Delon tersenyum dengan tidak berdaya. Jawabannya memang sesuai dengan dugaannya.Namun senyumannya itu membuat Chermiko merasa malu lantaran kedoknya terbongkar. Dia memang tidak pernah mengatakannya dengan jelas bahwa dirinya adalah murid terakhir dari Pak Juan. Hanya saja, semua orang di luar sana beranggapan seperti itu. Chermiko juga sengaja tidak melakukan klarifikasi. “Selama beberapa tahun ini kondisi tubuh Pak Juan tidak begitu baik. Itulah sebabnya dia tidak menerima tamu. Hanya saja, jika Pak Delon butuh bimbingannya, mungkin aku bisa bantu kamu untuk menanyakannya,” balas Chermiko setelah berdeham.Chermiko sedang mengisyaratkan kedekatan hubungannya dengan Juan. Dia memang tidak bisa membawa Delon untuk menemuinya, tapi dia bisa membantu Delon untuk menyampaikannya.“Benarkah?” Setelah mendengar ucapan Chermiko, Delon sungguh merasa kaget. “Bagus juga kalau begitu. Kebetulan aku ada beberapa pertanyaan. Chermiko, kalau kamu ada waktu luang, bantu aku tanyakan Pak Juan, ya.
Namun wanita itu sama sekali tidak peduli dengan Chermiko yang sedang emosi. Dia malah tersenyum. “Aku juga nggak kenal sama kamu, tapi … kita akan saling kenal setelah mengobrol nanti.”Chermiko kehabisan kata-kata.Sepertinya dunia sudah berubah! Sejak kapan nyali seorang wanita menjadi sebesar ini?Sebelumnya ada Yuna yang selalu menentangnya. Sekarang malah muncul wanita ini lagi. Kedua-duanya malah merupakan anggota laboratorium. Jangan-jangan semua wanita di laboratorium ini sudah gila?Tetiba Chermiko kepikiran dengan ucapan Delon tadi bahwa wanita ini sedang menjalankan penelitian proyek lain. Dia pun mulai menenangkan dirinya.“Oke, tapi tempat ini tidak cocok untuk mengobrol. Gimana kalau kita ganti tempat?” Chermiko melirik ke sekeliling. “Di dekat sini ada ….”“Nggak usah,” sela si wanita, “Di sini saja.”“Di sini?” Chermiko kembali melirik sekeliling. Area parkiran ini tidak tergolong jauh dari gedung laboratorium. Apalagi sekarang sudah mendekati jam masuk kerja, pasti ak
Kedua mata berkilauan si wanita tertuju pada diri Chermiko. Dia pun menjawab, “Rainie.”“Rai … nie …,” ulang Chermiko. Dia mengingat kembali daftar nama di dalam benaknya, tetapi dia tidak kenal dengan wanita yang bernama Rainie. Pada akhirnya, Chermiko hanya mengangguk. “Kamu itu anggota dari tim penelitian? Kata Pak Delon, kamu lagi teliti proyek lain. Proyek apa?”Rainie menatapnya dengan menyipitkan matanya. “Kamu mau obati adik sepupuku?”“Siapa?” Chermiko masih belum merespons.“Bella,” balas Rainie, “Bukankah kamu sudah janji sama mamaku?”Setelah mendengar ucapan Rainie, akhirnya Chermiko mengerti. “Oh, maksudmu, si gendut itu ….” Tetiba Chermiko terdiam. Dia merasa ucapannya agak lancang, alhasil dia pun berkata, “Ternyata kamu itu anaknya Bu Susan.”“Apa kamu sudah kepikiran caranya?” Rainie tidak meladeni ucapannya, langsung bertanya.“Cara sih ada. Hanya saja, kondisinya tergolong gampang-gampang susah untuk ditangani. Yang paling penting sekarang adalah kerja sama dari pas
Dari bahasanya, sepertinya Chermiko sedang memuji Yuna adalah wanita yang hebat. Hanya saja, Chermiko merasa wanita di hadapannya ini bukanlah orang yang gampang mengagumi dan memuji orang hebat.Semuanya bisa dilihat dari sikapnya terhadap Chermiko tadi. Semua orang tahu bahwa dirinya adalah murid terakhir dari Juan. Jadi, semuanya akan bersikap hormat dan sungkan terhadapnya. Selain itu, Rainie sendiri juga tahu ibunya sedang meminta bantuannya. Namun, dia malah tidak bersikap sungkan sama sekali. Bahkan, boleh dikatakan bahwa dia sangat … arogan.Selama beberapa tahun ini, Chermiko pernah bertemu orang-orang yang begitu sombong seperti Rainie. Dia bisa bergabung dalam eksperimen dan memiliki hubungan bagus dengan Delon, semuanya pasti karena dia berkompeten. Pantas saja dia bisa bersikap sombong. Apalagi dia masih muda, ketika mendengar Yuna lebih diagungkan daripada dirinya, dia pasti akan merasa iri dan juga marah.Sesuai dugaan, terlihat senyuman sinis di wajah Rainie. “Sangat ko
Suara nyaring itu seolah-olah menghantam hati Yuna. Dia menatap serpihan kaca dengan terbengong. Setelah beberapa saat, Yuna spontan berjongkok hendak memungutnya. Namun, langkahnya dihalangi oleh Stella. “Jangan! Biar aku saja!”“Maaf ….” Yuna merasa bersalah. Dirinya memang sedang tidak fokus.“Kenapa malah minta maaf? Ini kan studiomu.” Stella bercanda hendak menenangkan diri Yuna.Seharian ini Yuna kelihatan sedang tidak fokus. Tentu saja Stella bisa merasakannya. Hanya saja, berhubung Yuna tidak mengatakannya, dirinya juga tidak menanyakannya. Sepertinya Yuna tidak bisa melanjutkan pekerjaannya dulu.“Kamu pergi istirahat saja. Ada aku di sini!” Stella mendorong Yuna dengan perlahan, lalu kembali memungut serpihan kaca.Untung saja yang jatuh hanyalah pipet untuk mengambil wewangian. Jadi, tidaklah berbahaya.Setelah Stella selesai membereskan, tampak Yuna sedang duduk di sofa luar sana. Dia kelihatan sangat diam. Tatapannya hanya tertuju pada ponsel yang sedang digenggamnya. Jela
“Apa maksudmu tergolong iya?” Stella merasa sedikit penasaran.Kalau iya, ya iya. Kalau bukan, ya bukan. Apa maksudnya tergolong iya?“Daripada bilang membantunya menurunkan berat badan, lebih tepatnya adalah membantu mengobati penyakitnya.” Yuna mengambil gelas minumannya. Setelah meminum minuman hangat, pikiran Yuna menjadi lebih jernih.“Mengobati?” Awalnya Stella merasa agak bingung. Disusul, Stella pun merespons. “Aku mengerti. Maksudnya dia itu bisa gendut gara-gara hormonnya nggak stabil?”Yuna malah menggeleng. “Bukan.”Seusai menjawab, Yuna pun terdiam, lalu meniup minuman yang agak panas itu. Dia seolah-olah sedang memikirkan sesuatu saja.Stella juga tidak mengganggunya. Dia hanya merasa agak bingung.Beberapa saat kemudian, Yuna baru berkata, “Aku juga nggak jelas, semuanya hanya tebakanku saja. Aku masih harus memikirkannya.”“Oh,” balas Stella. Baru saja Stella hendak memegang gelasnya, Yuna malah langsung berdiri. “Aku keluar sebentar.”“Ke mana?” Stella sungguh terkejut
“Apa Kakek nggak menyambutku?” tanya Yuna sembari melangkahkan kakinya ke dalam rumah.“Sambut! Sambut! Kenapa tidak menyambut?” Juan berkata dengan tersenyum, “Tapi aku ….”Melihat Juan sedang melindungi makanan dan minumannya, Yuna pun menghela napas. “Gara-gara lagi mengandung, dokter berpesan aku nggak boleh makan yang pedas-pedas.”“Kalau begitu, kamu tidak boleh makan ini. Sup ini pedas sekali, haish, sayang, ya!” Meskipun Juan berbicara seperti ini, dia malah terlihat gembira.Yuna pun menggeleng tanda tidak berdaya.Siapa sangka dokter genius yang terkenal sejagat raya ini sangat suka makan! Yang paling aneh adalah dia tidak suka berbagi makanan sama sekali!Setiap kalinya, Juan bersikap seperti ada yang ingin berebut makanan dengannya saja. Meskipun Yuna sudah menunjukkan sikap tidak tertarik, dia masih saja takut makanannya akan direbut.Sambil berbicara, Juan sambil bertanya, “Oh ya, dengar-dengar penelitianmu sudah berhasil? Bagus! Tidak sia-sia kamu menjadi muridku!”Juan
Tanpa menunggu jawaban dari Yuna, Juan pun langsung menyindir, “Bukannya aku cerewet, sepertinya masalah penelitian kalian banyak sekali! Sebenarnya apa yang sedang kalian teliti?”“Bukan, bukan, kali ini bukan masalah penelitian.” Yuna menggeleng, lalu menjelaskan, “Ini masalah lain. Aku hanya kepikiran sesuatu, tapi aku masih nggak bisa memastikan.”“Kemungkinan itu ada, tapi tidak besar! Biasanya obat-obatan herbal direbus dan dikonsumsi untuk mendapatkan khasiatnya. Jadi, jika ingin mengandalkan penyerapan obat melalui dihirup, sepertinya hal itu tidaklah mudah. Bukan hanya sulit saja, risikonya juga sangat tinggi!”Juan menyesap minumannya, lalu berkata, “Kira-kira, objek penelitian apa yang akan digunakan supaya bisa mendapatkan data yang lebih akurat? Apa … menggunakan monyet?” Setelah berpikir sejenak, Juan pun bertanya pada murid terakhirnya.Yuna terdiam.“Monyet memang adalah jenis hewan yang paling mirip dengan manusia. Tapi selain bisa mendapatkan data hasil uji coba, kita
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S