyalahkan Pak Liman. Dia memang nggak kasih tahu ke siapa pun. Lebih tepatnya dari awal ini memang sudah rahasia kita bertiga.”“Maksud kamu apa?” Yuna heran apa yang Brandon katakan dengan rahasia mereka bertiga.“Dia perlu bekerja sama denganmu, tapi di saat yang sama dia juga butuh kerja sama dari Setiawan Group. Jangan lupa kalau proyek vaksin itu dulunya adalah milik Setiawan Group. Setiawan
“Nggak ada yang mengancamku. Kamu juga nggak perlu banyak tanya lagi. Aku tahu aku sudah membuatmu kecewa, tapi kalau terus dibiarkan, yang ada kita berdua akan sama-sama merasa tersakiti, jadi lebih baik kita sudahi saja hubungan kita berdua sedini mungkin.”“Kamu mau hubungan kita berakhir secepatnya? Apa kamu merasa pernikahan kita sekarang ini menyiksa?”“Stella! Aku nggak mau bicara terlalu banyak, dan nggak ada lagi yang perlu aku jelaskan ke kamu. Anggap saja aku sudah mati sewaktu di Asia Selatan. Aku memang seharusnya nggak pulang untuk menemui kamu. Aku yang salah, jadi biarkan aku memperbaiki kesalahan ini, oke?”Tatapan mata Frans terlihat begitu dingin, tetapi Stella masih tetap menatap kedua bola matanya berusaha untuk mencari sedikit saja sisa-sisa perasaan yang masih tertinggal dalam dirinya. Namun sayang yang bisa dia temukan hanyalah hati yang telah mati. Hal itu membuat Stella sangat bersedih. Kalaupun Frans dikendalikan oleh orang lain atau dicuci otak, setidaknya d
Seketika jarum itu dimasukkan, pria bertubuh pendek itu seperti merasakan sesuatu di tubuhnya dan langsung berbalik.“Yang kali ini gimana?”“Ada kemajuan dibandingkan yang sebelumnya.”“Hmph! Kamu selalu bilang begitu, tapi setiap kali nggak pernah ada perbaikan! Terkadang aku sempat ragu, sebenarnya penyakitku yang sudah terlalu parah, atau memang kamu yang terlalu bodoh!”Sosok bayangan hitam itu tak bisa membalas dan hanya menundukkan kepalanya mendengar kata-kata yang sangat menyakitkan. Lalu, pria pendek itu menggulung lengan bajunya sampai ke bahu. Bayangan hitam itu sekali lagi mengoleskan alkohol di bahunya dan kemudian menusuk jarum suntik untuk kedua kalinya. Ekspresi wajah pria pendek itu tidak berubah seiring cairan dari jarum suntik itu memasuki tubuhnya. Dia hanya mengernyit sedikit, dan jarumnya dicabut.“Huft ….”Pria pendek itu menghela napas panjang dan menggerakkan tangannya. Melihat bayangan hitam itu menaruh jarum suntik dan membereskan barangnya dengan tergesa-ge
Mendengar kata-kata “pura-pura mati” membuat Rainie tersinggung, dan percikan kebencian mulai mengisi tatapan matanya.“Bukannya ini semua kamu yang atur?” tanya Rainie. Sembari berbicara, berbagai pecahan ingatan Rainie di masa lalunya tak henti merasuki isi kepalanya. Masa-masa ketika Rainie menempuh pendidikannya di luar negeri tidak semudah kelihatannya. Diskriminasi dan prasangka terhadap orang dengan latar belakang Asia masih sangat kental. Rainie ingin menjadi murid yang menonjol di bidangnya, tetapi dia selalu menemui hambatan di mana pun dia berada. Dia juga selalu diperlakukan tidak adil oleh guru-guru, dan tidak pernah diizinkan menggunakan fasilitas laboratorium yang paling canggih.Di saat itulah pria pendek ini muncul dalam kehidupan Rainie. Semuanya terasa seperti mimpi. Pada saat itu, dia memberikan ide kepada Rainie untuk melakukan eksperimen yang membuat Bella tanpa sadar menjadi gemuk. Setelah itu, pria pendek itu menghilang tanpa jejak seolah ditelan bumi. Perginya
Setengah dari seluruh lampu yang ada di kawasan ini masih menyala terang, menandakan bahwa begitu banyak pekerja yang sedang mati-matian lembur. Kebanyakan dari mereka sebenarnya tidak tahu apa-apa. Mereka setiap membanting tulang dari pagi hingga malam, tanpa menyadari bahwa apa yang mereka ciptakan dengan tangan mereka sama sekali bukan vaksin yang digunakan untuk melawan virus, melainkan obat yang digunakan untuk mengendalikan pikiran orang lain.Ketika barang ini bebas keluar melalui jalur legal dan disuntikkan ke dalam tubuh masyarakat luas, mereka semua akan menjadi boneka.“Bos, nggak usah pura-pura lagi. Cuma ada kita berdua saja di sini. Kalau bukan gara-gara kamu sengaja membiarkan Shane membebaskan si Chermiko itu, aku nggak bakal ketahuan dan diincar sama keluarga Pranata. Sebenarnya semua ini sudah kamu atur, dan au cuma jadi pionmu saja,” kata Rainie dengan mata menatap ke bawah untuk menutupi perasaannya. Suaranya juga terdengar sangat datar, tanpa ada sedikit pun kemara
Pagi hari pukul delapan, di depan pintu masuk kediaman keluarga Setiawan terparkir sebuah mobil hitam. Di saat itu juga, ponsel Yuna berdering. Dia melihat nomor pemanggil dan langsung menutupnya. Yuna menghabiskan susu yang masih tersisa di gelasnya, lalu mengambil barang-barang yang sudah dia siapkan sebelumnya dan berkata kepada Brandon, “Aku berangkat dulu, ya.”“Kalau merasa nggak enak badan, langsung berhenti dan hubungi aku secepatnya.” Apa yang perlu Brandon sampaikan sudah dia sampaikan semua, jadi dia tidak perlu banyak bicara lagi dan hanya mengingatkan Yuna.“Yuna ….”Mendengar namanya disebut membuat Yuna menghentikan langkahnya. Brandon segera menghampiri dan tanpa berkata-kata memberikannya sebuah pelukan yang erat. Pelukannya begitu hangat dan memberikan ketenangan. Yuna menyandarkan kepalanya di bahu Brandon dan menikmati ketenangan yang hanya sesaat ini. Sesungguhnya mereka sadar betul bahwa apa yang akan mereka hadapi adalah sesuatu yang sangat berbahaya dan kejam, t
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta