Share

Part 48. Mengadu

Author: Loyce
last update Last Updated: 2024-08-22 21:30:01

“Dante!”

Praba keluar dari kamar Sinar melangkah dengan tegap ke arah asisten pribadinya. Talita sudah tidak ada di rumah tersebut, sedangkan Dante dan kedua Bibi sudah mulai membersihkan kekacauan yang dilakukan oleh Talita.

“Siap, Pak!” Dante yang tadinya berjongkok untuk memunguti bunga hias yang sudah keluar dari lubang vas bunga itu berdiri.

“Kamu urus yang di sini. Pastikan semuanya beres dan ganti apa pun yang perlu diganti. Kamu tanyakan kepada Sinar apa yang dia butuhkan. Saya akan mengurus hal lain.”

Praba tidak bisa tinggal diam dengan semua sikap buruk yang Talita lakukan. Mengacaukan rumah orang lain merupakan hal yang sudah keterlaluan. Tabiat buruk itu tidak bisa dibiarkan atau perempuan itu akan membuat segalanya menjadi rumit.

Praba mencari keberadaan Talita di rumah mereka, tetapi dia tidak menemukan perempuan itu di mana pun.

“Ibu tidak pulang beberapa hari ini, Pak.” Begitu kata Bibi memberi tahu.

Praba mendesah panjang mendengar informasi tersebut. Ekpresi dingin
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 49. Rencana Pertemuan

    “Biarkan istriku yang mengambil keputusan. Apakah dia bersedia bertemu dengan Papa atau tidak.”Praba tidak akan bertindak gegabah atau bahkan mengambil keputusan sendiri agar Sinar menemui orang tuanya. Baik dia atau bahkan Sinar, mereka sama-sama tahu jika yang mereka lakukan sekarang ini semata hanya untuk membalas Talita. Mereka memiliki misi yang sama sehingga bekerja sama.Begitulah kira-kira yang ada di dalam pikiran mereka masing-masing. Jadi, segala tindakan mereka harus benar-benar dipikirkan dengan matang.“Aku pergi dulu,” pamit Praba kepada orang tuanya karena merasa tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi.Dia sudah menjelaskan semuanya tanpa ada yang tersisa. Bahkan dia tak menutupi kejadian tentang pengobatan Surya yang ditanggung oleh Talita. Dia sudah mengungkapkan segalanya. Mungkin saja pikiran orang tua Praba sekarang tetap pada pendirian mereka jika Praba tidak bisa bercerai. Namun, Praba tidak akan peduli dengan apa pun karena keputusannya sudah jelas. Talit

    Last Updated : 2024-08-22
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 50. Kedatangan Orang Tua Praba

    Sinar tampak tenang tanpa merasa terusik dengan keberadaan Talita dan orang tua Praba di rumahnya. Setelah beberapa hari lalu membuat janji temu, akhirnya mereka hari ini bisa bertatap muka.Menyadari tiga orang tersebut menatapnya dengan tatapan menilai, tidak senang, sinis, dan berbagai macam bentuk tatapan diberikan kepadanya, Sinar sama sekali tidak terusik. Belum juga mereka mulai bicara, tetapi ketegangan sudah terasa.“Pa, Ma, jadi dia yang namanya Sinar. Dia istri keduaku dan kami menikah atas persetujuan Talita.” Praba mengawali pembicaraan lebih dulu.“Lalu, di mana anakmu?” tanya Dimas tanpa peduli dengan keberadaan Sinar.“Dia ada di kamar dan sedang tidur. Nanti akan aku bawa dia ke sini. Jadi, mari selesaikan dulu apa yang perlu kita selesaikan.”Praba bertindak tegas meskipun dia sekarang tengah berbicara dengan kedua orang tuanya. Keberadaan orang tua praba di sana seperti sebuah perisai yang digunakan oleh Talita untuk menyembunyikan sikap buruknya yang selalu dilakuk

    Last Updated : 2024-08-23
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 51. Pertikaian

    Sinar tidak menjawab dan membuat teka-teki baru untuk kedua orang tua Praba. Membiarkan mereka berasumsi dengan pikiran mereka sendiri apa yang sebenarnya diinginkan oleh Sinar. Sinar tidak peduli dengan reputasinya.“Papa sedang bertanya sama kamu, Sinar. Kamu tidak dengar itu?” Talita geram karena kebungkaman Sinar. “Atau jangan-jangan memang kamu bersedia tetap bersama dengan Mas Praba karena uang. Astaga, Sinar. Kamu benar-benar tidak tahu malu!”“Siapa yang tidak tahu malu, Talita?” Sinar membuang panggilan ‘Bu’ di depan nama Talita karena sudah terlewat kesal. “Aku atau kamu?”Talita merah padam mendengar betapa tidak sopannya Sinar kepadanya. Apa yang dia miliki sampai dia bisa bersikap seperti itu?“Kamu juga bukan perempuan suci yang tidak melakukan kejahatan demi mendapatkan Pak Praba. Ingatlah segala dosa yang sudah kamu perbuat kepada orang-orang yang sudah kamu sakiti. Kamu bahkan tidak punya malu ketika memberikan perangsang kepada Pak Praba.”“Hentikan! Sialan kamu, Sin

    Last Updated : 2024-08-23
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 52. Dipisahkan

    “Di mana Askara!”Talita yang baru saja keluar dari dapur itu terkejut mendengar suara Praba. Tak hanya itu, lelaki itu muncul dengan wajah biru-biru di beberapa bagian. Aura permusuhan itu kental luar biasa dan tampak akan menghabis semua orang.“Di mana Askara!” Praba berteriak membentak Talita yang sejak tadi hanya menatapnya tanpa bicara. Rasa kesal dan lelah bercampur menjadi satu menjadikan Praba tidak bisa mengendalikan dirinya.Ini untuk pertama kalinya lelaki itu meninggikan suaranya di depan Talita. Jika biasanya dia bisa menahan diri, maka sekarang tentu beda lagi. Ini sudah menyangkut anaknya dan itu sudah melewati batasnya.Praba naik ke lantai atas dan mencari Askara di kamarnya. Namun, keberadaan bayi itu tidak ada.“Mas, dia ada di kamar Mama.” Talita mencekal tangan Praba yang sejak tadi mondar-mandir kesana-kemari.“Kenapa tidak bicara dari tadi!” Praba lagi-lagi membentak Talita dengan kasar tak peduli jika perempuan itu tampak terkejut luar biasa.“Kok kamu jadi ka

    Last Updated : 2024-08-24
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 53. Di Tangan Yang Tepat

    “Saya ingin mengurus perceraian saya dengan Talita.”Kalimat itu terucap secara lugas dan tegas. Seorang pengacara sudah duduk di depan Praba dengan ekspresi terkejut luar biasa. Tidak pernah ada slentingan apa pun yang terjadi antara hubungan Praba dengan Talita. Namun, tiba-tiba Praba mengeluarkan keputusan yang mengejutkan.“Apa yang terjadi? Kenapa harus sampai bercerai?” tanya pengacara tersebut dengan kening mengernyit.“Karena memang sudah waktunya untuk bercerai,” jawab Praba dengan santai.“Kalau begitu, ceritakan masalahnya.”Praba tidak menunda lagi apa yang perlu dikatakan kepada pengacara yang akan mengurus semua masalah perceraian tersebut. Semuanya, tanpa ada yang tersisa. Pengacara itu pun mengangguk dan mengerti.“Saya mengerti. Saya akan menangani ini sampai selesai.”Pengacara tersebut undur diri dan menyisakan Praba di dalam ruangannya yang tengah mendesah panjang. Ingatannya mengarap pada Sinar yang pagi ini tampak kuyu dan banyak pikiran. Sepanjang malam, perempu

    Last Updated : 2024-08-24
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 54. Gugatan Perceraian

    “Saya Ramon. Saya pengacara yang akan mendampingi Pak Praba untuk mengurus perceraian dengan Ibu Talita.”Seperti dilempari bom tepat di atas kepalanya, Talita merasa dunia hancur berkeping-keping. Suaranya mendadak hilang dan tubuhnya seolah kaku tak bisa digerakkan. Dia menatap lelaki di depannya dengan tatapan dalam dan kosong.Ramon tidak bersuara, menunggu Talita menjawab ucapannya. Lelaki itu pasti tahu tidak akan mudah menerima keputusan sepihak yang diambil oleh suami yang sudah dinikahinya selama tiga tahun.“Ini … nggak mungkin, Pak Ramon. Mas Praba tidak mungkin menceraikan saya.” Meskipun dengan suara bergetar, tetapi Talita masih bisa menyangkal atas ucapan Ramon. Surat cerai sudah ada di depan mata tanda jika Ramon bukan hanya mengatakan suatu kebohongan.“Di mana Mas Praba sekarang? Saya harus bertemu dengannya!” Talita hampir beranjak dari tempat duduknya ketika Ramon mengeluarkan tanya.“Segala urusan perceraian, Ibu perlu berbicara dengan saya karena Pak Praba sudah

    Last Updated : 2024-08-25
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 55. Honeymoon

    “Datang kamu ke rumah! Papa ingin bicara.”Praba yang ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Sinar di rumah akhirnya harus ditunda karena panggilan dari sang ayah. Mau tak mau dia harus datang dan mungkin bisa mencari celah untuk mengambil Askara dari rumah orang tuanya.Sampai di sana, orang tua Praba sudah duduk di ruang keluarga bersama dengan Talita. Perempuan itu tampak menangis dan sesekali mengusap bulir bening yang menetes dari netranya.“Apa yang sebenarnya ada di dalam pikiranmu, Praba? Kenapa kamu tiba-tiba menceraikan istrimu?” Tanpa menunggu waktu, Dimas langsung mengutarakan pertanyaannya.Alih-alih datang menemui Praba, Talita nyatanya memilih untuk datang ke rumah mertuanya. Dia lagi-lagi mengadukan kepada mereka tentang gugatan yang dilayangkan oleh Praba. Tentu saja, hal itu membuat orang tua Praba merasa kesal luar biasa.“Aku memang ingin berpisah dengan Talita sejak dulu. Hanya saja, aku berusaha menahannya. Sekarang, setelah semua yang terjadi, aku sudah tida

    Last Updated : 2024-08-25
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 56. Dilarikan Ke Rumah Sakit

    Sinar bisa merasakan bibir Praba menempel di bibirnya dengan lembut. Hanya menempel tanpa ada pergerakan apa pun. Lelaki itu seolah tengah memberikan waktu kepada Sinar untuk menolak atau bahkan mempertahankan.Sayangnya, Praba tidak merasakan apa pun. Sinar pasif dan benar-benar masih belum pengalaman. Ini yang kedua kalinya mereka berciuman, tetapi Sinar masih tidak paham apa pun.“Sepertinya kamu perlu diajari bagaimana membalas sebuah ciuman, Sinar.” Praba menjauhkan wajahnya dari wajah Sinar tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis itu. Namun, Sinar memilih untuk memutus tatapannya lebih dulu.Sinar berdecak dan lagi-lagi menatap bulan. Semilir angin membuat matanya menjadi berat. Tidak ingin menghiraukan ucapan suaminya, Sinar memilih tidak memasukkan ke dalam hati. Biarkan saja Praba berbicara sesukanya.Meskipun ucapan Praba memang benar, tetapi Sinar merasa tidak perlu membahas masalah seperti itu yang terlalu vulgar.“Seandainya Askara sulit untuk kita ambil, apa kamu marah,

    Last Updated : 2024-08-25

Latest chapter

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 125. End

    Halaman belakang rumah besar Praba dipenuhi keceriaan yang luar biasa. Askara, Bhumi, dan Cherry berdiri di depan panggangan barbeque sambil sesekali saling menyenggol. Namun, kali ini tidak ada yang mencoba untuk melerainya.Para pekerja juga membantu mereka memanggang banyak makanan. Aroma makanan menguar tiada henti. Begitu nikmat luar biasa. Cherry pergi lebih dulu, lalu duduk dan bergabung dengan kedua orang tuanya.“Makan dulu, Bos.” Begitu katanya kepada sang ayah juga ibunya. “Ayo, Bunda makan dulu. Mengobrol juga butuh tenaga.”Ya, tidak ada yang salah dengan panggilan Cherry karena di sana memang ada Talita. Setelah obrolan Talita dan Sinar saat itu, hubungan dua perempuan itu lambat laun membaik. Mereka menekan ego mereka demi Askara.Begitu juga dengan Praba dan anak-anak mereka. Bhumi dan Cherry bahkan ikut-ikutan memanggil Talita dengan bunda. Jika dalam kondisi yang lalu, Talita pasti akan merasa keberatan, tetapi sekarang tentu berbeda. Dia bahkan merasa memiliki tiga

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 124

    “Sebagai seorang ibu, kita adalah dua orang yang sama-sama menyayangi dan mencintai Askara. Dia memintaku untuk mempertimbangkan agar kita bisa berdamai.”Talita secara pribadi datang ke rumah Sinar dan membicarakan masalah tersebut setelah dia berpikir secara terus menerus. Dia menarik garis ke belakang dan memikirkan tentang masa lalu yang sudah terjadi. Jika dia menyalahkan Sinar sepenuhnya dan menganggap perempuan itu salah, maka itu tidak benar.Sinar dulu juga seorang korban. Dia juga perempuan yang sudah memberikan cintanya dengan penuh kepada Askara. Tidak sekalipun dia merasa terganggu dengan kehadiran putranya tersebut.“Selama ini saya tidak pernah ingin berseteru dengan Ibu secara terus menerus. Hanya saja, Ibu masih menganggap saya adalah orang yang harus Ibu musuhi.” Itu adalah jawaban yang diberikan oleh Sinar. “Melihat bagaimana hubungan kita selama ini, saya yakin itu menjadikan tekanan sendiri bagi Askara. Itulah kenapa dia ingin melihat kita berdamai.”Sinar menging

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 123

    “Abang nggak jadi ke luar negeri, Ma.”Sinar yang sedang membuatkan sandwich untuk Askara itu segera mendongak menatap putranya yang tengah duduk di stole bar. Anggota keluarganya yang lain sedang sibuk sendiri-sendiri dan hanya ada Sinar dan Askara saja di sana.“Abang bicara banyak dengan Bunda. Bunda pun mengerti tentang keinginan Abang. Kalaupun toh nanti misalnya Abang ingin sekolah di sana, itu atas dasar keinginan Abang sendiri. Tapi, sampai sekarang, Abang belum ingin. Abang masih lebih suka di negeri sendiri.”Sinar meletakkan sandwich-nya ke atas piring lalu meletakkan di depan Askara. “Mama senang mendengar itu.” Perempuan itu duduk di samping putranya dan menemani makan.“Abang berharap, Mama dan Bunda bisa berbaikan.”Kalimat itu membuat Sinar segera menoleh ke arah putranya. Tatapan remaja itu penuh pengharapan. Dia tampaknya ingin melihat kedua orang yang disayanginya tidak lagi berselisih paham. Askara tentulah tahu jika sebenarnya yang selalu membuat masalah antara ke

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 122

    Untuk pertama kalinya, Askara menghadiri acara keluarga Talita. Dia berusaha berbaur dengan keluarganya yang menerima Askara dengan sangat baik. Nenek dan kakeknya begitu bahagia melihat cucunya akhirnya datang dan berumpul dengan keluarga.“Nenek senang kamu ada di sini.” Askara menoleh dan mendapati seorang perempuan tua yang tampak masih begitu sehat. Tentu jika bersama dengan nenek dan kakeknya bukan pertama kalinya mereka bertemu, hanya saja dia selalu menolak untuk hadir ketika acara-acara seperti ini dilakukan.“Nenek sudah makan?” tanya Askara mencoba untuk perhatian. “Aku lihat, sejak tadi hanya mondar-mandir ke sana-kemari. Nenek harus menjaga kesehatan.”Perempuan tua itu tersenyum lembut. Menarik tangan Askara, lalu menggenggamnya. “Nenek senang kalau cucu-cucu Nenek berkumpul seperti ini, hati Nenek terasa bahagia sekali.”Askara menatap langit yang mucul sekumpulan bintang-bintang. Indah sekali. Sayangnya ini bukan bulan purnama. Jika bulan purnama, sekarang ibunya pasti

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 121

    Kedua tangan Askara maupun Talita penuh dengan barang belanjaan. Talita benar-benar membeli banyak barang untuk dirinya sendiri dan juga Askara. Setelah keluarga bersama dengan Talita, melepaskan segala beban yang selama ini dirasakan, Askara sedikit luluh dengan sikap ibunya.“Terima kasih. Abang sudah bersedia berjalan-jalan dengan Bunda.”Mereka sudah sampai di rumah dan sama-sama melepas lelah dengan duduk di sofa. Askara segera membaringkan tubuhnya di sofa dan memeluk bantal sofa. Memainkan ponselnya sebentar sebelum meletakkannya kembali.“Kalau ngantuk, naik gih, tidur di kamar.” Talita menepuk kaki Askara, lalu mengelus pelan kaki tersebut.“Aku di sini aja. Jendelanya biarin kebuka aja, Bun. Nggak usah pakai AC.” Askara menutup matanya setelah itu. Dia sepertinya benar-benar lelah luar biasa.Talita membuka jendela-jendela lebar itu agar angin bisa masuk. Membuat Askara menjadi nyaman luar biasa. Lelaki itu segera saja terlelap dalam tidurnya. Jika Askara sudah memutuskan un

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 120

    “Cerita Tante ternyata cukup rumit.” Tanggapan Bastian setelah itu. Menatap Askara setelah itu. “Bagaimana tanggapan lo tentang itu, Askara?”Askara menanggapi santai. “Gue udah pernah cerita itu dari Papa. Nggak beda jauh. Hanya beda sudut pandang.”“Papamu menceritakannya?” Talita mengernyit, lalu dia mengingat sesuatu. “Apa karena saat Bunba minta kamu bertanya tentang waktu itu ….”“Ya.” Askara memotong ucapan ibunya. “Papa sudah cerita semuanya.”“Lalu, apa tanggapanmu?” tanya Bastian lagi. “Menurut gue, ini terlalu rumit.”“Kehidupan orang tua selalu rumit dan gue benci itu.” Askara menarik napasnya panjang. “Bukankah keegoisan mereka sehingga membuat gue harus berada dalam masalah? Harus memilih di antara dua ibu.” Askara tersenyum kecil. “Percayalah, itu sangat menyebalkan.”Akhirnya, Askara mengungkapkan isi hatinya yang terpendam. Sejak kecil dia harus ditarik ke sana-kemari untuk hidup dan tinggal bersama mereka. Dia kesal luar biasa.Ruangan itu seketika hening karena keju

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 119

    “Ma, Abang akan menginap di rumah Bunda,” pamit Askara kepada Sinar. Weekend ini dia ingin mencoba membuka hatinya untuk ‘melihat’ lebih dekat kehidupan yang dijalani oleh Talita. Seperti yang Bastian katakan, dia ingin benar-benar memahami posisi Talita.Dia selama ini selalu marah dan tertekan jika Talita memintanya untuk tinggal bersama dengannya. Baginya, Talita tidak seperti Sinar yang sangat dia sayangi. Sekarang, dia sudah berpikir lebih dingin dan dia ingin menjalani semuanya dengan lebih tenang.“Abang sudah bilang kepada Bunda kalau Abang mau datang?” tanya Nilam. “Biasanya Bunda yang akan menjemput Abang.”“Nanti pulang sekolah langsung diantar supir ke rumah Bunda, Ma. Aku udah bilang sama Bunda juga.”Sinar diam tak segera menanggapi karena dia merasa Askara sudah mulai terbuka dengan Talita. Ada rasa takut, tetapi dia juga tidak bisa menghentikan.“Ya sudah. Abang hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung bilang ke Mama.” Sinar mengelus pundak putranya dengan lembut.“Iya, M

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 118

    “Askara!”Panggilan itu membuat Askara menoleh. Dia mendapati seorang lelaki muda berdiri tak jauh darinya dan menatapnya. Lelaki itu tersenyum sebelum mendekat ke arahnya.“Gue udah lama nunggu.”Askara tidak mengenal lelaki itu. Oleh karena itu dia hanya memberi tatapan penuh tanya ke arah lelaki itu. Tahu jika dia harus memperkenalkan dirinya, lelaki itu lantas mengulurkan tangannya.“Gue Bastian. Sepupu lo.”Barulah Askara menyadari jika lelaki itu adalah lelaki yang dimaksud oleh bundanya. Sepupu yang kuliah di luar negeri. Askara menerima uluran tangan lelaki itu. “Askara.”Bastian tampak masih tersenyum. “Ada kafe di depan, kita ke sana? Sekalian ngobrol.” Askara tidak langsung menjawab dan tampak berpikir, tetapi Bastian segera bersuara. “Nanti gue antar pulang.”“Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri. Gue nunggu sopir atau adik-adik gue buat pamit.” Askara menoleh ke sana-kemari untuk mencari keberadaan kedua adiknya, tetapi mereka tidak juga muncul.Lantas dia mengeluarkan po

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 117

    “Kalau bukan karena dia, Talita masih tetap akan menjadi menantu keluarga kita.”“Cukup!” Dimas berteriak membentak Cindy. “Mama ini benar-benar, ya. Mau sampai kapan Mama terus memusuhi Sinar. Ini sudah lama sejak Praba dan Sinar menikah. Kehidupan mereka baik-baik saja sampai sekarang, tapi Mama masih bertahan dengan ego Mama.”“Kalau Oma nggak suka sama kami, sebenarnya nggak masalah.” Bhumi bersuara. “Tapi nggak perlu menjelekkan Mama. Mama adalah mama terbaik buat kami.”“Tahu apa kamu tentang ibumu? Ibumu adalah perempuan yang mengambil suami perempuan lain. Dia itu pelakor.” Cindy semakin tua mulutnya benar-benar luar biasa menyebalkan.“Kalau Mama terus saja menyebut istriku seperti itu, lebih baik Mama tidak perlu datang ke rumah ini.” Praba sudah muak dengan segala macam hinaan yang dikeluarkan Cindy kepada istrinya.Tidak sedikitpun Cindy merasa tersentuh dengan kebaikan Sinar selama ini. Bahkan suatu hari dia pernah dirawat di rumah sakit dan Sinar yang menjaganya sampai k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status