Bukan hal aneh jika mereka tidak berhasil menemukan apa-apa, mungkin saja mereka memang tidak cukup peka untuk itu, tapi yang aneh adalah bahkan sampai anjing pelacak pun tidak menemukan petunjuk apa-apa? Jika memang begitu, maka ada dua kemungkinan. Entah memang orangnya bukan menghilang di lab, atau jejaknya telah dihapus entah dengan cara apa sehingga anjing pun tidak bisa melacaknya.“Hey, kamu dengar aku?” tanya Stella karena tak kunjung mendapatkan respons dari Yuna.“Iya, aku masih dengar, kok. Habis itu gimana?”“Ya sudah, nggak ada apa-apa lagi. Karena nggak nemu apa-apa, polisi juga langsung pergi cari ke tempat lain. Tapi aku kurang tahu apa karena alasan itu lab kita jadi harus pindah.”“Pindah? Pindah ke mana?” tanya Yuna.“Masih belum tahu, mereka cuma bilang lagi cari tempat baru, jadi untuk sementara masih belum pasti.”“Oke, masih ada lagi yang lain?”“Nggak. Oh ya, masih ada satu hal lagi ….”“Apa itu?”“Waktu raja Yuraria bikin janji, kamu jawabnya gimana? Mereka sud
Yuna pergi cukup jauh dari Brandon sebelum dia mengangkat teleponnya. Dia sudah mematikan fitur lokasi, tapi dia masih tetap cemas dirinya diintai oleh orang yang memiliki niat tersembunyi.“Halo?” ujar Yuna begitu dia mengangkat telepon, tapi yang menyambutnya adalah suara tangisan seseorang. Tangisan itu bukan suara tangisan ditahan, melainkan tangisan histeris.Suara tangisannya begitu keras sampai Yuna spontan menjauhkan ponselnya dari telinga. Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya menunggu hingga suara tangisan itu mulai mereda. Akan tetapi, suara tangisan itu tak kunjung berhenti. Sembari meneteskan air mata, Bella berbicara dengan pelafalan yang tidak begitu jelas, “Kak Yuna, aku … huhuhu, aku ….”“Nggak usah buru-buru ngomongnya. Pelan-pelan saja. Atau kamu nangis dulu sampai selesai, baru ngomong,” kata Yuna sambil dalam hati bertanya apa lagi yang terjadi kepada Bella.Masalahnya, tidak biasanya Bella seperti ini. Kalau sampai dia menangis separah ini, maka pasti terjadi ses
“Rahasia lab?!” ujar Yuna dengan suara yang meninggi. Lagi-lagi lab! Mengapa setiap kali terjadi kasus yang aneh, selalu saja ada hubungannya dengan lab?! Padahal Yuna hanya pergi selama dua hari, tapi sudah begitu banyak kasus yang terjadi. Sebenarnya ada apa saja yang disembunyikan di lab itu?“Iya,” jawab Bella. Dia tidak tahu apa kaitannya dengan semua kejadian ini. Dia murni hanya ingin mencurahkan isi hatinya. Karena tidak punya teman, tentu saja orang pertama yang dia cari adalah Yuna.“Memangnya … ada rahasia apa lagi di sana?”“Aku juga nggak tahu, tapi Rainie bilang itu rahasia yang penting banget, jadi dia cuma kasih tahu ke Papa doang seorang. Habis itu mereka masuk ke ruang kerja Papa. Begitu keluar, Papa sudah maafin Rainie begitu saja. Selain itu, Papa juga bilang bakal mempertimbangkan lagi proyek vaksin untuk mereka.”Suasana hati Bella sudah jauh lebih membaik setelah dia menceritakan semuanya kepada Yuna, tapi kesedihan di hatinya m masih sangat kuat terasa. Dengan s
“Oke, kalau memang papa kamu sudah berubah, terus kenapa? Apa kamu mau putus hubungan sama dia?”“Putus saja, au nggak takut,” sahut Bella cemberut.“Bukan masalah takut atau bukan, tapi apa kamu rela atau nggak.”“Aku … aku rela! Kenapa nggak!”“Dasar bodoh! Kalian cuma bertengkar doang apa sampai harus segitunya? Lagi pula orang dewasa itu selalu punya pertimbangan mereka sendiri. Aku bukannya bermaksud bilang kamu itu nggak penting, tapi siapa tahu dia punya pertimbangan lain. Dia bukannya nggak mau bantu kamu, tapi mungkin itu harus dia kesampingkan sebentar.”Sebenarnya Yuna sendiri tidak yakin apa yang terjadi pada Edgar karena dia tidak berada di tempat saat kejadian. Namun setelah mendengar cerita Bella, Yuna pun merasa memang ada yang janggal, tapi dia yakin pasti masalahnya tidak sesederhana itu.Yuna sudah pernah beberapa kali berinteraksi langsung dengan Edgar. Sikapnya Edgar memang benar mencerminkan rasa sayangnya terhadap Bella, dan Brandon sendiri juga pernah beberapa k
Yang datang itu ternyata adalah Shane. Di sampingnya juga ada orang lain yang mengenakan jubah putih dan masker sehingga wajahnya tidak terlihat jelas, tapi dia membawa sebuah jarum suntik dan obat. Dia memegang lengan Chermiko dan menusukkan jarum yang dia pegang itu ke dalam tubuh Chermiko.Terasa sakit menyengat seperti digigit nyamuk, Chermiko meronta-ronta, tapi dia tidak bisa bergerak karena sekujur tubuhnya terasa lemas tak bertenaga.“Aaah … aaah ….”Chermiko berusaha sekuat tenaga membuka mulutnya, tapi tidak ada suara sedikit pun yang keluar. Pria berjubah putih itu selesai menusukkan jarum yang berisi entah cairan obat apa ke dalam tubuh Chermiko dan langsung mencabutnya. Setelah itu dia pun keluar, sementara Shane masih berada di dalam mengamati Chermiko dengan sunyi.Chermiko ingin berteriak dan bertanya benda apa yang baru saja dimasukkan ke dalam tubuhnya, dan sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan padanya sampai dia merasa berat seperti ada batu besar yang menekan ke
“Ternyata kamu nggak sebodoh itu, ya!” kata Shane.“Kalian memakai manusia yang masih hidup sebagai bahan eksperimen?!”Suara Chermiko sampai habis sakit syoknya dia mendengar pernyataan itu langsung dari Shane. Walau sejak awal sudah menduganya, Chermiko masih tidak bisa percaya itu benar-benar terjadi padanya.Dalam beberapa tahun terakhir ini, hampir tidak ada lagi orang yang mendengar manusia yang masih hidup dijadikan bahan eksperimen. Eksperimen terhadap manusia yang masih hidup adalah kejahatan besar yang bahkan dikecam oleh organisasi internasional di luar sana. Bahkan dalam dunia medis pun, entah penelitian atau penemuan baru tidak pernah menggunakan manusia hidup sebagai bahan percobaan.Lantas, siapakah mereka sebenarnya? Chermiko yang sudah bekerja cukup lama dengan mereka saja masih tidak tahu apa-apa.Shane tidak menjawab pertanyaan Chermiko dan hanya menatapnya dengan ekspresi dingin. Tatapan yang terpancar dari balik lensa kacamatanya begitu dalam dan misterius, membuat
Tampaknya dia tidak begitu puas dengan jawaban shane.“Aku cuma bisa menyampaikan informasi yang lebih umum. Kamu tahu sendiri ini bukan bidangku, jadi aku juga nggak bisa menjelaskan secara detail. Sebenarnya, hal semacam ini lebih cocok untuk Rainie.”“Jadi kamu mau protes aku nggak minta Rainie yang kerjain?” tanya pria itu balik dengan nada sinis.“Nggak, bukan itu maksudku. Aku cuma bilang ini bukan bidang keahlianku, jadi informasi apa pun yang aku dapat mungkin nggak tercatat dengan sempurna, dan juga mungkin kurang objektif. Makanya … aku khawatir ini justru malah menghambat kemajuan dari penelitian ini.”“Hmm … Rainie lagi mengerjakan eksperimen lain yang lebih penting, jadi aku nggak mau perhatiannya terpecah. Sekarang kita memang lagi kekurangan orang. Kalau nggak, aku juga nggak akan nyuruh kamu yang kerjain.”Mendengar itu, Shane hanya bisa terdiam membisu.“Aku tahu kamu pasti keberatan karena kamu masih punya hati nurani. Kamu pasti nggak tega ngelihat Chermiko seperti i
Bagaimanapun juga, tempat penelitian mereka baru saja digeledah oleh pihak kepolisian. Walau mereka tidak berhasil menemukan apa pun, tempat itu telah menjadi pusat perhatian mereka. Apalagi mereka berada di ibu kota, bisa menemukan ruang bawah tanah rahasia di rumah sakit tua bukanlah hal yang mudah. Hanya di sinilah mereka bisa bersembunyi tanpa ketahuan oleh siapa pun.“Sulit apanya! Aku lihat memang kamu saja yang nggak mau berusaha! Kalau kamu nggak mau carikan tempat yang lebih layak, anakmu ….”“Ini nggak ada hubungannya dengan anakku! Membunuh dia ngga akan mengubah apa pun. Aku sudah berusaha sebisaku, apalagi eksperimen kita sudah sampai di tahap akhir. Ini sudah tempat yang paling pas untuk bersembunyi. Kalau kita pindah tempat lagi cuma bakal menghambat eksperimen kita!”Shane menjawab dengan lugas karena khawatir pria itu akan menyakiti anaknya. Shane sudah berutang banyak kepada anaknya, dan dia tidak ingin anaknya harus terus menderita lebih jauh lagi. Sebaliknya, pria i
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta