“Steve, dia bukanlah putraku!”Steve sedang tersenyum sambil menunggu ucapan selanjutnya. Namun setelah mendengar ucapan ini, dia langsung terbengong di tempat. Senyuman di wajahnya juga menghilang. Dia langsung membelalaki ibunya.Saat ini, Steve sungguh curiga dengan telinganya. Sepertinya dia telah salah dengar. Namun orang-orang seketika menjadi ricuh, seolah-olah ada bom atom yang meledak, membuat semuanya terasa syok.Padahal mereka semua menebak orang yang dimaksud itu adalah Brandon. Mereka sungguh tidak menyangka ternyata orang yang dimaksud Amara itu adalah … Steve?Steve? Bukankah dia adalah putra dari Amara? Astaga! Apa yang terjadi?Siapa pun tahu bahwa Steve adalah putra kesayangan Amara. Demi Steve, Amara bahkan sering bertengkar dengan Jason. Semua orang juga tahu bahwa dia sangat pilih kasih. Namun sekarang, Amara malah mengungkapkan di hadapan semua orang bahwa dia bukan anak kandung Amara?“Ma, apa yang sedang Mama katakan! Mama salah bicara, sekarang kita lagi bahas
“Tidak, tidak mungkin! Hasil tes DNA itu pasti palsu! Pasti palsu!” Sepertinya Steve kepikiran sesuatu, dia langsung memalingkan kepalanya melihat mereka semua sedang mengoper hasil tes DNA tersebut. Kemudian, dia pun langsung menjerit bagai sudah kehilangan kewarasannya saja.“Hasil tes DNA ini bukan hanya mengetes kamu saja. Ada hasil aku dengan Mama, Mama dengan Brandon, aku dengan Brandon, tentu saja …. ada kamu!” Kali ini, orang yang berbicara adalah Clara. Dia memapah Amara, lalu berbicara sambil menatap Steve, “Kami semua terbukti memiliki hubungan darah. Hanya kamu yang nggak punya hubungan darah sama kami.”Seandainya ucapan Amara tadi terasa bagai disambar geledek, ucapan Clara sekarang bagai diterjang tsunami saja. Steve melihat Clara dengan menganga. “Kalian … kalian semua sudah bersekongkol untuk mencelakaiku. Apa kamu diancam? Apa Brandon mengancammu? Katakanlah, semuanya ada di sini, kami akan bantu Mama!” teriak Steve sambil menunjuk ke sisi Brandon.Steve sungguh tidak
Amara sungguh tidak menyangka Steve akan berbicara seperti ini. Padahal Amara sudah membesarkannya dengan susah payah dan begitu menyayanginya, dia malah mengatakan ucapan yang menyakiti hatinya. Amara merasa dirinya bagai melihat seorang orang asing saja.“Aku nggak percaya!” Steve mengambil hasil tes DNA dari tangan seseorang. Dia hanya melirik sekilas, lalu merobek kertas itu. Disusul, terdengar suara yang sangat dingin, “Hasil tes DNA ini palsu. Aku pernah melihat hasil tes DNA yang asli. Aku bisa memastikan hasil ini adalah versi palsu. Belakangan ini penyakit pikun mamaku semakin parah saja, kalian nggak bisa percaya dengan omongannya. Semua yang dia katakan itu nggak benar. Dia sendiri juga nggak tahu dia lagi ngomong apa.”Kemudian, Steve melihat ke arah pembantu. “Bi Tati, bawa Mama untuk istirahat di kamar!”Namun, si pembantu tidak bergerak dan juga tidak menyahut. Saat ini Steve bagai seorang badut saja. Semua orang sedang melihat dirinya sedang membohongi diri sendiri.“Bi
“Kamu! Pasti kamu!” Steve bagai sudah kehilangan kewarasannya saja. Kedua mata merah Steve mengamati sekeliling. “Sepertinya kebanyakan dari kalian sudah disogok oleh Brandon. Kalian sedang bersekongkol untuk bersandiwara! Hehe, kalian semua datang untuk mempermalukanku, ‘kan? Aku tahu, kalian semua ingin mencelakaiku. Semuanya!”“Kamu jangan membohongi diri sendiri lagi!” Brandon yang terdiam dari tadi akhirnya berbicara, “Cukup memungkinkan kalau aku menyogok yang lain, tapi bagaimana dengan nenek? Coba kamu lihat Nenek, lihat baik-baik! Mungkin orang lain akan mengkhianatimu karena menerima sogokan, tapi bagaimana dengan Nenek?”“Sejak kecil, semua orang juga tahu betapa Nenek memanjakanmu. Sekarang kamu malah mengatakan Nenek sedang berbohong? Kamu kira Nenek akan mencelakai anak yang paling dicintainya demi mendapatkan kekayaan dan kekuasaan?” jerit Brandon, “Steve, kamu sudah menghina Nenek!”“Kenapa? Kenapa?” Suara Steve terdengar gemetar. Entah kenapa masalah bisa berubah menja
Steve tidak akan mungkin bisa mewarisi bisnis Keluarga Setiawan. Dia juga tidak memiliki kemungkinan untuk bangkit lagi. Dia bahkan … akan diusir dari Keluarga Setiawan. Dia akan kehilangan semua yang dimilikinya sekarang!Tentu saja Steve merasa tidak rela! Tidak rela!Steve menundukkan kepala sambil mengepal erat tangannya. Dia tidak berbicara, hanya menggertakkan giginya saja.Sementara, orang di hadapan Steve saat ini sedang mengkhawatirkan kondisi Amara. Saat ini, Yuna menunjukkan ekspresi layaknya seorang nyonya rumah saja. Dia memerintah pembantu untuk memanggil dokter keluarga, lalu membubarkan orang-orang agar Amara bisa beristirahat dengan tenang.Kemudian, Yuna duduk di samping ranjang. Dia mengambil handuk untuk mengelap kening dan telapak tangan Amara. Clara sedang menatap Yuna dari samping. Seketika kesannya terhadap Yuna sudah berubah. Tadi sewaktu Amara jatuh pingsan, Clara merasa sangat panik, tidak tahu harus berbuat apa. Ibunya memang pernah pingsan berkali-kali. Ha
Setelah keluar dari kamar, Steve pun bergegas meninggalkan kediaman. Dia masih belum kepikiran tujuannya. Hanya saja, dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Kediaman ini membuat dada Steve terasa sesak. Dia terus kepikiran dengan kegagalannya tadi.Hingga saat ini, Steve masih tidak bisa menerimanya. Kenapa masalah bisa menjadi seperti ini? Steve merasa kepalanya sangat berat.Semua tamu sudah meninggalkan kediaman. Semuanya pulang dengan gosip baru, sedangkan Steve bagai seekor topeng monyet yang sedang dipermainkan saja. Awalnya dia mengira masalah berada di bawah kendalinya, tak disangka pada akhirnya dia malah menjadi bahan lelucon orang-orang.Pada saat ini, tatapan Steve tak sengaja tertuju pada diri seseorang. Ternyata Monica masih belum pergi. Dia berdiri di tempat melihat Steve tanpa bersuara sama sekali.Keberadaan Monica tidak membuat Steve merasa lebih nyaman, malah membuatnya merasa lebih murka. Sebelum disindir oleh Monica, Steve pun duluan berkata dengan sinis, “Kenapa ma
“Aku akan menghubungimu di saat aku ada waktu!” Monica menjinjit ujung kakinya, lalu berbisik di samping telinga Steve, “Tunggu aku!”Steve melihat Monica dengan kaget. Tatapan itu bagai ketika hari pertama mereka bertemu.Monica menggigit bibir bawahnya, lalu berbisik lagi, “Percaya sama aku! Aku Nini!” Selesai berbicara, hatinya goyah. Dia langsung menjinjit ujung kakinya, lalu mengecup pipi Steve. Setelah itu, Monica langsung berjalan pergi.Kali ini, Steve terbengong.Hingga bayangan si wanita menghilang, Steve baru mengusap pipinya. Apa Steve sedang bermimpi?Namun, kunci apartemen ada di tangan Steve. Dia tidak sedang bermimpi, semua ini adalah kenyataan.Jika semua ini memang nyata, kenapa Monica tidak memukul dan mentertawakan Steve, melainkan malah menciumnya dan memberinya tempat untuk berteduh?Sambil melihat kunci di tangan, Steve berpikir, jangan-jangan ini adalah jebakan baru?Nini? Nini kepalamu!Awalnya, Steve mengira panggilan itu hanyalah panggilan mesra. Asalkan Stev
Saat Hanny pulang ke rumah, Monica juga masih belum bangun. Belakangan ini waktu tidur Monica semakin panjang, wajahnya juga semakin pucat saja. Hanya saja, Monica tidak suka untuk pergi berobat. Bagi seorang praktisi seni bela diri, berobat adalah hal yang sangat memalukan!Kondisi tubuh Monica sangatlah bugar, untuk apa dia pergi berobat? Meski sakit, itu pun hanya penyakit ringan saja. Monica bisa menghadapinya.Contohnya sekarang, Monica hanya butuh cukup tiduran banyak istirahat, lalu berolahraga untuk memulihkan energi dalamnya. Nanti kondisi tubuhnya otomatis akan pulih dengan sendirinya.Hanny pergi ke dapur memasak sup untuk Monica. Belakangan ini dia akan memasak sup untuk Monica setiap dua hari sekali. Setelah meneguknya, Monica merasa agak nyaman.Hari ini, Hanny memasak sup akar teratai. Aroma wangi dan manis seketika menyelimuti satu ruangan.Tak lama kemudian, Monica sudah bangun dari istirahatnya. Dia memanggil Hanny ke lantai atas. Hanny segera mengambil semangkuk sup,
Dengan kata lain, CCTV pun tidak menangkap adegan di mana Rainie melarikan diri. Dalam situasi seperti ini hanya ada dua kemungkinan. Pertama, ada pengkhianat yang bersekongkol dengan Rainie, yang tidak hanya membuat Rainie menghindari pengawasan CCTV tapi juga menghindari pantauan semua orang. Kedua … dia benar-benar bisa menghilang!Apa pun kemungkinannya, tidak ada yang berani menyimpulkan sebelum mereka mendapatkan hasil pemeriksaan yang jelas. Edgar tidak mungkin bisa mendapatkan hasilnya hanya dalam waktu satu hari. Karena itu mereka pun bubar setelah menemui jalan buntu. Hasil tes DNA kedua anak itu juga kebetulan sudah keluar. Ketika melihat hasil tesnya, dalam sekejap Brandon langsung ingin meneteskan air mata. Kedua anak itu benar adalah anak kandungnya. Kedua anak kembar yang belum pernah dia temui semenjak mereka dilahirkan di dunia ini akhirnya sudah berada di sisinya kini. Namun demikian, Brandon masih diterpa oleh perasaan yang rumit. Anaknya sudah kembali, tetapi Yuna m
“Siapa pun bisa, berarti aku juga bisa?” tanya Fred datar tetapi berisikan ancaman.Di saat itu Rainie sadar kalau dia sudah salah bicara. Lantas dia pun segera menundukkan kepalanya dan membungkuk seraya berkata, “Nggak, bukan itu maksudku! R20 sepenuhnya akan kuserahkan padamu. Terserah kamu mau pakai ke siapa. Aku … aku mana berani pakai R20 ke kamu ….”“Nggak apa-apa, aku cuma asal ngomong saja. Kalaupun kamu mau pakai R20 itu ke aku, apa kamu bisa? Sebenarnya kamu lumayan juga. Aku rasa kamu bisa berguna untukku. Untuk sekarang kamu tinggal di sini dulu saja. Nanti aku minta anak buahku untuk siapkan kamar. Tapi demi keamanan kamu sendiri, jangan pergi ke mana-mana. Mengerti?”“Iya. Mulai hari ini aku akan mengikuti perintahmu!”Merasa puas dengan sikap yang Rainie tunjukkan padanya, Fred memanggil anak buahnya untuk membawa Rainie pergi ke kamarnya. Sesudah Rainie pergi dari kantornya, senyum sinis di wajahnya itu sirna. Dia membuka botol kecil itu untuk melihat apa isinya karena
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung