Andra mengemudi dengan tangan gemetar, matanya melotot ke jalanan. Pikirannya dipenuhi bayangan sang istri muda, Kiara, bersama dengan laki-laki yang mengantarnya pulang kemarin. Amarah bagaikan api yang membakar di dadanya.Andra berbisik pada diri sendiri. "Siapa dia? Apa yang dia lakukan dengan Kiara?"Andra melirik arlojinya. Sudah hampir jam masuk kantor. Dia harus segera menenangkan diri sebelum bertemu meeting dengan koleganya.Di kantor, Andra terkejut Mimi duduk di mejanya dengan senyum cerah. Dia menyambut Andra dengan pelukan hangat saat Andra memasuki ruangan."Selamat pagi, Mas. Selamat datang!"Andra membalas pelukan Mimi dengan canggung. Dia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun Mimi merasakan ketegangan di tubuhnya."Ada apa, Mas? Kamu terlihat pucat."Andra tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Sayang. Hanya lelah."Mimi menatap Andra dengan lekat, tidak yakin dengan jawabannya. Dengan mendekat ke arah suaminya Mimi memastikan kondisi Andra."Mas, ada sesuatu
Perkiraan Mimi meleset, dia pikir Andra tidak menyukai gadis polos. Tetapi melihat antusias sebelum malam pernikahan, membuat Mimi berfirasat buruk soal hubungan Andra dan Kiara pada akhirnya. Sebagai langkah awal dia mulai melancarkan tipu muslihatnya dengan membuat Andra membenci Kiara. Semua berjalan lancar hingga hari ini.“Hem, kamu kok senyum terus sejak tadi aku perhatikan. Chat an sama siapa?”Seketika Mimi menatap Andra dan menyembunyikan ponselnya di dalam tas kecil. Andra yang melihat sikap Mimi semakin aneh menjadi penasaran. Mimi yang merasa diperhatikan oleh suaminya seketika berdiri dan pamitan untuk pulang dengan alasan tubuhnya mendadak sakit.“Mas, aku pulang dulu. Kurang enak badan, sepertinya kelamaan duduk ini,” kata Mimi sambil berdiri tangan mengulur kepada Andra untuk pamitan.Karuan saja, Andra terkejut dan bingung ingin mengantarkan Mimi pulang, namun meeting akan segera dimulai. Tidak mungkin Andra meninggalkan begitu saja dengan pembahasan proyek dengan jum
Masih dalam kondisi tidak sadar. Tubuh Kiara berada di dalam pelukan Ferdi. Cowok tampan mantan idola sekolah itu, mulai beraksi. Menyentuh bagian tubuh Kiara yang masih tertutup dengan pakaian lengkap.Senyum Ferdi merekah mengambil ponsel. Ferdi mendekatkan wajahnya ke Kiara untuk mengambil foto selfie bersama. Ferdi tersenyum, "aku ingin mengabadikan momen indah ini. Kau terlihat cantik saat tidak sadar. Kita terlihat serasi," ucap Ferdi dengan tawa menguar.SentFoto sudah terkirim ke Mimi dan beberapa saat terdengar notif M-banking. Ferdi segera memeriksanya, nomimal 10 juta sudah masuk ke dalam rekeningnya. Tawa keras kembali terdengar memenuhi ruangan yang ber-AC.“Gue kaya … gue kaya.” Ferdi tertawa keras. “Thank’s Kiara, lo udah bikin hidup gue bahagia. Kasihan sekali hidupmu. Tapi tenang aja, kalau lo nanti dibuang mereka gue siap buat ganti-in.”Cahaya bulan menembus jendela, menerangi ruangan dengan remang-remang. Ferdi berdiri di samping ranjang, menatap Kiara yang terbar
Ferdi terduduk di toilet, meratapi nasibnya yang malang. Dia harus menanggung rasa sakit dan malu akibat ambeien yang dia dapatkan.Hingga beberapa menit lamanya Ferdi masih berusaha untuk maju dan merangkak ke atas ranjang. Namun usahanya sia-sia, pantatnya semakin bertambah sakit. Ferdi mulai ketakutan dengan kondisi ini, dia mencoba mencari tahu di internet soal penyakit.Sementara Kiara yang di atas ranjang, kesadarannya mulai pulih. Tubuhnya mulai bergerak tangan meraba ke sekitar ranjang. Mata Kiara mulai mengerjap melihat kelihat ke arah Ferdi yang duduk sambil memainkan poselnya. Syok, Kiara melihat baju bagian atasnya terbuka. Tatapannya tertuju pada Ferdi yang masih sibuk dengan ponsel. Kiara bergerak dan berusaha bangkit dari ranjang.“Ferdi!” panggil Kiara pelan, karena marasakan tubuhnya belum berada dikesadarn yang penuh.“Ke, udah bangun?” tanya Ferdi yang nampak terkejut dan menurunkan ponselnya.“Lo apain gue, kenapa gue ada di sini? Katakan, Ferdi!” teriak Kiara mula
Mimi terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat dan terlihat kelelahan. Dia baru saja menjalani serangkaian pemeriksaan dokter setelah merasakan lemas dan pusing saat turun dari kantor Andra. Di tangannya, dia memegang ponselnya, melihat foto-foto yang dikirimkan Ferdi. Rasa marah dan kecewa masih membakar hatinya. Dia tidak menyangka Andra, pria yang dia cintai dan percayai, tega menipunya dan menyukai Kiara.Namun, di balik rasa marah dan kecewa, ada secercah kebahagiaan yang terpancar di wajah Mimi. Dia tersenyum tipis saat melihat foto-foto Kiara yang dipeluk hangat oleh Ferdi."Karma itu memang nyata. Kau pikir bisa dengan mudah merebut suamiku? Kau akan merasakan balasannya.Mimi saat ini menderita sakit tumor jinak pada rahimnya. Sudah dilakukan berbagai cara pengobatan, kecuali operasi. Mimi tidak ingin melakukannya, karena pobia dengan bayangan mamanya yang meninggal akibat kegagalan waktu melakukan operasi pengangkatan Rahim juga. Mimi sudah ikhlas jika tidak bisa memp
Gelenyar aneh mulai terasa di tubuh gadis itu setiap kulitnya bersentuhan dengan Andra. Gejolak dari dalam tubuhnya menginginkan hal yang lebih untuk mendapatkan sentuhan. Tatapan mata mereka beradu keduanya saling diam.Perlahan tangan Andra mulai meraba bagian punggung istrinya dan menariknya lebih dalam. Kiara terdiam menikmati setiap momen yang diberikan suaminya dengan memejamkan mata. Sensasi panas yang membakar dalam tubuh keduanya membuatnya larut dalam kehangatan. Meskipun masih dalam suasana marah, Andra seorang lelaki yang tidak akan bisa menahan hasrat saat bersentuhan dengan wanita yang sudah menjadi milik sahnya.Keraguan tentang Kiara saat ini dia singkirkan, lebih besar hasrat dalam tubuhnya yang sedang terbakar asmara dan emosi bercampur menjadi satu. Belitan lidah pada bibir polos tanpa polesan makeup,membuat Andra semakin terpancing. Persetan yang sudah dilakukan istrinya dengan laki-laki di dalam hotel tadi. Bagi Andra saat ini tubuh Kiara lebih menggoda dari apapu
Mimi berdiri di depan Kiara dan Andra, wajahnya merah padam bagaikan api. Matanya melotot, penuh amarah yang meluap-luap. Tanpa aba-aba, dia menjambak rambut Kiara dengan kasar, menariknya ke bawah. Kiara meringis kesakitan, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Mimi.Andra yang melihat kejadian itu, segera melerai mereka. Dia menarik tangan Mimi dengan kuat, berusaha melepaskannya dari rambut Kiara. "Mimi, hentikan!" bentaknya dengan tegas.Mimi berontak, berusaha melawan Andra. Dia berteriak-teriak mengeluarkan kata-kata kotor, menuduh Kiara dengan berbagai macam hal. Suasana di kamar menjadi semakin panas dan kacau. Pelayan mulai berdatangan, terheran-heran melihat apa yang terjadi.Kiara masih meringis kesakitan, rambutnya berantakan akibat jambakan Mimi. Dia merasa malu dan terhina di depan semua orang. Andra terus berusaha menenangkan Mimi, namun amarahnya tidak kunjung reda.Perkelahian itu akhirnya berhasil dilerai oleh beberapa pelayan yang datang membantu. Mimi dibawa ke
Mimi menatap Andra dengan penuh kekhawatiran. Dia takut rencananya ketahuan. Bisa dihajar Andra jika tahu kalau Mimi lah yang sudah merekayasa kejadian bersama dengan Ferdi.“Bagaimana sopir bisa bilang, ketemu saja tidak. Trus bagaimana hasilnya, ada kemajuan belum? Apa tidak sebaiknya operasi saja? Ini akan lebih baik, daripada hanya pengobatan,” kata Andra.Andra yang merasa kasihan dengan Mimi tidak sanggup melihat istri pertamanya sakit. Sedangkan dia juga harus memperhatikan Kiara yang baru dibawa kabur oleh laki-laki. Bisa saja Andra membuang Kiara seketika itu. Namun melihat Kiara dalam kondisi seperti tadi hatinya sangat marah. Tidak rela jika Kiara bersama dengan lelaki lalin di hotel.“Sudahlah, aku kan udah bilang tidak mau. Jangan bikin ribut lagi dengan pendapatmu, Mas. Tidak perlu aku ulangi biarpun hanya sekali membahas soal operasi.”Suara Mimi semakin keras, dia kemudian merapikan pakaian dan bangkit dari ranjang. Suasana kembali panas saat Mimi berganti pakaian yang
Setelah beberapa saat berpelukan, Andra dan Kiara duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang tentang masalah yang mereka hadapi. Kiara mendengarkan dengan seksama semua keluhan Andra. Ia memberikan semangat dan dukungan penuh pada suaminya.Mata Kiara bertemu dengan tatapan penuh harap Andra. Ia mengulurkan tangannya, menggenggam jemari suaminya erat."Aku yakin kita bisa melewati semua ini bersama-sama, Mas," ujarnya lembut, suaranya bagai belali yang menenangkan. "Kita harus tetap kuat dan saling mendukung."Andra mengangguk pelan. Ia merasa sangat beruntung memiliki istri seperti Kiara. Di tengah badai kehidupan yang sedang mereka hadapi, kehadiran Kiara bagaikan oase di tengah gurun. Namun, kekhawatiran masih menghantui pikirannya."Aku tahu, Sayang," jawabnya, "Tapi aku khawatir kalau Mimi akan melakukan hal-hal yang tidak terduga. Dia tidak akan menyerah begitu saja."Kiara tersenyum pahit. Ia pun merasakan kegelisahan yang sama. "Aku juga khawatir," akunya, "Tapi kita tidak
Andra merasa detak jantungnya semakin cepat saat dia mencoba membujuk Mimi. Darah mengalir dari luka di tangan Mimi, dan perban yang Andra pasang terlihat kurang rapi.“Mimi,” bisik Andra, “kita harus segera ke klinik. Lukamu perlu diperiksa lebih lanjut.”Mimi menatap Andra dengan mata yang penuh ketakutan, tapi akhirnya mengangguk setuju. Mereka berdua berjalan pelan menuju mobil, Andra memastikan Mimi tetap tenang. Di dalam hati, Andra berdoa agar luka Mimi tidak terinfeksi.Mimi memandang Kiara dengan mata tajam, senyumnya menyiratkan kepuasan. Andra merasa jantungnya berdebar.“Kiara,” ucap Andra dengan suara bergetar, “aku akan mengantar Mimi ke klinik. Tapi setelah itu, kita harus bicara.” Kiara hanya mengangguk, dan Andra membantu Mimi berdiri.Mereka berdua keluar dari rumah, Andra memandang Kiara dengan ketegangan. Mimi berhasil membuat Andra meninggalkan Kiara sendirian. Ia merasa puas dengan keberhasilannya. Dengan begitu, ia bisa lebih leluasa untuk menjalankan rencana jah
Suara Mimi memecah keheningan di apartemen itu. Kiara dan Andra saling pandang dengan tatapan was-was. Jantung mereka berdebar kencang. Dengan langkah ragu, Andra melangkah maju. Di ruang tamu, berdirilah Mimi dengan senyum merekah di wajahnya. Tatapan matanya menusuk tajam ke arah Kiara.Mimi dengan nada mengejek. “Oh, ternyata kalian berdua ada di sini. Lama tidak bertemu, Andra. Kau terlihat segar sekali.Andra tergagap. “Mi... Mimi, apa yang kau lakukan di sini?”Mimi mendekati mereka. “Hanya ingin menyapa suami tercinta. Sudah lama kita tidak bertemu, bukan?”Kiara berdiri di belakang Andra, tubuhnya gemetar. Ia merasa seperti sedang berada dalam sebuah mimpi buruk.Kiara berusaha tenang.” Apa maksudmu datang ke sini?”Mimi tertawa kecil. “ Maksudku? Tentu saja ingin bertemu dengan orang-orang yang kucintai.”Mimi melirik ke arah perut Kiara, lalu kembali menatap Andra.“Oh ya, selamat ya. Sepertinya kau akan segera menjadi seorang ayah.”Nada bicara Mimi terdengar penuh sindiran
Kiara memeluk erat Andra, suaminya, di ambang pintu rumah mereka. Senyumnya tak henti mengembang, melupakan semua kesedihan yang pernah merundunginya. Menjadi istri kedua karena paksaan memang pahit, tapi Andra telah membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya.Pernikahan mereka memang tak lazim. Andra, pengusaha kaya raya. Kontrak pernikahan mereka jelas: Andra menginginkan bayi dari rahim Kiara, dan Kiara akan diceriakan Andra setelah melahirkan. Tak ada cinta di awal pernikahan mereka, hanya rasa saling membutuhkan. Kiara menikah demi menebus hutang keluarganya.Namun, seiring waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Kiara. Andra yang dingin dan kaku ternyata penyayang dan perhatian. Dia selalu meluangkan waktu untuk Kiara, mendengarkan ceritanya. Perhatian kecil Andra yang tulus itu menghangatkan hati Kiara yang dingin.Kiara pun berusaha menjadi istri yang baik bagi Andra. Dia menemaninya, dan selalu ada saat dia membutuhkan. Perlahan tapi pasti, Andra pun mulai luluh hatinya. Di
Hangatnya pelukan Andra menyelimuti Kiara, mengusir hawa dingin yang menyelimuti malam itu. Air mata mereka telah mengering, digantikan oleh perasaan cinta dan kasih sayang yang kembali mekar di antara mereka."Maafkan aku, Kiara," bisik Andra, suaranya bergetar. "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu."Kiara menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu, Mas Andra. Aku tahu kau sangat perhatian denganku dan bayiku. Bukannya dia yang kalian tunggu sejak awal?"Andra tersenyum, senyum yang tulus dan penuh penyesalan. "Ya, kamu benar. Aku berjanji, Kiara. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku akan menjadi suami dan ayah terbaik untukmu dan anak kita."Kiara tersenyum, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Dia tahu bahwa Andra tulus dalam penyesalannya, dan dia ingin memberinya kesempatan kedua."Aku percaya padamu, Mas Andra," bisiknya.Andra memeluk Kiara lebih erat, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dia bersyukur karena Kiara masih mau memberinya kese
Kiara yang diliputi rasa ingin tahu, memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang asal-usulnya yang selama ini menjadi rahasia. Dia beralih ke media sosial milik adiknya, Alex, sebagai sumber informasi. Namun, karena sudah lama tidak aktif di media sosial, Kiara mengalami kesulitan dalam menemukan akun Alex yang menggunakan nama samaran.Meskipun terkendala, Kiara tidak menyerah. Dengan semangat yang kuat, dia terus mencari dan menelusuri akun demi akun. Upayanya tak sia-sia. Berkat kerja keras dan keteguhannya, Kiara akhirnya berhasil menemukan akun Alex. Rasa lega dan bahagia menyelimuti dirinya saat dia membuka profil Alex dan mulai menjelajahi kehidupan digital sang adik angkat.Kiara mulai menjelajahi postingan dan foto-foto Alex, mencari petunjuk apa pun yang bisa mengantarkannya pada informasi tentang asal-usulnya. Dia berharap bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya, siapa orang tuanya? Mengapa dia ditinggalkan? Dan apa rahasia di balik masa lalun
Di ruang tamu, Kiara dan Bi Sumi sibuk dengan kesibukan baru mereka. Membuat rajutan yang didapat teorinya dari internet. Kiara terlihat antusias dengna kesibukan barunya. Bi Sumi berceritanya dengan senyum hangat.“Nyonya, orang tua saya adalah penggemar kerajinan tangan,” katanya. “Ayah saya pandai membuat ukiran kayu, sedangkan ibu saya ahli dalam merajut dan menjahit.”Kiara terkejut. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Bi Sumi memiliki latar belakang keluarga yang kreatif. “Bagaimana mereka bertemu?” tanya Kiara.Bi Sumi mengambil napas dalam-dalam, matanya menerawang ke masa lalu. “Ayah dan ibu saya bertemu di sebuah pameran seni,” katanya. “Mereka berdua tertarik pada sebuah pameran kerajinan tangan di kota kecil tempat mereka tinggal. Ayah saya terpesona oleh ukiran kayu yang dibuat oleh ibu saya, dan ibu saya terkesan dengan kain rajutan buatan ayah saya.”Kiara merasa ada benang merah yang menghubungkan cerita Bi Sumi dengan hidupnya sendiri. Dia juga mencintai kerajinan tan
Kiara berjuang untuk mempertahankan pernikahannya dengan Andra meski tahu jika hati andra sudah kembali kepada Mimi, istri pertama. Mimi sangat licik memanfaatkan kelemahan Andra dengan menjeratnya kembali ke dalam hubungan asmara. Kiara tidak punay pilihan lain, Mimi masih istri sahnya Andra, dan tidak mungkin dia memintanya berpisah sesuai janji Andra yang dulu. Meski tahu, jika Mimi sudah jahat kepada Kiara dan juga bayi yang dikandungnya.Kiara merasa terjebak dalam perasaan yang tak berujung. Pernikahannya dengan Andra, yang dulunya penuh cinta dan harapan, kini terasa seperti medan perang. Setiap hari, Kiara berusaha mempertahankan hubungan mereka, meski tahu bahwa Andra telah kembali ke pelukan Mimi, istri pertamanya.Andra, pria yang dulu pernah membuat hati Kiara berbunga-bunga, kini menjadi sosok yang terpecah di antara dua wanita. Mimi, wanita licik yang memanfaatkan kelemahan Andra, berhasil menariknya kembali ke dalam hubungan asmara. Kiara tahu bahwa Mimi tak akan berhen
Mimi memanfaatkan situasi ini dengan cerdik. Dia tahu bahwa Andra memiliki hasrat yang tinggi ketika emosinya tidak stabil. Dengan rayuan dan perhatian yang konstan, dia perlahan-lahan menarik Andra kembali ke dalam pelukannya.Di tengah kekacauan batinnya, Andra menemukan secercah ketenangan dalam diri Mimi. Tawanya yang merdu dan sentuhan lembutnya bagaikan balsem yang meredakan luka hatinya yang tergores oleh pengkhianatan Kiara. Sejenak, Andra melupakan segala masalahnya dan tenggelam dalam perhatian Mimi yang tulus dan penuh kasih sayang.Mimi, dengan kejeliannya, melihat kesempatan ini untuk kembali merebut hati Andra. Dia tahu bahwa saat Andra dilanda emosi, hasratnya pun membara. Dengan rayuan yang menggoda dan perhatian yang tak henti-hentinya, Mimi perlahan menarik Andra kembali ke dalam pelukannya. Kata-kata manisnya bagaikan mantra yang membius Andra, membuatnya lupa akan rasa sakit yang ia alami.Andra, yang masih terluka dan rapuh, tak kuasa menolak godaan Mimi. Dia terb