"Berarti teman kamu laki-laki, Na?" Zana menganggukkan kepala. "Dari kelas sebelah, kelas petualang. Sedangkan Nana dari kelas Star." "Tadi kami bermain di lapangan bersama-sama, Mommy. Dan teman baruku bersedia mengajari Nana bermain bola." "Kalau begitu, kamu tak perlu harus ganti cita-cita cuma karena baru sekali main bola," celetuk Kina, "hari ini dia mengajarimu bermain bola, besok kamu yang mengajarinya menggambar. Kamu bisa seru-seruan bermain bola, teman barumu juga bisa seru-seruan menggambar denganmu." "Betul juga." Zana menatap riang ke arah mommynya. "Oke deh. Nana ganti pakaian dulu. Habis itu kita menggambar sama-sama yah, Mom. Supaya Nana ada bahan mengajari teman baru menggambar," seru Zana yang sudah beranjak dari sana, berjalan riang–setengah berlari sembari melompat, membuat rambutnya yang diikat dua seperti menari–nari. "Hais." Kina menatap piringnya yang kosong. Donatnya ludes sudah! "Mommy." "Huaa …." Kina memekik kaget saat Zana tiba-tiba muncul lag
"Aku akan pergi, kau tidak ingin mengatakan sesuatu, Kitten?" ucap Zayyan yang saat ini berdua dengan Kina, di teras halaman belakang rumah kediaman Dharmansya. "Mengatakan apa, Mas?" tanya Kina, mengerutkan kening pada Zayyan. Mereka hanya berdua, keluarganya sudah beristirahat dan begitu juga dengan Zana. Ini sudah larut malam. Ah, ini malam terakhir Kina dengan Zayyan. Bisakah selanjutnya malamnya tetap indah meski tanpa sosok ini?"Aku mencintaimu," ucap Zayyan tiba-tiba. Kina yang terkejut kembali menoleh secara cepat ke arah Zayyan. Dia tahu pria ini mencintainya. Akan tetapi kenapa Zayyan tiba-tiba mengatakannya? "Iya, aku tahu, Mas Zayyan," jawab Kina. Manik Zayyan terlihat memancarkan sorot kecewa. Bukan itu yang dia inginkan. Bukan! Zayyan ingin sebuah balasan. Zayyan akan pergi jauh dan dia butuh kepastian, agar dia yakin istrinya tetap memikirkannya selama mereka berpisah. Namun, sepertinya Zayyan tak akan mendapatkannya. "Kau belum jatuh cinta padaku?" Zayyan menole
Satu bulan berlalu, tetapi Kina masih di kota neneknya. Tak ada kabar dari suaminya, dan seluruh keluarga Azam seperti ditelan bumi. Tak ada informasi mengenai keluarga Azam. Kina melanggar ucapan suaminya, sudah dua kali dia diam-diam kembali ke kota mereka–demi memastikan apakah suaminya sudah pulang atau tidak. Kina sempat berpikir mungkin saja Zayyan sudah kembali, tetapi karena marah pada Kina, dia tidak ingin menjemput Kina. Sayangnya, rumah itu masih ditempati maid tak dikenal. Mansion utama-- juga tak jauh berbeda dengan rumah Zayyan, dihuni oleh pekerja baru. Gila! Kina rasanya ingin gila. Karena bukan hanya rumah suaminya dan rumah mertuanya yang dia kunjungi, tetapi semua rumah anggota keluarga Azam. Semuanya sama, tak ada siapapun kecuali orang tak dikenal. Kapan suaminya pulang dan pada siapa Kina bertanya kabar suaminya? "Kata Mommy, Daddy hanya seminggu di sana. Tetapi … ini sudah sebulan. Nana bahkan sudah sekolah di tempat baru," keluh Zana yang sedang sarapan,
Kina pada akhirnya pulang ke rumah neneknya, kini tengah bersantai di halaman belakang sembari bermain game di ponsel. "Bagaimana, Sayang? Kamu senang tidak berkunjung ke rumah industri kita?" tanya Paritha, datang menghampiri Kina–berdiri di sebelah Kina sembari mengusap pucuk kepala cucunya dengan penuh kasih sayang. "Senang, Nek. Tapi kesal karena aku nggak berhasil bikin satu Vas saja," ucap Kina antusias di awal lalu cemberut di akhir kalimat. Neneknya tertawa sebagai tanggapan. "Kamu pasti lelah yah? Nenek ambilkan sup kesukaanmu dulu, tunggu di sini." Paritha beranjak dari sana. Kina ingin mencegah neneknya karena dia memang tak ingin makan. Namun, notifikasi HP-nya berhasil menyita perhatiannya. Dari nomor tak dikenal–mengirim sebuah foto dan pesan. Deg deg deg'Jantung Kina seketika berdebar kencang, dadanya terasa sesak dan wajahnya berubah murung. Tatapan Kina jatuh–memandangi sebuah foto suaminya dengan seorang perempuan yang sedang bergandengan tangan, seperti tengah
Satu minggu berlalu setelah Nathalia dan si nomor misterius mengirim pesan pada Kina. Awalnya Kina senang tetapi sekarang dia mulai ragu. Nathalia terus mengirim foto kebersamaan dirinya dengan Zayyan, dan keduanya begitu romantis. Kina risau.Bagiamana jika yang mengirim pesan kemarin bukan Zayyan? Bagiamana jika benar Nathalia dan Zayyan memang berselingkuh? Sialnya, Kina ingin ragu, ingin marah dan ingin membenci Zayyan, tetapi Kina tak bisa. Zayyan adalah orang yang menyehatkan dirinya dari sebuah keadaan hina. Yah, penderita gangguan jiwa memanglah hina dimata orang lain, dan Zayyan berhasil menyembuhkannya dari sana. Zayyan tak meninggalkannya saat itu, bahkan sabar menunggu selama lima tahun untuk bisa kembali mendapatkannya. Lalu bagiamana Kina ingin ragu? Bagaimana Kina ingin marah? Bagaimana caranya Kina membencinya? Cinta dan pengorbanan Zayyan terlalu besar, Kina akui dia tak dapat mengimbangi cinta Zayyan dan bahkan dia merasa berhutang budi pada suaminya yang telah memp
"Zayyan, aku sudah kotor." Air mata Nathalia jatuh, wajahnya pucat dan bibirnya membiru. Pandangannya hanya tertuju pada Zayyan, pria yang datang padanya untuk menyelamatkannya. "Aku sudah datang. Ikutlah denganku," ucap Zayyan pelan dan lembut, mendapat anggukan dari Nathalia. "Tetapi agk-aku sudah sangat kotor. Mereka mengira aku istrimu da--dan mereka ... hiks ... aku menjijikkan." Natahlia terisak pilu, langsung berjongkok di tanah. Pesta itu-- pesta yang ia pamerkan pada Kina, ternyata boomerang untuknya. Itu sebuah pesta dunia gelap, tempat berkumpulnya pada pemimpin mafia yang kejam dan haus kedudukan. Zayyan mengajaknya ke sana, tentu dia senang karena merasa dia sangat spesial. Reigha, Jabier dan Samantha juga ikut.Pesta topeng itu begitu megah, dan Nathalia sangat senang di sana. Semua orang menghormatinya karena mengira dia adalah belahan jiwa sang King of the darkness-Tuan LavRoy. Namun, ketika dipertengahan pesta, tiba-tiba penjahat mengepung tempat itu. Ada musuh. Za
"Argkkkk …." Jeritan Nathalia panjang dan begitu pilu. Pria itu tak terusik sama sekali, dia malah tertawa mendengar suara pilu tersebut. Bagi Zayyan, itu adalah nyanyian yang merdu. "Za--Zayyan, ada apa dengan ka-kamu? Hiks … agk-aku Nathalia," ucap Nathalia sudah payah, tak berani membuka mulut lebar karena pisau yang masih menancap di sana. "Ini adalah tanggung jawabku." Zayyan terkekeh lucu. Melihat raut muka ketakutan Nathalia, Zayyan merasa terhibur, "tanggung jawabku untuk mengantarmu pulang sampai tujuan." "Zayyan … a-aku salah ap-- argkkk!""Tujuanmu mati." Zayyan menginjak jemari Nathalia dengan kuat, perempuan itu menjerit dan Zayyan semakin suka melakukannya. "Sa-sakitttt!" "Nathalia, kau temanku. Seharusnya kau mengenaliku." Zayyan menjauh dari Nathali, kembali berjalan ke pinggir jurang dan menoleh ke bawah. "Za--Zayyan … aku salah apa? A-aku … salah apa?" Natahlia terus mengulang kalimatnya
Hari ini tepat dua bulan Kina berpisah dengan suaminya. Perut Kina mulai besar, kehamilannya sudah terlihat. Namun, karena tubuhnya yang kecil kadang-kadang Kina masih bisa menyembunyikan perutnya dengan mengenakan pakaian oversize. Kina sebenarnya tak malu, bahkan dia senang dengan kehamilannya. Ini bentuk cintanya dengan Zayyan. Namun, wajah Kina tak mendukung. Orang-orang sering mengira dirinya masih golongan remaja, sehingga mereka punya pikiran negatif pada Kina. Terlebih Kina kemana-mana tak didampingi oleh suaminya, orang-orang semakin mengira yang bukan-bukan pada kandungannya. Oleh sebab itu, Kina memilih menyembunyikan perutnya dengan mengenakan baju oversize–ketika Kina keluar rumah. Jika di rumah neneknya, Kina bebas. "Kamu jadi ojek online di sini?" tanya Kina pada Bintang, sahabatnya yang ternyata juga terkena dampak Azam. Yah, Kina menyebut situasi ini sebagai dampak Azam. Bintang juga ternyata diasingkan oleh kakaknya, dia dipindahkan ke kota ini dan sama seperti K