Lampu di dalam laboratorium menyala sepanjang malam. Saat langit mulai terang, Chermiko menguap, lalu melepaskan maskernya. Dia mencuci kedua tangannya, lalu berjalan keluar laboratorium sembari mengucek mata yang sudah tidak bisa dibukanya lagi.Chermiko sudah bergadang selama dua malam. Sekarang penelitian sudah mencapai tahap akhir. Dia merasa keberhasilan sudah di depan mata. Selama dua hari ini, Chermiko terus berpikir. Dia merasa berhubung Yuna bisa berhasil, itu berarti dirinya pasti bisa berhasil. Hanya saja, apa yang membuatnya kalah? Apa karena Yuna lebih cepat bergabung dalam penelitian ini? Atau karena dia lebih berpengalaman daripada Chermiko?Semakin sering Chermiko gagal dalam eksperimen, itu berarti semakin dekat pula dia dengan keberhasilan. Sepertinya Chermiko terlalu buru-buru hingga melupakan teori sesederhana ini.Dengan berpikir seperti ini, Chermiko semakin sering lembur di dalam ruangan eksperimen. Dia ingin menggunakan waktunya untuk mengecilkan jarak di antar
“Pak Delon, kamu tunggu sebentar. Kebetulan ada yang ingin aku tanyakan sama kamu.” Seusai berbicara, Chermiko segera membalikkan tubuh, berlari ke lantai bawah.Saat Chermiko sampai ke lantai satu, hanya tersisa Delon seorang diri. Tidak terlihat lagi bayangan tubuh wanita itu.“Chermiko, ada masalah apa?” tanya Delon dengan menyipitkan matanya.“Hanya masalah kecil dalam eksperimen saja ….” Chermiko mengintip ke belakang Delon, lalu bertanya, “Pak Delon, siapa orang itu? Apa dia juga anggota tim penelitian kita? Kenapa dia datang sepagi ini?”“Oh, dia juga salah satu anggota dari tim penelitian ini. Hanya saja, eksperimennya berbeda dengan eksperimen kita. Dia itu anggota tim proyek lain,” balas Delon dengan datar, “Itulah sebabnya kamu jarang bertemu sama dia. Apa yang ingin kamu tanyakan?”Chermiko mengangguk. “Ternyata begitu. Apa ada proyek lain selain eksperimen kita? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya? Proyek apa yang lagi diteliti?”“Chermiko, kamu juga sudah lama bergabung
Delon tersenyum dengan tidak berdaya. Jawabannya memang sesuai dengan dugaannya.Namun senyumannya itu membuat Chermiko merasa malu lantaran kedoknya terbongkar. Dia memang tidak pernah mengatakannya dengan jelas bahwa dirinya adalah murid terakhir dari Pak Juan. Hanya saja, semua orang di luar sana beranggapan seperti itu. Chermiko juga sengaja tidak melakukan klarifikasi. “Selama beberapa tahun ini kondisi tubuh Pak Juan tidak begitu baik. Itulah sebabnya dia tidak menerima tamu. Hanya saja, jika Pak Delon butuh bimbingannya, mungkin aku bisa bantu kamu untuk menanyakannya,” balas Chermiko setelah berdeham.Chermiko sedang mengisyaratkan kedekatan hubungannya dengan Juan. Dia memang tidak bisa membawa Delon untuk menemuinya, tapi dia bisa membantu Delon untuk menyampaikannya.“Benarkah?” Setelah mendengar ucapan Chermiko, Delon sungguh merasa kaget. “Bagus juga kalau begitu. Kebetulan aku ada beberapa pertanyaan. Chermiko, kalau kamu ada waktu luang, bantu aku tanyakan Pak Juan, ya.
Namun wanita itu sama sekali tidak peduli dengan Chermiko yang sedang emosi. Dia malah tersenyum. “Aku juga nggak kenal sama kamu, tapi … kita akan saling kenal setelah mengobrol nanti.”Chermiko kehabisan kata-kata.Sepertinya dunia sudah berubah! Sejak kapan nyali seorang wanita menjadi sebesar ini?Sebelumnya ada Yuna yang selalu menentangnya. Sekarang malah muncul wanita ini lagi. Kedua-duanya malah merupakan anggota laboratorium. Jangan-jangan semua wanita di laboratorium ini sudah gila?Tetiba Chermiko kepikiran dengan ucapan Delon tadi bahwa wanita ini sedang menjalankan penelitian proyek lain. Dia pun mulai menenangkan dirinya.“Oke, tapi tempat ini tidak cocok untuk mengobrol. Gimana kalau kita ganti tempat?” Chermiko melirik ke sekeliling. “Di dekat sini ada ….”“Nggak usah,” sela si wanita, “Di sini saja.”“Di sini?” Chermiko kembali melirik sekeliling. Area parkiran ini tidak tergolong jauh dari gedung laboratorium. Apalagi sekarang sudah mendekati jam masuk kerja, pasti ak
Kedua mata berkilauan si wanita tertuju pada diri Chermiko. Dia pun menjawab, “Rainie.”“Rai … nie …,” ulang Chermiko. Dia mengingat kembali daftar nama di dalam benaknya, tetapi dia tidak kenal dengan wanita yang bernama Rainie. Pada akhirnya, Chermiko hanya mengangguk. “Kamu itu anggota dari tim penelitian? Kata Pak Delon, kamu lagi teliti proyek lain. Proyek apa?”Rainie menatapnya dengan menyipitkan matanya. “Kamu mau obati adik sepupuku?”“Siapa?” Chermiko masih belum merespons.“Bella,” balas Rainie, “Bukankah kamu sudah janji sama mamaku?”Setelah mendengar ucapan Rainie, akhirnya Chermiko mengerti. “Oh, maksudmu, si gendut itu ….” Tetiba Chermiko terdiam. Dia merasa ucapannya agak lancang, alhasil dia pun berkata, “Ternyata kamu itu anaknya Bu Susan.”“Apa kamu sudah kepikiran caranya?” Rainie tidak meladeni ucapannya, langsung bertanya.“Cara sih ada. Hanya saja, kondisinya tergolong gampang-gampang susah untuk ditangani. Yang paling penting sekarang adalah kerja sama dari pas
Dari bahasanya, sepertinya Chermiko sedang memuji Yuna adalah wanita yang hebat. Hanya saja, Chermiko merasa wanita di hadapannya ini bukanlah orang yang gampang mengagumi dan memuji orang hebat.Semuanya bisa dilihat dari sikapnya terhadap Chermiko tadi. Semua orang tahu bahwa dirinya adalah murid terakhir dari Juan. Jadi, semuanya akan bersikap hormat dan sungkan terhadapnya. Selain itu, Rainie sendiri juga tahu ibunya sedang meminta bantuannya. Namun, dia malah tidak bersikap sungkan sama sekali. Bahkan, boleh dikatakan bahwa dia sangat … arogan.Selama beberapa tahun ini, Chermiko pernah bertemu orang-orang yang begitu sombong seperti Rainie. Dia bisa bergabung dalam eksperimen dan memiliki hubungan bagus dengan Delon, semuanya pasti karena dia berkompeten. Pantas saja dia bisa bersikap sombong. Apalagi dia masih muda, ketika mendengar Yuna lebih diagungkan daripada dirinya, dia pasti akan merasa iri dan juga marah.Sesuai dugaan, terlihat senyuman sinis di wajah Rainie. “Sangat ko
Suara nyaring itu seolah-olah menghantam hati Yuna. Dia menatap serpihan kaca dengan terbengong. Setelah beberapa saat, Yuna spontan berjongkok hendak memungutnya. Namun, langkahnya dihalangi oleh Stella. “Jangan! Biar aku saja!”“Maaf ….” Yuna merasa bersalah. Dirinya memang sedang tidak fokus.“Kenapa malah minta maaf? Ini kan studiomu.” Stella bercanda hendak menenangkan diri Yuna.Seharian ini Yuna kelihatan sedang tidak fokus. Tentu saja Stella bisa merasakannya. Hanya saja, berhubung Yuna tidak mengatakannya, dirinya juga tidak menanyakannya. Sepertinya Yuna tidak bisa melanjutkan pekerjaannya dulu.“Kamu pergi istirahat saja. Ada aku di sini!” Stella mendorong Yuna dengan perlahan, lalu kembali memungut serpihan kaca.Untung saja yang jatuh hanyalah pipet untuk mengambil wewangian. Jadi, tidaklah berbahaya.Setelah Stella selesai membereskan, tampak Yuna sedang duduk di sofa luar sana. Dia kelihatan sangat diam. Tatapannya hanya tertuju pada ponsel yang sedang digenggamnya. Jela
“Apa maksudmu tergolong iya?” Stella merasa sedikit penasaran.Kalau iya, ya iya. Kalau bukan, ya bukan. Apa maksudnya tergolong iya?“Daripada bilang membantunya menurunkan berat badan, lebih tepatnya adalah membantu mengobati penyakitnya.” Yuna mengambil gelas minumannya. Setelah meminum minuman hangat, pikiran Yuna menjadi lebih jernih.“Mengobati?” Awalnya Stella merasa agak bingung. Disusul, Stella pun merespons. “Aku mengerti. Maksudnya dia itu bisa gendut gara-gara hormonnya nggak stabil?”Yuna malah menggeleng. “Bukan.”Seusai menjawab, Yuna pun terdiam, lalu meniup minuman yang agak panas itu. Dia seolah-olah sedang memikirkan sesuatu saja.Stella juga tidak mengganggunya. Dia hanya merasa agak bingung.Beberapa saat kemudian, Yuna baru berkata, “Aku juga nggak jelas, semuanya hanya tebakanku saja. Aku masih harus memikirkannya.”“Oh,” balas Stella. Baru saja Stella hendak memegang gelasnya, Yuna malah langsung berdiri. “Aku keluar sebentar.”“Ke mana?” Stella sungguh terkejut
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam
“Apa maksudmu?” tanya Fred.“Ingat, sebesar apa pun otoritas yang kedutaan punya, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk sama hukum negara setempat. Hilangnya aku mungkin nggak begitu dipedulikan sama negara, tapi beda cerita dengan guruku. Guruku ini sangat dihormati banyak orang dan sudah banyak pejabat tinggi negara yang pernah dia tolong. Cuma menghilang satu atau dua hari saja mungkin belum ada yang sadar, tapi lama-lama pasti ada orang yang melapor ke polisi. Tinggal kita lihat saja bakal sebesar apa kehebohannya. Apa nanti kamu masih bisa menjalankan eksperimen kamu dengan tenang?”Kalimat terakhir memberikan dampak yang sangat serius terhadap Fred. Eksperimen itulah yang sangat dia pedulikan di antara banyak hal lainnya.“Kamu pikir aku takut sama pemerintah kalian yang nggak bisa kerja itu?”“Ha, kalau nggak takut, kenapa kamu harus sembunyi-sembunyi begini? Lagi pula mereka bukan pejabat yang nggak bisa kerja. Kalau kamu masih nggak mau membebaskan guruku, tunggu saja. Nanti
“Oh, jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar intinya cuma itu,” ujar Yuna sembari bersandar ke belakang dan kedua tangan bersila di depan adanya. “Bukannya kamu selalu bilang kamu yang paling hebat? Kenapa cuma catatan eksperimen saja kamu nggak bisa?”“Nggak usah congkak, itu juga bukan hasil jerih payahmu sendiri saja, tapi seluruh ilmuwan yang ada di lab kita dulu,” ucap Rainie menepis. “Waktu itu kamu yang bawa pergi catatannya dan database lab juga sudah rusak. Daripada kamu mati tanpa mewariskan apa-apa, mending kasih aku saja, biar aku yang memanfaatkannya!”Rainie sangat menginginkan catatan itu, tetapi di tahu catatan itu masih dipegang oleh Yuna, dan Yuna jelas tidak akan semudah itu memberikannya kepada orang lain, apalagi Rainie. Catatan eksperimen itu akan sangat berguna sebagai fondasi bagi eksperimen lain di masa depan. Rainie mana rela membiarkan Yuna menyimpan itu untuk dirinya sendiri saja. Sekarang mau tidak mau Rainie mengancamnya dengan membawa-bawa nama Brandon
Yuna tidak peduli ataupun memberikan tanggapan balik karena dia tidak percaya dengan satu pun dari kata-kata yang Rainie ucapkan. Kedatangan Rainie ke sini semata-mata hanya untuk membuat Yuna terpancing. Yuna tidak akan terjatuh semudah itu.Raine tentu saja merasa tersinggung dengan sikap Yuna yang cuek, dia pun berkata, “Kamu pasti berpikir aku cuma ngelantur, ‘kan? Sekarang mereka juga pasti lagi kesulitan, makanya selama ini mereka nggak bergerak. Selain itu aku juga sudah meneliti obat yang bisa mengendalikan pikiran orang lain. Sekarang Shane sudah ada di bawah genggamanku, tapi mereka masih belum menyadarinya. Coba kamu tebak, kalau aku suruh Shane untuk membunuh mereka semua sewaktu mereka lagi tidur, siapa yang akan jadi pemenang di antara kita?”“Sudah selesai bacotnya? Kalau sudah, boleh keluar sekarang?” balas Yuna. “Apa Fred segitu meremehkan amu sampai dia nggak kasih kamu kerjaan yang lebih penting?”“Hahaha, kamu salah. Sekarang semua lab sudah dipercayakan padaku. Aku
Yuna menarik tangan Juan dan berkata padanya dengan raut wajah serius. “Aku nggak demam, apalagi gila. Pokoknya kamu harus dengar apa kataku!”“Kamu bisa mati!”“Aku mungkin akal mati, tapi bisa juga nggak. Tapi yang jelas kalau eksperimen ini nggak dilakukan, semuanya nggak akan berakhir. Supaya kekacauan ini bisa segera selesai, eksperimen ini harus dilakukan.”“Benar apa yang dia bilang!”Seketika mereka mendengar ada suara orang lain yang datang dari luar. Pintu kamar terbuka dan Rainie pun masuk dengan wajah tersenyum.“Kamu siapa?” tanya Juan dengan wajahnya yang mengerut kesal. Siapa pun yang bisa bebas keluar masuk kamar ini berarti adalah kawannya Fred, dan mereka jelas bukan orang baik-baik.“Dia sama saja kayak Fred,” jawab Yuna.“Oh, kelihatan, sih.”Rainie tidak marah atau tersinggung mendengar itu, dia justru malah bangga.“Terus kenapa? Di sini yang kuat memakan yang lemah. Aku pemenangnya, dan kalian pecundang. Oh, salah, kamu bahkan bukan pecundang, tapi onggokan dagin