Vania meradang. Merasa ikut kesal mendengar kata-kata yang dilontarkan Irma saat itu.
"Masalahnya, laki-laki yang kamu tiduri itu suamiku! Masalahnya, kamu goda suamiku, rebut suamiku, dan berselingkuh dengan suamiku. Irma, kamu harusnya tahu kalau mas Candra segalanya buat aku! Tapi kamu bisa-bisanya bilang kalau persahabatan kita lebih penting dari segalanya? Aku tanya sama kamu, apakah kamu mikir aku sahabat kamu, saat kamu tidur sama suamiku? Apa kamu mikir aku sahabat kamu, saat kamu menggoda, dan bermesraan dengan suamiku? Apakah kamu pernah mikirin perasaanku saat kamu selingkuh dengan suamiku? Sahabat macam apa kamu? Seumur hidup ini, aku tidak pernah menemui orang yang jauh lebih tidak tahu malu seperti kamu. Irma, sejak kamu selingkuh dengan suamiku, sudah tidak ada jalan kembali. Kita sudah bukan sahabat lagi!"
Mendengar itu Irma menahan marahnya. Merasa Vania yang biasanya bisa dia bodohi, dan dia manfaatkan, sekarang
Setelah sampai di rumah, Vania berjalan masuk ke dalam kamar. Candra pun mengikuti langkah kaki sang istri, berusaha untuk menghibur hati Vania yang saat itu sedang gusar karena Irma.Candra duduk di sisi tempat tidur. Dia memandangi sang istri, yang saat itu berbaring di tempat tidur dengan mata berkaca-kaca.Berlahan, tangan Candra mengusap-usap lembut pucuk kepala Vania. Gadis itu tiba-tiba meneteskan air mata. Dia menangis sekuat-kuatnya, hingga membuat Candra terkejut melihatnya.Ini kali kedua melihat Vania menangis seperti itu. Sebelumnya Vania menangis saat mengetahui hubungan Candra dan Irma. Tidak disangka kini hal yang sama terjadi lagi. Vania menangis sedih, seakan dunianya runtuh dan dia hancur karena itu."Jangan menangis! Tolong, jangan menangis! Maafkan aku! Aku seharusnya tidak pernah berselingkuh. Aku seharusnya tidak pernah mempermainkan pernikahan kita. Aku
Setelah beberapa tinggal di rumah sakit, akhirnya dokter mengizinkan Vania pulang. Candra sibuk mengurus kepulangan sang istri, hingga tiba-tiba tanpa sengaja dia menabrak seseorang yang ada di hadapannya saat itu."Aduh, Mas, hati-hati kalau jalan! Kalau sampai bayi saya kenapa-kenapa, bagaimana?" oceh wanita berkulit sawo matang itu pada Candra.Candra yang merasa familiar mendengar suara wanita itu, segera menoleh ke arah sumber suara. Matanya melotot, menatap ke arah Irma yang saat itu sedang mengutip barangnya yang jatuh sambil mengusap-usap perutnya."Bayi? Irma, kamu hamil?" tanya Candra yang seketika membuat mata Irma membulat mendengarnya."Mas, mas Candra, kamu...." Irma tak melanjutkan kata-katanya. Dia tentu saja senang mendapati Candra adalah pria yang menabraknya saat itu. Akhirnya waktu tiba, Candra pasti berpikir kalau anak yang saat ini ada dalam perutnya adal
Keesokkan harinya, Candra bersiap pergi ke kantor. Dia melihat Vania masih tidur, dan enggan untuk membangunkan sang istri yang masih terlelap. Candra pun mendekat ke arah istrinya, dan mengecup singkat kening Vania sebelum dia keluar dari kamar.Candra meminta para pelayan rumah untuk mengurus dua anak perempuannya yang akan berangkat sekolah. Terlihat si bungsu merengek, dan memaksa ingin membangunkan ibunya yang saat itu masih tidur."Pa, aku mau ketemu mama! Kenapa mama gak kuncir rambutku hari ini? Pa, mama masih sakit ya? Tania boleh lihat mama? Tania kangen mama. Sudah beberapa aku tidak lihat mama. Tania mau ketemu mama, pa!" rengek Tania sambil terus menangis.Candra yang sudah rapi dan siap untuk pergi ke kantor pun tak tega melihat putri bungsunya itu menangis. Dia menggendong Tania, dan membawa bocah kecil itu menuju arah meja makan sambil berusaha menenangkan hati putri kecilnya.
Sebenarnya Candra sebagai laki-laki normal, dia cukup tergoda dengan tubuh Irma saat itu. Terlalu sempurna menjadi wanita yang merupakan tipe Candra dari fisik. Sayangnya, dia sudah tidak ingin lagi berkhianat dan menyakiti Vania. Nafsunya gugur karena rasa bersalahnya pada sang istri.Candra pun menghubungi dokter pribadinya untuk datang ke rumah Irma. Hingga tak sampai dua puluh menit, dokter yang dipanggil pun datang ke rumah itu untuk memeriksa kondisi Irma, dan bayinya. Dia terlihat begitu fokus, dan berhati-hati saat memeriksa Irma. Sementara Irma, terlihat tenang dan sedikit bersemangat karena kehadiran Candra di rumahnya saat itu."Bagaimana keadaannya dan bayinya, Dok?" tanya Candra khawatir."Tidak masalah. Ibu dan bayinya baik-baik saja. Hanya saja, sepertinya ibu bayi makan terlalu sedikit. Perkembangan bayi dalam kandungannya lemah, kekurangan energi karena asupan makanan yang tidak mencuku
Keesokan harinya, Candra berangkat ke kantor dan berpamitan pada sang istri. Dia membawa dua anaknya ke sekolah dan berlanjut pergi ke kantor.Saat tiba di kantor, dia langsung bergelut dengan pekerjaan di dalam ruang kerjanya. Hingga sekitar pukul sebelas siang, Candra dikejutkan dengan kedatangan Irma ke kantor itu untuk menemui dirinya."Mas, aku datang membawakan makan siang untukmu! Bayinya sepertinya begitu merindukan papanya sampai terus mendesak aku datang ke sini. Cobalah cicipi masakan buatanku! Ini kali pertama aku membuat makanan. Aku harap kamu suka!" ucap Irma, berperan seperti dia istri Candra.Uhukkk... Uhukkk...Candra yang saat itu tengah meminum air putih, tersedak seketika. Kemunculan Irma di kantornya, tentu membuat para karyawan Candra bertanya-tanya tentang asal usul wanita itu. Terlebih beberapa karyawan adalah teman baik Vania. Bisa gawat kalau ada yang mela
Di sisi lain, Vania sedang menyiapkan puding coklat untuk kedua anak perempuannya. Terlihat dia begitu senang, dan membawa puding hasil buatannya itu ke meja makan untuk disantap dua buah hatinya. Hingga tiba-tiba, suara ponsel Vania berdering. Hal itu membuat Vania berjalan ke arah kamarnya untuk menerima panggilan telepon itu."Halo, Ana, ada apa?" tanya Vania dengan si penelpon."Halo, Vania. Aku ada kabar penting untuk aku beritahukan padamu," ucap wanita di telepon itu dengan suara sedikit pelan."Ada apa? Hal penting apa yang mau kamu laporkan padaku?""Ini mengenai pak Candra, suamimu! Tadi saat mendekati makan siang, ada seorang wanita cantik datang ke kantor pak Candra. Dia membawa rantang makanan, dan terlihat sangat antusias sekali ingin bertemu pak Candra. Tolong katakan padaku, siapa wanita itu? Apakah dia pacar suamimu? Apakah kamu tahu kalau pak Candra punya pac
Candra berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah balkon sambil mengeluarkan rokok di saku celananya. Rokok pun dia hisap, dan dinyalakan dengan korek api di tangannya. Sesaat Candra merasa lebih tenang, dan merasa sedikit hilang beban di pundaknya. Hingga dia memeriksa ponsel di kantung jas kantornya, dan mendapati hampir dua puluh panggilan tak terjawab dari Vania."Ya Tuhan, aku lupa mengabari Vania! Dia pasti menungguku dengan gelisah di rumah. Aku harus memberi kabar padanya, agar dia tidak khawatir!" gumam Candra sambil berusaha menelpon Vania.Belum sempat menghubungi Vania, ponsel Candra sudah mati karena kehabisan baterai. Melihat hal itu, Candra merasa kesal, dan hampir melempar ponselnya yang dia rasa tak berguna karena mati di saat dibutuhkan. Candra pun masuk ke dalam rumah, dan mencari charger ponsel, hingga tiba-tiba Irma bangun mendengar suara bising yang ditimbulkan Candra."Mas, kamu c
Waktu berlalu cepat, seminggu sudah Candra pergi dinas di luar negeri. Vania pun tak curiga sama sekali dengan apa yang dikatakan suaminya itu. Dia percaya kalau sang suami memang bekerja dan sedang dinas di luar negeri.Namun kenyataannya berbeda, saat Vania bertemu dengan Ana di sebuah mini market. Keduanya pun berbincang dan mengobrol banyak hal sambil makan siang bersama. Kebetulan hari itu hari libur. Vania membawa kedua anaknya ke rumah ibunya, sementara dia berbelanja ke mini market untuk membeli kebutuhan keluarganya."Ana, kamu juga belanja ya? Lama tidak bertemu! Mau ngobrol sebentar dan makan siang bersama gak? Sudah lama kita tidak ngobrol bareng sejak aku menikah dan berhenti kerja di kantor suamiku," ucap Vania yang disambut anggukan kepala dari Ana."Kebetulan sekali ketemu di sini! Aku sedang menunggu Rara untuk makan siang juga. Kita kumpul bareng dan ngobrol-ngobrol yuk! Rara pasti sen
Sampai di rumah sakit, Galang segera diobati oleh dokter. Sementara Vania, terlihat duduk sendiri di depan ruang tunggu. Entah kenapa Vania tak henti mengingat percakapan antara Candra dan Galang tadi. Selama ini Vania berpikir kalau pernikahannya dengan Candra hanyalah kecelakaan. Dia menduga kalau Candra mencintai dia, dan akhirnya bertanggung jawab untuk menikahinya. Siapa yang mengira jika dari awal sampai akhir, dia hanyalah sebuah rencana yang dibuat Candra untuk mengalahkan kakaknya. Sakit, pernikahan indah yang pernah dia rasakan, ternyata hanya kebohongan yang dibuat suaminya. Air mata Vania mengalir. Ternyata keinginan dia berpisah dari Candra bukanlah hal yang salah. Pernikahan dia dengan Candra, dari awal memang hanya bagian dari rencananya. Tidak ada cinta, semua palsu, semua hal indah yang selama ini Vania rasakan, ternyata hanya kebohongan yang dibuat Candra untuk mengalahkan kakaknya. Galang selesai diobati. Luka lebam sudah dioles obat, sementara luka yang berdarah
Galang pun mengantar Vania ke rumah orangtuanya. Walaupun sedikit bingung, tapi Galang berusaha untuk tidak banyak bertanya hal pribadi gadis itu karna takut melukai hatinya. Sampai di rumah Vania keluar dari mobil Galang. Dia pun mendekatkan kepalanya ke jendela mobil Galang yang terbuka, untuk mengucapkan terima kasih pada sang bos. "Terima kasih untuk tumpangannya, bos. Jarang-jarang aku bisa jadikan bosku, supir pribadi gratis," ucap Vania yang disambut senyum simpul dari bibir Galang. "Kamu anggap aku supir pribadi gratis? Vania, apakah kamu tidak takut kalau potong sebagian gaji bulananmu sebagai kompensasi karena menghina bos sendiri sebagai supir? Nyalimu besar juga ya?" "Hahaha... Aku tahu bosku sedikit arogan dan mudah marah, tapi hatinya lembut, baik, dermawan, mana tega dia memotong gaji karyawan kecil sepertiku. Iya kan?" balas Vania yang hanya disambut anggukan kepala dari Galang. "Penjilat!" "Terima kasih pujiannya bos!" Galang tak henti tertawa saat berbinc
Vania menundukkan kepalanya saat ayahnya duduk bersama ibunya di ruang tamu. Nampak wajah ayahnya yang marah menatap putrinya itu. Dia pun meminta Vania duduk, dan mulai meluapkan kemarahannya pada putrinya itu. "Katakan, Nak! Sebenarnya suamimu sudah melakukan apa padamu hingga kamu mau cerai? Waktu dia menikahi wanita lain, aku minta kamu cerai dengannya, tapi kamu bilang masih ingin mempertahankan pernikahan demi anak-anak. Lantas kenapa saat ini kamu menyerah, dan malah bersikeras ingin bercerai dengan Candra? Katakan dengan jujur! Ayah ingin dengar!" ucap ayah Vania yang membuat wajah Vania semakin menundukkan kepalanya.Vania pun menceritakan hal yang terjadi padanya. Dimana sang suami berkali-kali mendukung kejahatan dan penindasan Irma terhadapnya dan anak-anaknya. Sebelumnya Vania masih bersabar ketika Candra berdiri membela Irma, padahal Irma membuat anak bungsunya sekarat di rumah sakit. Belum lagi setelah menikahi Irma, suaminya jarang pulang, dan mengabaikan anak-anakny
Vania membawa dua anaknya naik ke mobil taksi. Saat itu yang ada di dalam pikiran Vania, hanya ingin segera melarikan diri dari Candra. Pria itu tak pernah sekalipun memihak padanya, dan selalu membenarkan apapun yang dilakukan Irma, meskipun itu sesuatu yang merugikannya. Vania tak ingin lagi terus berada dalam pernikahan yang terus menyiksa batinnya. Dia juga tidak mau terus menerus terikat dengan Candra, dan berhubungan dengan istri kedua suaminya. Jalan terbaik yang saat ini bisa dia ambil, hanyalah pisah rumah dengan suaminya. Apapun yang terjadi, dia tidak ingin kembali bersama dengan suami yang sudah tak lagi menjaganya, dan tidak bisa menegakkan keadilan untuknya. Vania berhenti di sebuah rumah sederhana milik kedua orangtuanya. Dia keluar dari mobil taksi, dan menuntun dua putrinya menuju arah rumah itu. Tania, dan Kanaya nampak tak banyak bicara. Mereka tahu kalau papa mereka sudah lama tidak lagi perduli pada mereka. Ketimbang memperdulikan Candra, justru kedua anak itu l
Pulang kerja, Vania langsung kembali ke rumahnya. Dia mendapati Candra sedang duduk di ruang tamu bersama Irma saat itu. Candra terlihat bahagia mengendong bayi laki-laki Irma. Sementara Irma yang menyadari kedatangan Vania, segera memprovokasi dengan membuat adegan mesra bersama Candra juga bayi kecil di gendongan suaminya itu. "Mas Candra, Vino sudah bisa mengoceh. Lucu sekali ya!" ucap Irma sambil menyandarkan kepalanya di bahu Candra. "Ya, dia lucu sekali!" balas Candra sambil mengecup bayi kecil di gendongannya itu. "Ganteng seperti papanya," sambung Irma lagi. Hal itu pun membuat keduanya tertawa bahagia dan merasa bangga dengan bayi laki-laki kecil yang dilahirkan Irma. Vania yang melihat adegan mesra itu, merasa tidak nyaman. Padahal mereka berdua punya rumah sendiri, tapi kenapa malah datang ke rumahnya untuk menunjukkan bermesraan satu sama lain. Benar-benar membuat mood Vania yang buruk semakin menjadi buruk. "Vania, kamu sudah pulang?" ucap Irma dengan senyum palsu di
Vania tersenyum mendengar kata-kata yang diucapkan Candra. Walaupun dia sendiri tahu, kalau berharap terlalu banyak pada suaminya, dia mungkin akan kembali kecewa. Tapi bagaimanapun, Vania tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya tentang masa depan dua hatinya. Jika memang pernikahan dia dan Candra masih bisa diperbaiki, dia masih ingin mempertahankan pernikahan itu sekali lagi agar dia tidak menyesal dikemudian hari. Obrolan mereka itu pun didengar oleh Irma. Tentu saja Irma marah, merasa kesal dengan kedekatan kembali suaminya dengan istri pertamanya itu. Jelas-jelas sebelumnya sudah dibuat hampir cerai, tapi berujung malah semakin mesra dan romantis seperti saat ini. Irma yang tak terima suaminya kembali memiliki rasa cinta pada istri pertamanya. Dia pun mulai menyusun rencana untuk membuat kesalahpahaman dan pertikaian besar antara Vania dan Candra. Semakin tinggi Vania terbang mengejar cinta Candra, semakin besar rasa sakit dan kekecewaan yang akan dia dapatkan saat berpisah de
Irma yang mendapati panggilan teleponnya dimatikan Vania, segera bergegas bangun dari tidurnya. Dia tidak bisa membiarkan suaminya berada satu atap lagi dengan istri pertamanya. Sudah susah payah selama ini membuat jarak untuk merenggangkan hubungan keduanya, tak mungkin dia biarkan rencana untuk memecah belah hubungan Candra dan Vania gagal. Sementara Irma mengendarai mobilnya menuju arah rumah Vania, di tempat lain, terlihat Candra masih memeluk erat tubuh Vania dalam tidurnya. Pria itu kelelahan, setelah menyiksa Vania cukup lama di ranjang. Vania yang juga lelah, berlahan mulai menutup matanya dan ikut terlelap dalam dekapan hangat tubuh Candra. Irma yang sudah mengendarai mobil sekitar setengah jam dari rumahnya, akhirnya sampai di rumah Vania. Dia langsung menerobos masuk ke dalam rumah, dan mencari keberadaan Candra. Saat membuka pintu kamar Vania, Irma kaget, melihat Candra dan Vania tengah tertidur lelap. Dimana saat itu Candra lah yang memeluk erat tubuh Vania yang tid
Vania pun makan malam bersama Candra dan dua anaknya. Dia melihat Candra begitu memanjakan dua anaknya. Dimana saat itu Candra menyuapi kedua putrinya dengan penuh kasih sayang. Walaupun hati Vania sudah lama dikecewakan oleh Candra, tapi melihat anak-anaknya bisa tertawa bahagia bersama ayah mereka, itu sudah lebih dari cukup untuk Vania. "Tania, makan pelan-pelan! Kemari, biar papa suapi!" ucap Candra sambil mengusap bibir putri bungsunya dengan sapu tangan di tangannya. "Pa, aku juga mau disuapi!" pinta Kanaya, yang ikut manja pada papanya. "Baiklah. Hari ini papa akan suapi kalian sampai kalian kenyang!" balas Candra yang berakhir membuat mereka tertawa bersama-sama. Setelah selesai makan malam, Candra mendekati Vania. Walaupun sebelumnya sempat marah karena Vania mengusir Irma dan bayinya dari rumah itu, tapi Candra tidak bisa mengendalikan dirinya untuk mendatangi Vania setelah dia pulang dinas. Bahkan sebelum pulang menemui Irma, Candra sengaja datang ke rumah Vania leb
Galang yang melihat Vania melamun, menatap ke arah mobil Irma, segera menepuk pundak gadis itu. Vania pun menoleh ke arah Galang, lalu kembali menatap mobil Irma yang pergi meninggalkan tempat itu. "Kamu kenapa? Khawatir pada adik brengsekku itu? Kasihan karena dia diselingkuhi istri keduanya? Vania, ingatlah, dia juga selingkuh dan menyakiti kamu juga anak-anak! Ini hanya balasan yang cepat atau lambat pasti akan diterima oleh seorang pengkhianat," ucap Galang yang membuat Vania menundukkan kepalanya dalam-dalam."Kamu benar. Ini adalah balasan. Sama seperti hal yang terjadi padaku sekarang. Ini semua balasan karena aku pernah menyakiti hatimu, dan mengkhianati kamu," gumam Vania pelan. "Tidak, itu tidak sama.""Tapi kenyataannya, aku memang selingkuh, dan menikahi adik dari pacarku sendiri. Maafkan aku! Hal yang terjadi padaku saat ini, adalah balasan atas semua hal buruk yang pernah aku lakukan padamu. Aku benar-benar minta maaf!" "Bodoh! Aku tidak pernah membencimu. Kamu sama s