Candra terlihat kebingungan sendiri, apa sebenarnya yang ingin dilakukan pada Irma? Jelas-jelas dia punya Vania, istri yang nyaris sempurna dan sangat mencintainya. Bisa-bisanya dia malah cemburu melihat Irma jual diri, dan berniat ingin menafkahinya. Hal itu benar-benar membuat Candra tak habis pikir pada dirinya sendiri.
Sesaat Candra masih diam dengan pertanyaan yang ditanyakan Irma padanya saat itu. Apakah sungguh dia ingin Irma jadi simpanannya? Rasanya Candra tidak bisa berpikir saat itu, dan memilih untuk meninggalkan Irma dengan cek yang dia berikan pada gadis itu.
"Tunggu!" teriak Irma lagi sambil memeluk tubuh Candra dari belakang.
Tentu saja Irma tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Kapan lagi dia bisa dapat uang banyak dari seorang pria, bahkan pria itu menjanjikan akan menafkahinya seumur hidup. Walaupun tahu Candra suami sahabatnya, Irma yang buta akan uang dan harta, memilih menutup mata dan mencari cara untuk membuat suami sahabatnya itu terikat padanya.
"Mas Candra, kamu mau pergi begitu saja kah? Tidakkah kamu ingin melakukan sesuatu padaku?" ucap Irma yang membuat Candra melamun mendekat kata-katanya.
Jelas Candra ingin hal lebih dari Irma, tapi bukan sekarang. Selain dia diburu waktu oleh pesawat yang sudah menunggunya, dia juga tidak mungkin melakukan hubungan intim pada wanita yang baru saja disetubuhi oleh pria lain. Ada rasa jijik, walaupun minat dan ketertarikan pada Irma jauh lebih besar dari rasa jijik Candra pada gadis itu.
"Nanti aku hubungi lagi. Aku masih harus naik pesawat sekarang. Ini kartu namaku. Hubungi aku kalau kamu butuh aku. Aku pergi!" ucap Candra sambil mengusap lembut pucuk kepala Irma, lalu berjalan meninggalkan gadis itu menuju arah pesawat yang akan dinaikinya.
Irma senang bukan main. Dia puas karena ternyata tidak sia-sia dia selalu dandan cantik dan seksi, bahkan suami sahabatnya pun bisa tertarik padanya seperti saat ini. Padahal mendengar cerita yang selalu Vania katakan tentang suaminya, Candra merupakan pria yang setia dan sangat mencintai Vania. Apalah artinya cinta dan setia kalau seorang pria sudah disuguhkan dengan tubuh seksi, dan wajah cantik wanita yang menggodanya sampai birahinya naik. Kata setia tidak akan mampu lagi bertahan lama jika godaan itu bertubi-tubi menyerang Candra nanti.
Pokonya mulai detik ini Irma sudah memutuskan untuk berhubungan dengan Candra. Tidak perduli perasaan Vania nantinya akan bagaimana, pokonya sebisa mungkin, dia harus bisa mengikat pria kaya, dan tampan itu di sisinya. Jika perlu harus mengikat Candra sampai dia lupa pada istrinya, dan menjadikan dia istri keduanya. Dia ingin merasakan perasaan jadi istri orang kaya, mengingat hidup Vania bahagia dengan kecukupan harta yang diberikan Candra padanya dan keluarganya.
Irma pun mulai menggunakan uang dari Candra untuk operasi tubuhnya. Dari bagian yang nampak kendor, dibuat menjadi seperti virgin lagi. Dia juga melakukan berbagai macam spa, pokonya harus lebih cantik dari Vania demi bisa merebut hati suami sahabatnya itu.
Di sisi lain, terlihat Vania sibuk mengurus anak-anaknya. Sesekali dia berhubungan lewat telepon dengan sang suami. Rasa rindu nampak begitu jelas di wajah Vania saat dia mendengar suara sang suami di telepon. Baru beberapa hari suaminya dinas di luar kota, hatinya tak sanggup lagi menahan gejolak rindu pada sang suami.
"Bagaimana kabarmu, sayang? Anak-anak tidak buat ulah yang buat kamu capek kan?" tanya Candra yang disambut gelengan kepala dari Vania.
"Tidak. Mereka baik. Mereka patuh. Aku gak capek. Aku cuma kangen kamu, Mas. Kapan kamu pulang?" tanya Vania dengan wajah penuh kerinduan.
"Sabar ya. Kalau pekerjaan di sini selesai, harusnya akhir Minggu ini aku pulang. Aku juga rindu kamu. Aku juga rindu anak-anak. Selepas aku pulang, kita jalan-jalan bersama ya. Aku akan bawa kamu dan anak-anak kemanapun kamu suka!"
"Janji ya?"
"Iya sayang, aku janji!" ucap Candra yang terus berbincang banyak hal dengan Vania.
Setelah cukup lama berbincang, panggilan telepon itu pun berakhir. Vania menyimpan ponselnya di meja, dan berjalan keluar rumah karena mendengar suara bel rumah berbunyi saat itu.
Ketika membuka pintu rumah, Vania kaget melihat Irma ada di rumahnya. Yang lebih membuat kaget, Irma terlihat sangat cantik dan berkilau saat itu. Baik wajah Irma, maupun pakaian yang dia kenakan, benar-benar membuat Vania pangling.
Irma terlihat makin pamer dengan tubuhnya yang makin montok. Dia berjalan masuk ke rumah itu sambil tersenyum manis pada sahabatnya itu. Sementara Vania masih tertegun. Batinnya terus bertanya, darimana Irma punya uang untuk perawatan wajah, tubuhnya, juga membeli pakaian mahal yang dia kenakan. Walau terdengar usil, tapi hal itu Vania lakukan karena belum ada satu bulan yang lalu, sahabatnya itu pinjam uang karena hampir diusir dari kontrakan. Sekarang tentu Vania heran melihat sahabatnya tampil cantik seperti ini.
"Kenapa bengong, Vania? Ayo masuk! Aku ada hal yang mau aku ceritakan padamu!" ucap Irma dengan antusias menarik tangan Vania masuk dan duduk di kursi ruang tamu.
"Ada apa?" tanya Vania bingung.
"Ini, aku bayar hutang bulan kemarin. Terima kasih ya, Vania. Aku benar-benar bersyukur punya sahabat baik seperti kamu. Walaupun sekarang aku baru bisa bayar hutang bulan lalu, tapi nanti kalau ada rezeki lagi, aku akan bayar semua hutang-hutang lamaku padamu," ucap Irma sambil memberikan uang satu setengah juta pada Vania.
"Banyak uang kamu. Dapat uang darimana? Kamu dapat kerjaan baru?"
Pertanyaan Vania tak dijawab oleh Irma. Gadis itu hanya tersenyum, mengingat uang yang diberikan untuk bayar hutang pada Vania, tak lain adalah uang yang diberikan suami Vania padanya.
"Uangnya darimana, itu gak penting. Vania, pokonya mulai saat ini, aku janji, aku gak akan susahin kamu lagi. Senang sekali berteman dengan kamu. Kamu sahabat terbaik aku. Terima kasih, terima kasih banyak," ucap Irma yang tak henti mengucapkan terima kasih pada Vania.
Tentu saja terima kasih itu bukan hanya karena diberikan bantuan uang selama ini oleh Vania, tapi juga terima kasih karena Vania mempertemukan dia dengan suaminya yang berakhir menjadi bagian dari hidupnya. Siapa wanita bodoh yang tidak mau dinafkahi? Bahkan jika itu jadi selingkuhan, atau harus berkhianat pada teman baiknya sendiri, selama kebutuhan hidupnya terpenuhi, bagi Irma sah-sah saja.
"Vania, kamu tidak melakukan hal-hal yang salah kan? Aku sempat dengar kata orang, katanya kamu jadi selingkuhan pemilik rumah makan, tempat kamu kerja dulu. Apakah uang ini uang kamu dari pria beristri yang menjadikan kamu selingkuhannya?" tanya Vania yang seketika membuat Irma kaget mendengarnya.
"Kamu jangan percaya gosip! Aku mana mungkin jadi selingkuhan pria beristri!" balas Irma yang langsung bersilat, seakan takut jika belangnya ketahuan oleh Vania.
"Oh, syukurlah kalau itu tidak benar. Irma, aku percaya padamu. Kamu teman baikku selama ini. Kamu bukan hanya teman, kamu sudah seperti saudara kandungku sendiri. Kalau ada masalah apapun, ceritakan padaku. Kalau aku bisa bantu, aku pasti akan membantumu sebisa yang aku mampu," ucap Vania sambil memeluk tubuh Irma saat itu.
Irma membalas pelukan Vania. Dia memperlihatkan wajah meremehkan di balik punggung Vania saat itu."Ya, bagiku, kamu juga sudah seperti saudara kandungku sendiri. Terima kasih sudah jadi teman baikku selama ini," ucap Irma sambil terus memasang wajah licik sambil memeluk tubuh sahabatnya itu.Vania selalu berusaha untuk menjadi sahabat baik yang bisa membantu Irma sebisa yang dia mampu. Tapi di sisi lain, Irma justru berusaha sekuat tenaga menghancurkan sahabatnya hanya karena rasa iri, dan dengki pada kehidupan Vania yang jauh lebih baik dari kehidupannya.Sejak saat itu, Irma sering bolak-balik ke rumah Vania. Dia sengaja datang dan pergi ke rumah itu untuk mengecek kapan Candra, suami Vania pulang dari perjalanan bisnisnya.Hingga seminggu berlalu, saat Irma sedang main di rumah Vania, mobil mewah Candra datang, dan berhenti tepat di halaman rumah mewah itu. Candra berjalan kelua
Irma tersenyum senang. Tidak mengira impiannya bisa tidur dengan suami Vania bisa benar-benar terwujud tadi malam. Tubuh gagah dan kuat Candra benar-benar menggagahi tubuhnya. Rasanya Irma terlena dengan hebatnya pria tampan itu saat bergulat di atas ranjang tadi malam. Irma memakai pakaiannya, dan berjalan keluar dari kamar hotel itu. Dia diminta Candra untuk meminum obat pencegah kehamilan, tapi hal yang diminta Candra lakukan tak dilakukan oleh Irma karena kehamilan memang hal yang dia tunggu untuk menjerat Candra agar bisa memiliki hubungan lebih dalam, dengannya. Di sisi lain, terlihat Vania bangun tidur dalam keadaan linglung. Dia menatap di samping tempat tidur, dan mendapati suaminya sudah tidak ada di sana. Dengan cepat Vania bangun untuk mencari keberadaan suaminya. Dia pun berkeliling rumah, namun tak menemukan keberadaan suaminya itu. "Kemana perginya mas Candra pagi-pagi begini?" batin Vania bingung. Saat sedang mencari keberadaan Candra, tiba-tiba ponsel Vania berder
Vania masih terlihat memperhatikan hal yang dilakukan suami dan sahabatnya itu. Dia pun dengan cepat menghampiri mereka seraya pasang wajah kesal dan marahnya. "Ada apa ini? Apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa kalian diam-diam bertemu di belakangku? Ada apa?" tanya Vania dengan ekspresi marahnya. Saat itu terlihat wajah Candra kaget. Dia benar-benar tidak pintar mengelak, dan mencari alasan untuk menghadapi hal semacam ini. Bagaimana dia harus beralasan di depan sang istri perihal hubungannya dengan Irma? Tentu saja dia tidak ingin Vania tahu tentang hubungan terlarang antara dia dan Irma. "Kamu kok di sini, Vania? Ngapain?" tanya Irma yang membuat Vania makin meradang mendengar kata-katanya. "Ngapain? Pertanyaan macam apa itu? Aku datang ke kantor suamiku adalah hal yang wajar karena aku istrinya. Sementara kamu, kamu sahabatku, tapi kamu datang ke kantor suamiku di belakangku. Kamu bertemu berduaan dengan suamiku, dan berbincang dekat seperti ini. Tidak bolehkah aku tahu, apa
Setelah cukup lama berbelanja bahan makanan, akhirnya Vania, Candra, dan Irma pun pulang. Terlihat Candra masih memberikan perhatian mesra pada Vania, seakan tidak ada wanita lain di mata Candra selain istrinya itu. Sementara Irma terlihat menatap benci dengan hal yang dilakukan pria itu. Padahal sebelumnya begitu menggilai tubuhnya, kini malah bersikap seperti orang asing yang benar-benar tidak saling kenal.Saat sampai rumah, Vania menatap dua anaknya sudah ada di sana dengan supir jemputan mereka. Melihat itu Vania pun langsung bergegas masuk, dan menemani dua anaknya yang memintanya mengikat rambut.Setelah Vania masuk ke kamar anak-anaknya, Irma yang melihat Candra duduk di sofa ruang tamu, langsung ikut duduk di sampingnya. Dia tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya pada Candra yang ada di sisinya itu."Mumpung Vania di kamar, bagaimana kalau kita lakukan satu ronde di kamar tamu? Tidakkah k
Vania tak berhenti menangis. Dia tidak bisa melupakan hal yang dia dengar di kamar tamu tadi. Bagaimana bisa dua orang yang sangat dia sayangi dan dia percaya selama ini, ternyata mereka berkhianat di belakang Vania?Sakit rasanya hati Vania saat itu. Bahkan dia seakan tidak ingin lagi muncul di hadapan suami dan sahabatnya itu. Alih-alih mau makan malam untuk permohonan maafnya karena salah paham pada suami dan sahabatnya, justru dia malah mendapati kebenaran dari hal yang selama ini dia ragukan.Berulang kali Vania terus berpikir dalam tangisnya. Apa sebenarnya kurangnya dia selama ini sebagai seorang istri? Kenapa teganya suaminya berkhianat, bahkan berselingkuh dengan sahabat baik istrinya sendiri.Begitu pula Vania berpikir, kenapa sahabat yang selama ini dia tolong, dan dia anggap sebagai saudara sendiri, tega merebut suaminya. Kenapa keduanya bisa bekerjasama menghancurkan hati Vania hingga dia merasa mau ma
"Irma! Kamu kalau gak bisa bayar kontrakan, mending kamu keluar dari rumah ini. Emang kamu pikir bisa tinggal di rumahku gratis? Aku sewakan rumah, bukan buka panti sosial yang bisa kamu tinggali secara gratis. Keluargaku juga butuh uang! Keluar dari rumah ini sekarang!" teriak pemilik rumah kontrakan yang ditinggali gadis bernama Irma itu. Saat itu Vania, sahabat Irma yang kebetulan berada di rumah kontrakan itu terlihat kaget. Ini pertama kalinya dia bertamu ke rumah Irma, teman kuliahnya, yang cukup dekat dengannya itu. Dia tidak mengira jika kehidupannya setelah menikah akan sangat buruk, sampai-sampai Irma harus berkali-kali mengalami diusir dari rumah kontrakannya itu. Irma pernah bercerita pada Vania, kalau suaminya sudah hampir tiga tahun ini tidak pulang, dan tidak pernah memberi dia nafkah. Itulah yang membuat Irma harus cari uang sendiri untuk membiayai hidupnya, dan juga membayar sewa kontrakan. Selama ini Irma bekerja serabutan. Dia tidak kuliah sampai tuntas, karena m
Sampai di rumah, Vania membawa anak-anak masuk ke kamar mereka untuk mengganti baju. Sementara Candra, dia terlihat bersandar di sofa ruang tamu sambil memejamkan mata seraya memijat-mijat keningnya. Vania pun keluar dari kamar anak-anaknya dan mendatangi Candra. Dia duduk tepat di sebelah Candra, dan bersandar di bahu suaminya itu. Candra yang sadar istrinya berada di sebelahnya, sontak menarik tangan Vania lalu ditempelkan tangan Vania di pipi kanan Candra, sambil sesekali menciumnya mesra. "Ma, aku kangen!" bisiknya manja. Kata kangen ini menggambarkan konteks yang berbeda dari pemikiran normal manusia. Suami Vania bekerja setiap hari, keduanya pun bertemu setiap harinya. Jadi kata kangen ini menyiratkan jika dia merindukan sesuatu yang sudah jarang mereka lakukan karena kesibukan masing-masing selama ini. Tangan kanan Candra sudah melingkar di pinggang Vania, sementara tangan yang satunya masih sibuk memegangi tangan sang istri yang terus dia ciumi sejak tadi. Hingga kembali d
Setelah hari itu, Candra kembali sibuk dengan pekerjaan kantornya. Dia terkadang pulang larut malam, bahkan Vania tidak menyadari kapan dia pulang kerja saat itu. Biasanya Vania melihat Candra di pagi hari sedang tidur memeluknya erat. Terlihat wajah lelah dan letih sang suami, bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya."Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta dan merasa luluh melihat ketulusannya padaku juga keluarga kecil kami ini. Dia berjuang sekuat tenaga untuk membahagiakan aku dan memberikan yang terbaik untuk rumah tangga kami," batin Vania terharu. "Mau kemana? Masih pagi! Tidur lagi saja!" bisik Candra saat istrinya berusaha bangun dari tempat tidur."Aku mau buat sarapan dan bangunkan anak-anak untuk sekolah," balas Vania dengan suara pelan. "Kita punya pembantu. Hal seperti itu, biarkan mereka saja yang kerjakan. Tugas kamu peluk aku, temani aku bobo," bisik manja Candra yang semakin mempererat pelukannya di tubuh Vania.Vania tak berkutik. Memang bena
Vania tak berhenti menangis. Dia tidak bisa melupakan hal yang dia dengar di kamar tamu tadi. Bagaimana bisa dua orang yang sangat dia sayangi dan dia percaya selama ini, ternyata mereka berkhianat di belakang Vania?Sakit rasanya hati Vania saat itu. Bahkan dia seakan tidak ingin lagi muncul di hadapan suami dan sahabatnya itu. Alih-alih mau makan malam untuk permohonan maafnya karena salah paham pada suami dan sahabatnya, justru dia malah mendapati kebenaran dari hal yang selama ini dia ragukan.Berulang kali Vania terus berpikir dalam tangisnya. Apa sebenarnya kurangnya dia selama ini sebagai seorang istri? Kenapa teganya suaminya berkhianat, bahkan berselingkuh dengan sahabat baik istrinya sendiri.Begitu pula Vania berpikir, kenapa sahabat yang selama ini dia tolong, dan dia anggap sebagai saudara sendiri, tega merebut suaminya. Kenapa keduanya bisa bekerjasama menghancurkan hati Vania hingga dia merasa mau ma
Setelah cukup lama berbelanja bahan makanan, akhirnya Vania, Candra, dan Irma pun pulang. Terlihat Candra masih memberikan perhatian mesra pada Vania, seakan tidak ada wanita lain di mata Candra selain istrinya itu. Sementara Irma terlihat menatap benci dengan hal yang dilakukan pria itu. Padahal sebelumnya begitu menggilai tubuhnya, kini malah bersikap seperti orang asing yang benar-benar tidak saling kenal.Saat sampai rumah, Vania menatap dua anaknya sudah ada di sana dengan supir jemputan mereka. Melihat itu Vania pun langsung bergegas masuk, dan menemani dua anaknya yang memintanya mengikat rambut.Setelah Vania masuk ke kamar anak-anaknya, Irma yang melihat Candra duduk di sofa ruang tamu, langsung ikut duduk di sampingnya. Dia tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya pada Candra yang ada di sisinya itu."Mumpung Vania di kamar, bagaimana kalau kita lakukan satu ronde di kamar tamu? Tidakkah k
Vania masih terlihat memperhatikan hal yang dilakukan suami dan sahabatnya itu. Dia pun dengan cepat menghampiri mereka seraya pasang wajah kesal dan marahnya. "Ada apa ini? Apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa kalian diam-diam bertemu di belakangku? Ada apa?" tanya Vania dengan ekspresi marahnya. Saat itu terlihat wajah Candra kaget. Dia benar-benar tidak pintar mengelak, dan mencari alasan untuk menghadapi hal semacam ini. Bagaimana dia harus beralasan di depan sang istri perihal hubungannya dengan Irma? Tentu saja dia tidak ingin Vania tahu tentang hubungan terlarang antara dia dan Irma. "Kamu kok di sini, Vania? Ngapain?" tanya Irma yang membuat Vania makin meradang mendengar kata-katanya. "Ngapain? Pertanyaan macam apa itu? Aku datang ke kantor suamiku adalah hal yang wajar karena aku istrinya. Sementara kamu, kamu sahabatku, tapi kamu datang ke kantor suamiku di belakangku. Kamu bertemu berduaan dengan suamiku, dan berbincang dekat seperti ini. Tidak bolehkah aku tahu, apa
Irma tersenyum senang. Tidak mengira impiannya bisa tidur dengan suami Vania bisa benar-benar terwujud tadi malam. Tubuh gagah dan kuat Candra benar-benar menggagahi tubuhnya. Rasanya Irma terlena dengan hebatnya pria tampan itu saat bergulat di atas ranjang tadi malam. Irma memakai pakaiannya, dan berjalan keluar dari kamar hotel itu. Dia diminta Candra untuk meminum obat pencegah kehamilan, tapi hal yang diminta Candra lakukan tak dilakukan oleh Irma karena kehamilan memang hal yang dia tunggu untuk menjerat Candra agar bisa memiliki hubungan lebih dalam, dengannya. Di sisi lain, terlihat Vania bangun tidur dalam keadaan linglung. Dia menatap di samping tempat tidur, dan mendapati suaminya sudah tidak ada di sana. Dengan cepat Vania bangun untuk mencari keberadaan suaminya. Dia pun berkeliling rumah, namun tak menemukan keberadaan suaminya itu. "Kemana perginya mas Candra pagi-pagi begini?" batin Vania bingung. Saat sedang mencari keberadaan Candra, tiba-tiba ponsel Vania berder
Irma membalas pelukan Vania. Dia memperlihatkan wajah meremehkan di balik punggung Vania saat itu."Ya, bagiku, kamu juga sudah seperti saudara kandungku sendiri. Terima kasih sudah jadi teman baikku selama ini," ucap Irma sambil terus memasang wajah licik sambil memeluk tubuh sahabatnya itu.Vania selalu berusaha untuk menjadi sahabat baik yang bisa membantu Irma sebisa yang dia mampu. Tapi di sisi lain, Irma justru berusaha sekuat tenaga menghancurkan sahabatnya hanya karena rasa iri, dan dengki pada kehidupan Vania yang jauh lebih baik dari kehidupannya.Sejak saat itu, Irma sering bolak-balik ke rumah Vania. Dia sengaja datang dan pergi ke rumah itu untuk mengecek kapan Candra, suami Vania pulang dari perjalanan bisnisnya.Hingga seminggu berlalu, saat Irma sedang main di rumah Vania, mobil mewah Candra datang, dan berhenti tepat di halaman rumah mewah itu. Candra berjalan kelua
Candra terlihat kebingungan sendiri, apa sebenarnya yang ingin dilakukan pada Irma? Jelas-jelas dia punya Vania, istri yang nyaris sempurna dan sangat mencintainya. Bisa-bisanya dia malah cemburu melihat Irma jual diri, dan berniat ingin menafkahinya. Hal itu benar-benar membuat Candra tak habis pikir pada dirinya sendiri. Sesaat Candra masih diam dengan pertanyaan yang ditanyakan Irma padanya saat itu. Apakah sungguh dia ingin Irma jadi simpanannya? Rasanya Candra tidak bisa berpikir saat itu, dan memilih untuk meninggalkan Irma dengan cek yang dia berikan pada gadis itu. "Tunggu!" teriak Irma lagi sambil memeluk tubuh Candra dari belakang. Tentu saja Irma tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Kapan lagi dia bisa dapat uang banyak dari seorang pria, bahkan pria itu menjanjikan akan menafkahinya seumur hidup. Walaupun tahu Candra suami sahabatnya, Irma yang buta akan uang dan harta, memilih menutup mata dan mencari cara untuk membuat suami sahabatnya itu terikat padanya. "Mas
Setelah selesai berpakaian lengkap, Candra pun keluar dari kamar menuju arah ruang tamu. Asisten pribadinya sudah menunggu di sana dengan wajah tampak gelisah. Mungkin dia takut mereka ketinggalan pesawat untuk dinas ke luar kota. Candra pun menatap Vania, dan mencium kening istrinya sebelum dia berangkat. Anak-anak mereka sudah pergi dengan sopir ke sekolah mereka, jadi suasana rumah akan sepi saat Candra berangkat saat itu. Melihat wajah cantik Vania, rasanya berat hati Candra meninggalkan istrinya sendirian di rumah seperti ini. "Aku akan cepat pulang kalau pekerjaanku sudah selesai. Ingat hal yang aku katakan, kamu gak boleh bergaul terlalu dekat dengan Irma. Paham?" ucap Candra sambil mengusap lembut wajah Vania."Memangnya kenapa sih dengan Irma, Mas? Kenapa sepertinya kamu memusuhi Irma sekali?" tanya Vania terlihat keberatan dengan pesan yang Candra katakan padanya itu. "Pokonya nurut aja ya!" ucap Candra yang disambut anggukan kepala dari Vania. Alih-alih minta Vania menja
Candra terkejut dengan kedatangan seorang wanita cantik di rumahnya itu. Padahal jelas-jelas selama ini, setelah dia menikah dengan Vania, dia tidak pernah merasakan lagi getaran cinta selain saat bersama istrinya. Tapi bisa-bisanya di pertemuan pertamanya dengan wanita ini, hati Candra dibuat bergetar dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Candra tahu ini salah. Dia sadar kalau seharusnya tidak ada perasaan semacam ini setelah dia menikah dan punya anak dari Vania. Vania istri yang baik, Candra pun sangat mencintai dia. Tapi di sisi lain, Candra juga seorang pria. Dia kaya, dia punya segalanya, dan dia juga ingin merasakan cinta lain yang mungkin bisa lebih memuaskan hasratnya.Pikiran Candra masih melayang, menatap gadis cantik yang menanyakan tentang istrinya itu. Siapa yang mengira jika wanita cantik yang membuat Candra jatuh cinta pandangan pertama adalah Irma, sahabat istrinya yang selama ini memanfaatkan uang Vania. "Kalau Irma suka uang, bukankah mudah untuk membuat dia ter
Vania terlihat diam, tak berani mengelak pada apa yang dikatakan suaminya itu. Tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan Candra, selama ini Vania dekat dengan Irma, tapi tidak pernah sekalipun wanita itu bersikap seperti seorang teman. Dia datang hanya saat butuh. Dia selalu meminta bantuan pada Vania, dan selalu berakhir membuat Vania mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk wanita itu. Sudah lama Candra geram. Setiap kali ditanya darimana, Vania mengatakan pergi dengan Irma. Awalnya Candra tidak terlalu perduli, tapi saat Vania beberapa kali bercerita jika Irma berulang kali diusir dari kontrakan karena nunggak, tentu saja Candra marah. Lagi-lagi istrinya lah yang harus membayar uang kontrakan temannya yang nunggak beberapa bulan. Masih muda tapi suka dikasihani, mirip pengemis, itulah bayangan Candra tentang wanita yang jadi teman baik istrinya itu. "Pokonya lain kali kalau dia pinjam uang, atau dia nunggak bayar kontrakan, kamu gak boleh kasih pinjam dia uang lagi. Dia itu