“Tak disangka, ‘kan?!” Chermiko merasa sangat bangga. Dia merasa akhirnya dirinya bisa menekan Yuna. “Aku sudah memulihkan semua data penelitian yang kamu hancurkan. Sekarang penelitian sudah berjalan seperti semula. Bukan, seharusnya lebih bagus daripada sebelumnya. Aku percaya, tidak lama lagi, penelitian proyek ini pasti akan berhasil.”“Kamu ….” Awalnya Yuna ingin memarahi Chermiko bodoh. Namun setelah dipikir-pikir, data yang dihancurkan sudah dipulihkannya, tidak ada gunanya memarahinya lagi. Alhasil, Yuna tersenyum sinis, lalu berkata, “Kalau begitu, kudoakan semoga penelitian cepat selesai.”Chermiko tidak menyadari apa-apa. Dia hanya merasa Yuna pasti marah lantaran datanya berhasil dipulihkannya. Jadi, dia merasa semakin arogan lagi. “Kamu tidak menyangka, ‘kan? Sebelumnya aku pernah belajar IT dari seorang peretas. Jadi, masalah pemulihan database tidaklah sulit bagiku.”“Benarkah?” Yuna mengangkat kepalanya sembari tersenyum tipis.Chermiko telah membuat Yuna kepikiran sesu
“Nggak, cuma … cuma asal nanya saja,” balas Yuna dengan datar.Chermiko yang diabaikan dari tadi akhirnya memiliki kesempatan untuk berbicara. Dia tahu masalah wabah penyakit di Asia Selatan.“Apa kamu mengkhawatirkan Brandon? Tidak usah khawatir!” ucap Chermiko, “Berhubung dia adalah murid terakhir dari Kakek Juan, bukanlah masalah bagi dia untuk menghadapi wabah penyakit itu. Setidaknya dia bisa melindungi dirinya sendiri.”Tadi mereka tidak menentang pemikiran Chermiko. Wajar kalau Chermiko mengira tebakannya itu benar.Berhubung Brandon adalah murid terakhir dari Pak Juan. Dengan pembelajarannya selama bertahun-tahun dalam dunia pengobatan tradisional, seharusnya bukanlah masalah untuk menghadapi wabah penyakit.Yuna bahkan malas untuk membalas Chermiko. Dia langsung memalingkan wajahnya, lalu berkata pada Juan, “Aku dengar-dengar wabah penyakit kali ini nggak sesederhana sebelumnya. Katanya ada virus varian baru.”Akhirnya Juan mengerti. Yuna sedang mengkhawatirkan suaminya.“Aku
Kali ini Chermiko tidak bisa bersabar lagi. “Kakek Juan, aku paham kalau kamu pilih kasih sama murid terakhirmu, tapi dia itu siapa? Apa yang dia pahami! Kamu tidak boleh terlalu pilih kasih! Selain itu, dia malah ambil tanaman herbal berhargamu dengan bebas. Memangnya dia mengerti? Kenapa dia ambil begitu saja? Biasanya ketika aku minta, kamu hanya izinkan aku ambil sedikit saja. Sekarang dia malah ambil satu kantongan penuh ….”Tentu saja Chermiko merasa iri ketika melihat kantongan besar itu.Perlu diketahui, jenis tanaman herbal di taman Juan bukanlah tanaman biasa. Semuanya adalah tanaman herbal berharga yang ditanam dengan penuh hati-hati. Sebelumnya Chermiko pernah buka suara hendak memintanya, tetapi dia malah diusir oleh Juan. Namun terkadang Juan mengizinkannya untuk mengambil sedikit, sekarang Yuna malah mengambil sebanyak itu … Chermiko sungguh iri!“Dasar bocah tengik! Terserah aku mau kasih ke siapa! Biasanya kamu selalu bersama orang-orang kaya, jangan kira aku tidak tah
Saat ini, rak kaca yang awalnya dikunci malah sudah terbuka. Salah satu teko teh di dalam sana sudah hancur berkeping-keping, sedangkan teko yang satu lagi ….“Kesayanganku!” jerit Juan dengan suara gemetar. Entah Juan lagi menyayangkan teko tehnya atau cucunya, dia langsung berlari ke sana.“Nah, Kakek!” Sepertinya si kecil tahu apa yang dikatakan Juan. Dia mengulurkan tangannya menyerahkan teko teh kepada Juan. Hanya saja, langkahnya tidaklah stabil, alhasil dia pun terjatuh.“Kesayanganku!” jerit Juan sekali lagi. Dia segera melangkah maju, langsung menggendong si kecil yang hendak jatuh. Pada saat bersamaan, terdengar suara keras, “Prang!”Juan memejamkan kedua matanya dengan erat seolah-olah tidak bersedia menerima kenyataan ini.Hatinya terasa sangat sakit!“Jangan takut! Kakek, jangan takut!” Kedua tangan si kecil menepuk-nepuk dada Juan. Dia sedang menenangkan Juan supaya tidak takut. Biasanya ibunya juga berbuat seperti ini.Huhuhu …. Juan sungguh sesak!Saat ini, Yuna berjala
Berhubung Juan sudah berbicara seperti ini, Yuna pun menggendong Kenzi dan tidak turun tangan di hadapan Juan.Yuna hanya menatap putranya dengan ekspresi serius saja. “Sudah tahu salah belum?”Anak masih kecil. Dia juga tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Kenzi menunduk, lalu menggigit bibir kecilnya dengan gugup.“Kamu harus mengakui kesalahanmu sendiri. Kamu itu anak laki-laki. Apa kamu nggak punya keberanian untuk mengakui kesalahanmu?” Yuna lanjut bertanya, “Kamu salah, ‘kan?”“Salah.” Suara Kenzi sangatlah kecil, tetapi masih bisa kedengaran.Yuna malah sengaja berkata, “Apa katamu? Mama nggak kedengaran.”“Salah.” Kali ini suara Kenzi terdengar lebih besar. Dia mencemberutkan bibirnya kelihatan agak bersedih. Kedua mata bulatnya mulai berlinangkan air mata.Kenzi yang masih belum menangis itu pun membuat hati Juan terasa sakit. Dia segera melambaikan tangannya. “Sudahlah, jangan kasar-kasar. Namanya juga anak-anak. Dia masih tidak tahu apa-apa.”“Justru karena dia ma
“Apa uang jajan Kenzi cukup? Bagusan kamu beliin dia mainan saja!” Juan tetap saja merasa tidak tega.Yuna mengangguk. “Memang nggak cukup. Mesti dipotong selama dua tahun.”Setelah mendengar ucapan Yuna, Kenzi kembali mencemberutkan wajahnya dan air mata hendak menetes lagi.Awalnya Kenzi sudah menerima kenyataan uang jajan dipotong selama satu tahun. Sekarang setelah dibela Kakek Juan, uang jajannya malah dipotong selama dua tahun.“Ergh ….” Juan terbengong di tempat. Dia ingin membantu, tetapi dia juga tidak berani bersuara lagi. Dia hanya berdeham, lalu melirik ke arah rak kaca yang terbuka. Juan mulai mengarang alasan baru. “Semua bukan salah dia! Aku yang tidak mengunci rak kaca itu. Meski dia tidak menghancurkannya, bisa jadi ada maling yang akan mencurinya.”Disusul terdengar suara omelan Juan. “Bagaimana kerja kalian! Bukankah aku sudah suruh kalian mengunci rak kaca ini? Kenapa kalian malah melupakannya! Apa kalian tidak ingin gaji bulan ini lagi! Atau kalian sudah malas beke
Awalnya Kenzi mengira dirinya akan diomeli lagi. Ternyata ibunya tidak sedang memarahinya, melainkan bertanya cara membuka gembok. Dalam sesaat, Kenzi merasa gembira hendak menunjukkan kehebatannya.Dua tangan kecil disandarkan satu sama lain membuat sebuah pose. Kemudian, dia melakukan gerakan memutar dan mengeluarkan suara “Plak” yang berarti gembok terbuka.Mungkin orang-orang tidak mengerti maksud dari “pertunjukan” Kenzi tadi. Hanya saja, bagaimanapun dia adalah darah daging Yuna. Yuna mengerti maksudnya, hanya saja dia masih tidak percaya. “Segampang itu?”“Emm!” Kenzi mengangguk dengan kuat menyatakan memang segampang itu.Yuna berpikir sejenak, lalu memerintah pelayan di samping. “Pasang gembok di rak kaca.”Pelayan merasa kebingungan, spontan melirik ke sisi Juan. Saat ini, Juan juga sudah berjalan mendekat. Dia kelihatan sangat penasaran bagaimana si bocah bisa membuka gembok rak kacanya.Awalnya Juan mengira semua ini adalah kelalaian pelayannya. Mereka pasti lupa memasang g
Juan membuka mulutnya dengan lebar-lebar merasa terkejut. Dia melihat ke sisi bocah kecil, lalu mengacungkan jempol. “Kesayanganku memang hebat!”Setelah mendapat pujian, ujung bibir Kenzi langsung melengkung ke atas. Dia pun langsung membusungkan dadanya.Yuna memiringkan kepalanya sedang meneliti gembok itu. Dia juga tidak ahli dalam masalah kunci, tidak mengerti bagaimana teorinya. Dulu dia memang pernah menontonnya di TV, bahkan pernah menonton video membuka gembok di internet. Hanya saja, ketika melihat putranya membuka gembok dengan langsung, Yuna sungguh merasa kaget.“Siapa yang ajari kamu?” Yuna melihat ke sisi anaknya.Kenzi memiringkan kepalanya berpikir sejenak, lalu menjawab, “Vivi ….”“Siapa Vivi?” Juan bertanya dengan bingung.“Yovi?” Yuna berpikir sejenak, lalu bertanya, “Maksudmu Tante Yovi?”“Emm!” Kenzi mengangguk dengan kencang, lalu berkata, “Sendiri!”Jawaban yang ambigu itu membingungkan Juan. “Sebenarnya kamu belajar sendiri atau diajari Tante Vivi-mu?”“Emm ….”
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S