Jihan sangat panik. Karena, cemas memikirkan sang anak yang sekarang entah di mana keberadaannya, dan dia berpikir kalau Abraham menculik Jibran dan juga Salsa. Sebab, dia tahu niat jahat pria itu.
"Ngga, aku yakin sekali mereka itu diculik! Sekarang ayo kita lapor polisi," ujar Jihan cemas.Angga mencoba untuk menenangkan Jihan. Karena, tidak mungkin mereka melaporkan Abraham ke polisi yang membawa anak kandungnya sendiri, hal itu akan ditertawakan oleh para polisi nantinya."Saya sudah tidak peduli Ngga, mau ditertawakan atau seperti apa oleh polisi, yang terpenting Jibran ditemukan dan juga Salsa, saya sangat cemas dengan keadaan mereka," ucap Jihan dengan lirih."Aku tahu kamu itu sengaja mencemaskan keadaan mereka. Tapi, aku mohon tenang terlebih dahulu! Karena, tidak mungkin kita melaporkan ayah kandung menculik anak kandungnya sendiri. Itu tidak ada Jihan," jelas Angga."Lalu, saya harus bagaimana? Membiarkan semuanya terjadi begitJihan langsung meminta Angga untuk melacak nomor Abraham dan melihat pria itu berada di kediamannya, membuat Jihan sangat cemas dan berharap langsung belum pergi ke rumah sakit untuk menemui Mikhaela. Dia tidak ingin anak yang bertemu dengan wanita itu yang membuat ia jauh dari suaminya dan sang anak lahir tanpa seorang ayah.Berulangkali Jihan mencoba menelepon Abraham. Namun, pria itu sama sekali tidak menjawab. Sebab, tidak memegang ponsel. Karena ia ingin cepat-cepat mempertemukan Mikhaela dan Jibran.Namun, sayangnya sang istri masih mendapatkan tanganan medis. Sebab, wanita itu tidak sadarkan diri membuat Abraham panik dan meminta Salsa untuk tinggal di rumah. Sedangkan dia pergi ke rumah sakit untuk menemui istrinya."Bi Sarinah, memangnya istri pertama tuan Abraham itu sudah lama ya sakitnya?" tanya Salsa sambil memberikan susu kepada Jibran.Sarinah yang tengah menyapu langsung menoleh. Kemudian, menghampiri Salsa untuk menjawab pert
Angga menghentikan pertengkaran di antara Jihan dan Abraham. Sebab, tidak ingin mereka membuka saat mereka melakukan malam pertama, dan saling menyalahkan. Karena, ada Salsa yang masih gadis tidak semestinya mendengarkan percakapan suami-istri itu."Apa kalian ingin menceritakan saat kejadian malam pertama kalian?" tanya Angga.Abraham sampai lupa karena terpancing emosi oleh Jihan yang terus menyudutkannya. Kemudian, dia duduk di sofa sambil terus menggendong sang putra takut diambil oleh Jihan."Sekarang Anda kembalikan anak saya sekarang juga!" ancam Jihan."Yang kamu katakan anak kamu itu juga anak saya, lihat wajah kami tidak ada bedanya!" sahut Abraham sambil memperlihatkan wajahnya dan juga sang anak memang benar sangat mirip.Jihan merasa menyesal sudah meminta kepada Tuhan agar sang anak mirip dengan Abraham, seharusnya ia minta anaknya mirip dengan dirinya."Mas, sekarang kita bicarakan baik-baik semuanya ya, saya tida
Kini Abraham dan juga Jihan, Angga berada di ruang tamu. Karena, Angga ingin menyampaikan sesuatu hal yang penting sebab itu Abraham dari pemakaman Mikhaela tadi."Katakan apa yang ingin kau katakan tadi?" tanya Abraham dengan datar."Sebenarnya aku memang benar mencintai Jihan sejak dulu jauh sebelum kalian berdua menikah. Jadi, sekarang aku ingin melamarnya di depanmu," ungkap Angga.Sontak saja hal itu membuat Jihan terkejut begitu juga dengan Abraham. Namun, pria itu tidak ambil pusing. Sebab, semua keputusan berada di tangan Jihan, ia tidak bisa memaksa jika wanita itu tidak ingin kembali lagi bersamanya."Saya juga sangat mencintai Jihan, jauh sebelum Mikhaela meninggal. Jadi, semua ada di tangan dia, ingin memilih saya atau kamu!" sahut Abraham.Jihan merasa pusing dan bingung harus memilih siapa. Karena, jujur di dalam hatinya ia masih mencintai Abraham. Namun, tidak mudah begitu saja ia kembali dengan pria itu. Sebab, rasa sakit
Jihan sangat cemas. Karena, Abraham belum sadarkan diri. Padahal, hari sudah sangat larut malam. Kemudian, dia meminta Angga mengantarkan dirinya dan juga Jibran ke rumah sakit untuk menemui pria itu sebab takut pria itu menyusul Mikhaela.Angga mengantarkan Jihan. Karena, dia sudah ikhlas jika wanita yang dicintai kembali kepada Abraham. Sebab, ia akan pergi jauh dari sini untuk menenangkan diri yang kedua kalinya, dikarenakan Jihan menolak cintanya.Setelah sampai di rumah sakit, Jihan langsung bergegas masuk ke dalam ruangan Abraham bersama dengan Jibran, terlihat pria itu belum sadarkan diri sedangkan Salsa dan Seem menemani pria itu sejak tadi."Salsa, kamu tidur saja! Biar saya yang menjaga Tuan Abraham, pasti kamu lelah bukan," ujar Jihan lembut."Terima kasih ya Bu," ujar Salsa bergegas tidur di sofa."Terima kasih ya Nyonya Jihan, sudah datang untuk mewakili kami merawat Tuan Abraham," tambah Seem sambil bergegas berjalan me
Abraham baru teringat kalau tidak ada Angga di sini. Kemudian, ia bertanya kepada Jihan di mana sahabatnya itu."Semalam saya minta dia mengantarkan ke rumah sakit ini. Tapi, tidak tahu setelah itu dia ke mana," jelas Jihan."Sudahlah Bos, mungkin dia pulang ke rumahnya. Lagipula tidak mungkin dia tidur di sini aku dan Salsa saja sudah kesempitan mau ditambah lagi dia, menjadi beban saja!" sahut Seem."Bukan begitu maksudnya, saya khawatir juga dengannya Angga. Jihan, kamu sudah mengatakan keputusanmu ini menerima saya kembali menjadi suamimu?" tanya Abraham lembut.Jihan menjelaskan kepada Angga kalau ia memilih Abraham untuk menjadi suaminya kembali, dan ia memutuskan untuk menghubungi pria itu di luar agar tidak mengganggu istirahat sang suami dan juga anaknya.Namun, Angga sama sekali tidak menjawab telepon darinya membuat Jihan sedikit cemas dan sedih di mana pria itu. Apakah Angga sakit hati akan penolakannya?"Mau bagaimana lagi karena saya memang tidak mencintainya, dan masih
"Apanya yang manis Tuan?" tanya Azizah sepotong membuat Angga terserah kemudian menatap ke arah lain."Maaf ya tadi aku melamun berpikir donat yang sangat manis," jelas Angga.Azizah menganggukkan kepalanya karena dia mengerti kalau Angga banyak beban pikiran. Jadi banyak sekali yang dipikirkan olehnya sampai berhalusinasi donat yang manis.Gadis itu sangat polos tidak mengetahui kalau Angga memang mengagumi kecantikannya. Sebab, dia belum pernah mengenal pria selama ini. Jadi dia tidak mengerti rayuan dan gombalan seperti itu.Setelah sampai di rumah sakit mereka berdua bergegas turun dan berjalan menuju ruangan Abraham setelah sampai langsung masuk ke dalam.Terlihat Abraham tengah disuapi bubur oleh Jihan, dan Seem tengah menggendong Jibran yang sejak tadi terus rewel sebab tidak ada Salsa di sini."Selamat sore Tuan Abraham, semoga Anda lekas sembuh ya," sapa Azizah dengan lembut, sambil menghampiri pria itu dan memberik
Angga tersenyum melihat Azizah ada di hadapannya saat ini. Kemudian, dia menghampiri gadis itu dan memegang tangannya dan.Plak! "Bapak mau apa?!" tanya sekertaris Angga ketus.Angga langsung sadar dari lamunannya, kemudian melihat wanita yang ia lihat sebagai Azizah adalah sekertarisnya. Membuat dia sangat terkejut."Maaf, aku pikir tadi kamu ... sudahlah lupakan saja, ada apa?" tanya Angga pelan."Saya cuma ingin mengantarkan berkas ini," jawab sekertaris Angga sambil memberikan berkas yang dibawa tadi.Kemudian, Angga memintanya untuk pergi. Sebab, ia takut berhalusinasi lagi seperti tadi. Hampir saja dia mencium sekertarisnya. Karena mengira wanita itu adalah Azizah.***Abraham tersenyum manis melihat Jihan tengah merapikan kamarnya. Kemudian, dia menarik tangan sang istri dan wanita itu jatuh menimpah tubuhnya.Jihan menatap Abraham dengan dalam, begitu juga dengannya. Rasa rindu yang mereka tahan sel
Abraham melihat sang istri berdiri di atas bangku. Kemudian, menghampirinya dan tanya ada apa. Alangkah terkejutnya dia saat Jihan mengatakan hanya ada tikus yang lewat di bawa meja tadi."Ya ampun Jihan, saya sampai berlari dari kamar tadi. Takut kamu kenapa-kenapa," ucap Abraham pelan sambil bergegas duduk.Karena, kepalanya masih terasa sedikit pusing. Kemudian, Jihan menyiapkan semua makanan dan dia langsung makan. Setelah selesai, ia meminum obat."Kita kembali ke kamar, Papa?" tanya Jihan pelan."Iya, kepala saya pusing sekali," jawab Abraham pelan.Jihan langsung bergegas membantu Abraham masuk ke dalam kamar. Setelah itu, dia keluar dan menunggu Salsa yang tak kunjung pulang. Sampai ia tertidur.***Jibran sangat semangat senang berada di tempat ramai, bayi kecil itu tertawa-tawa girang. Membuat Sala bahagia."Silahkan Pak, ini buku menunya. Mau pesan apa?" tanya pelayan restoran itu."Salsa, kamu ma