Mimi berdiri di depan Kiara dan Andra, wajahnya merah padam bagaikan api. Matanya melotot, penuh amarah yang meluap-luap. Tanpa aba-aba, dia menjambak rambut Kiara dengan kasar, menariknya ke bawah. Kiara meringis kesakitan, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Mimi.Andra yang melihat kejadian itu, segera melerai mereka. Dia menarik tangan Mimi dengan kuat, berusaha melepaskannya dari rambut Kiara. "Mimi, hentikan!" bentaknya dengan tegas.Mimi berontak, berusaha melawan Andra. Dia berteriak-teriak mengeluarkan kata-kata kotor, menuduh Kiara dengan berbagai macam hal. Suasana di kamar menjadi semakin panas dan kacau. Pelayan mulai berdatangan, terheran-heran melihat apa yang terjadi.Kiara masih meringis kesakitan, rambutnya berantakan akibat jambakan Mimi. Dia merasa malu dan terhina di depan semua orang. Andra terus berusaha menenangkan Mimi, namun amarahnya tidak kunjung reda.Perkelahian itu akhirnya berhasil dilerai oleh beberapa pelayan yang datang membantu. Mimi dibawa ke
Mimi menatap Andra dengan penuh kekhawatiran. Dia takut rencananya ketahuan. Bisa dihajar Andra jika tahu kalau Mimi lah yang sudah merekayasa kejadian bersama dengan Ferdi.“Bagaimana sopir bisa bilang, ketemu saja tidak. Trus bagaimana hasilnya, ada kemajuan belum? Apa tidak sebaiknya operasi saja? Ini akan lebih baik, daripada hanya pengobatan,” kata Andra.Andra yang merasa kasihan dengan Mimi tidak sanggup melihat istri pertamanya sakit. Sedangkan dia juga harus memperhatikan Kiara yang baru dibawa kabur oleh laki-laki. Bisa saja Andra membuang Kiara seketika itu. Namun melihat Kiara dalam kondisi seperti tadi hatinya sangat marah. Tidak rela jika Kiara bersama dengan lelaki lalin di hotel.“Sudahlah, aku kan udah bilang tidak mau. Jangan bikin ribut lagi dengan pendapatmu, Mas. Tidak perlu aku ulangi biarpun hanya sekali membahas soal operasi.”Suara Mimi semakin keras, dia kemudian merapikan pakaian dan bangkit dari ranjang. Suasana kembali panas saat Mimi berganti pakaian yang
Sementara di dalam kamar, Kiara yang berpura-pura tertidur langsung bangun dan berjalan ke dalam kamar mandi. Tubuhnya yang lengket karena keringat sama sekali belum dia bersihkan. Hasrat yang ada di dalam tubuh gadis itu kembali bergolak belum tuntas setelah kepergian Andra dan Mimi dari kamarnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan diri Kiara hingga hormon di dalam tubuhnya naik dan hanya ingin dituntaskan.Dengan berbagai cara, dia memuaskan dirinya sendiri di bawah selimut tebal. Meski kamarnya ber-AC namun hawa panas yang ada di dalam tubuh Kiara tetap tidak dapat didinginkan. Awalnya Kiara bingung karena saat ini membutuhkan pelukan hangat dari seseorang yang bisa dijadikan tempat untuk meluapkan hasratnya. Baru kali ini dia merasakan hawa panas yang begitu hebat menuntutnya untuk melakukan hubungan dengan seorang laki-laki.Bukan kali ini saja Kiara merasakan hal itu. Semenjak dekat dengan Andra nafsu untuk terus bersama dan bersentuhan tidak dapat dia kuasai. Apalah daya,
Sekarang Ferdi sedang menyiapkan rencana selanjutnya menjebak Kiara. Senyum mengembang di sudut bibirnya yang hitam. Rendi yang berada di sebelahnya hanya menggelengkan kepala. Sejatinya dia tidak setuju dengan tindakan Ferdi yang ingin menjebak Kiara sejak awal. Dia tahu pasti, siapa gadis yang menjadi target pundi-pundi milik Ferdi. Tetapi karena takut, Rendi hanya bisa menuruti perintah Ferdi.“Lo mau jebak Kiara gimana lagi? Emang masih kurang uang yang lo dapet dari perempuan itu?” tanya Rendi setelah mereka tiba di rumah kontrakan.“Karena sekarang kondisi gue kayak gini, lo yang gantiin gue lakukan itu. Tapi ingat, duitnya gue yang terima. Lo mau nggak?!”Ferdi terkenal sebagai pemaksa terhadap teman-temannya. Dia menindas mereka yang yang butuh pekerjaan. Tidak peduli jika mereka melakukan tidak ikhlas, yang terpenting bisa menekan teman yang butuh powernya.“Iya, apa sih yang nggak gue lakuin buat lo! Bilang aja, hidup gue ada di tangan lo kan,” kata Rendi datar, dia tidak be
Di rumah Andra saat ini sedang sepi. Andra pulang bersama dengan Mimi dinihari. Mimi masih tergolek di atas ranjang dalam posisi berpelukan. Suara alarm yang berkali-kali berbunyi tidak mereka perdulikan.Suara gedoran di pintu membuat pria yang masih mengenakan pakaian casual itu terbangun. Setelah melihat ke arah Mimi yang masih tertidur pulas, Andra bangkit dan berjalan terhuyung menuju pintu. Kepalanya sedikit pusing akibat ulah Mimi dan kurang tidur.“Ada apa,” ucapnya tanpa memperhatikan siapa yang datang.“Sudah siang, nggak masuk kerja?” tanya Kiara dengan wajah penuh tanya.Seketika Andra membuka mata lebar, melihat Kiara berdiri tepat di depannya dengan wajah segar tanpa polesan makeup. Dia terdiam, menikmati wajah polos yang tadi malam sempat membuat jantung berdegup kencang. Rasanya ingin meraup bibir berwarna merah muda itu di dalam belitan lidahnya.“Tuan, kerja tidak?” ulang Kiara. Suaranya terdengar merdu di telinga Andra, membuat laki-laki itu tergagap menyadari diri
Tetapi tangan nenek tersebut menarik Kiara hingga membuatnya terkejut. Seketika Kiara berjongkok dan menatap wajah yang nenek yang sudah keriput. Hatinya tersentuh melihat tangan nenek yang kasar. Teringat dia dan kedua orang tuanya dulu yang tertatih mengais uang untuk sekedar makan.“Nenek kenapa, lapar? Aku mabilkan makanan, Nek.”Kiara dengan seksama memperhatikan sang nenek sebelum berniat mengambilkan makanan untuknya.Seketika nenek berdiri dan menarik tangan Kira menjauh dari rumah Andra. Dengan ragu, Kiara mengikuti nenek dan sesekali menoleh ke arah belakang.Terlihat dari pintu gerbang, salah seorang palayan Andra melihat Kiara berjalan menjauh dari rumah. Kiara hanya melambaikan tangan kepadanya menyuruhnya pergi. Pelayan itupun masuk kembali ke pekarangan rumah tanpa dan mengabaikan Kiara.Sementara Kiara semakin jauh dari rumahnya. Dia merasakan hal aneh dan mulai was-was akan kejadian buruk yang akan menimpanya. Tetapi nenek tetap menarik tangannya dan berbelok ke salah
Ferdi tertawa keras di ruang tamu. Meski kondisi tubuh tidak sehat akibat terjatuh dari ranjang hotel. Penyakit yang diderita seakan lenyap dengan bunyi transfer uang yang masuk ke rekeningnya. Semakin lama jumlah saldo nominalnya semakin bertambah banyak. Rendi yang menyaksikan sikap Ferdi yang semakin menggila, tidak mampu mencegahnya. “Lo ngapain cengar-cengir kayak gitu?” ucap Ferdi sambil melempar sandal ke arah Rendi.Rendi dengan menunduk keluar dari rumah, dia duduk di teras tanpa bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya dia hanya kasihan dengan Kiara yang ada di dalam kamar. Di dalam rumah, Kiara terkurung dalam kamarnya, terluka dan terhina. Wanita itu hanya korban dari napsu Ferdi yang gila akan uang dan melakukan apa saja buat mencapainya.Rendi menghela napas panjang. Pikirannya berkecamuk dengan kekhawatiran. Dia takut jika foto-foto memalukan Kiara itu tidak hanya tertuju kepada Mimi, melainkan juga tersebar ke dunia media sosial. Dampaknya akan jauh lebih buruk dan Kiara aka
“Ah, kenapa semua jadi rumit seperti? Bukannya Mimi yang sejak awal mendukung pernikahan ini? Mengapa dia bersikap buruk pada Kiara kalau hanya ingin anak saja. Aku sendiri mengapa tidak tega, setiap kali Mimi berbuat kasar dengan gadis itu?”“Ada apa dengan diriku? Mungkinkah ini yang dirasakan oleh Mimi? Takut aku berpaling dari dia? Saat ini aku hanya ingin mereka berdua baik-baik saja, tanpa ada cempuru atau persaingan. Tidak mungkin aku jatuh cinta pada gadis kecil itu.”“Hanya perasaan tidak rela saja ketika melihat Mimi sangat kasar dengan ucapannya. Dia tidak pantas menanggung hutang orang tua yang tidak seberapa besar menurutku. Ah, sudahlah. Aku harus cepat mengetahui di mana dia sekarang. Jangan sampai kejadian waktu lalu terlulang lagi,” lanjut Andra dalam kekesalan batinnya.Andra mengemudikan mobilnya dengan penuh amarah. Dia memukul setir berulang kali, meluapkan frustrasi yang menumpuk di dalam dadanya. Pikirannya berkecamuk, terjebak dalam dilema cinta segitiga yang r
Setelah beberapa saat berpelukan, Andra dan Kiara duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang tentang masalah yang mereka hadapi. Kiara mendengarkan dengan seksama semua keluhan Andra. Ia memberikan semangat dan dukungan penuh pada suaminya.Mata Kiara bertemu dengan tatapan penuh harap Andra. Ia mengulurkan tangannya, menggenggam jemari suaminya erat."Aku yakin kita bisa melewati semua ini bersama-sama, Mas," ujarnya lembut, suaranya bagai belali yang menenangkan. "Kita harus tetap kuat dan saling mendukung."Andra mengangguk pelan. Ia merasa sangat beruntung memiliki istri seperti Kiara. Di tengah badai kehidupan yang sedang mereka hadapi, kehadiran Kiara bagaikan oase di tengah gurun. Namun, kekhawatiran masih menghantui pikirannya."Aku tahu, Sayang," jawabnya, "Tapi aku khawatir kalau Mimi akan melakukan hal-hal yang tidak terduga. Dia tidak akan menyerah begitu saja."Kiara tersenyum pahit. Ia pun merasakan kegelisahan yang sama. "Aku juga khawatir," akunya, "Tapi kita tidak
Andra merasa detak jantungnya semakin cepat saat dia mencoba membujuk Mimi. Darah mengalir dari luka di tangan Mimi, dan perban yang Andra pasang terlihat kurang rapi.“Mimi,” bisik Andra, “kita harus segera ke klinik. Lukamu perlu diperiksa lebih lanjut.”Mimi menatap Andra dengan mata yang penuh ketakutan, tapi akhirnya mengangguk setuju. Mereka berdua berjalan pelan menuju mobil, Andra memastikan Mimi tetap tenang. Di dalam hati, Andra berdoa agar luka Mimi tidak terinfeksi.Mimi memandang Kiara dengan mata tajam, senyumnya menyiratkan kepuasan. Andra merasa jantungnya berdebar.“Kiara,” ucap Andra dengan suara bergetar, “aku akan mengantar Mimi ke klinik. Tapi setelah itu, kita harus bicara.” Kiara hanya mengangguk, dan Andra membantu Mimi berdiri.Mereka berdua keluar dari rumah, Andra memandang Kiara dengan ketegangan. Mimi berhasil membuat Andra meninggalkan Kiara sendirian. Ia merasa puas dengan keberhasilannya. Dengan begitu, ia bisa lebih leluasa untuk menjalankan rencana jah
Suara Mimi memecah keheningan di apartemen itu. Kiara dan Andra saling pandang dengan tatapan was-was. Jantung mereka berdebar kencang. Dengan langkah ragu, Andra melangkah maju. Di ruang tamu, berdirilah Mimi dengan senyum merekah di wajahnya. Tatapan matanya menusuk tajam ke arah Kiara.Mimi dengan nada mengejek. “Oh, ternyata kalian berdua ada di sini. Lama tidak bertemu, Andra. Kau terlihat segar sekali.Andra tergagap. “Mi... Mimi, apa yang kau lakukan di sini?”Mimi mendekati mereka. “Hanya ingin menyapa suami tercinta. Sudah lama kita tidak bertemu, bukan?”Kiara berdiri di belakang Andra, tubuhnya gemetar. Ia merasa seperti sedang berada dalam sebuah mimpi buruk.Kiara berusaha tenang.” Apa maksudmu datang ke sini?”Mimi tertawa kecil. “ Maksudku? Tentu saja ingin bertemu dengan orang-orang yang kucintai.”Mimi melirik ke arah perut Kiara, lalu kembali menatap Andra.“Oh ya, selamat ya. Sepertinya kau akan segera menjadi seorang ayah.”Nada bicara Mimi terdengar penuh sindiran
Kiara memeluk erat Andra, suaminya, di ambang pintu rumah mereka. Senyumnya tak henti mengembang, melupakan semua kesedihan yang pernah merundunginya. Menjadi istri kedua karena paksaan memang pahit, tapi Andra telah membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya.Pernikahan mereka memang tak lazim. Andra, pengusaha kaya raya. Kontrak pernikahan mereka jelas: Andra menginginkan bayi dari rahim Kiara, dan Kiara akan diceriakan Andra setelah melahirkan. Tak ada cinta di awal pernikahan mereka, hanya rasa saling membutuhkan. Kiara menikah demi menebus hutang keluarganya.Namun, seiring waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Kiara. Andra yang dingin dan kaku ternyata penyayang dan perhatian. Dia selalu meluangkan waktu untuk Kiara, mendengarkan ceritanya. Perhatian kecil Andra yang tulus itu menghangatkan hati Kiara yang dingin.Kiara pun berusaha menjadi istri yang baik bagi Andra. Dia menemaninya, dan selalu ada saat dia membutuhkan. Perlahan tapi pasti, Andra pun mulai luluh hatinya. Di
Hangatnya pelukan Andra menyelimuti Kiara, mengusir hawa dingin yang menyelimuti malam itu. Air mata mereka telah mengering, digantikan oleh perasaan cinta dan kasih sayang yang kembali mekar di antara mereka."Maafkan aku, Kiara," bisik Andra, suaranya bergetar. "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu."Kiara menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu, Mas Andra. Aku tahu kau sangat perhatian denganku dan bayiku. Bukannya dia yang kalian tunggu sejak awal?"Andra tersenyum, senyum yang tulus dan penuh penyesalan. "Ya, kamu benar. Aku berjanji, Kiara. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku akan menjadi suami dan ayah terbaik untukmu dan anak kita."Kiara tersenyum, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Dia tahu bahwa Andra tulus dalam penyesalannya, dan dia ingin memberinya kesempatan kedua."Aku percaya padamu, Mas Andra," bisiknya.Andra memeluk Kiara lebih erat, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dia bersyukur karena Kiara masih mau memberinya kese
Kiara yang diliputi rasa ingin tahu, memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang asal-usulnya yang selama ini menjadi rahasia. Dia beralih ke media sosial milik adiknya, Alex, sebagai sumber informasi. Namun, karena sudah lama tidak aktif di media sosial, Kiara mengalami kesulitan dalam menemukan akun Alex yang menggunakan nama samaran.Meskipun terkendala, Kiara tidak menyerah. Dengan semangat yang kuat, dia terus mencari dan menelusuri akun demi akun. Upayanya tak sia-sia. Berkat kerja keras dan keteguhannya, Kiara akhirnya berhasil menemukan akun Alex. Rasa lega dan bahagia menyelimuti dirinya saat dia membuka profil Alex dan mulai menjelajahi kehidupan digital sang adik angkat.Kiara mulai menjelajahi postingan dan foto-foto Alex, mencari petunjuk apa pun yang bisa mengantarkannya pada informasi tentang asal-usulnya. Dia berharap bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya, siapa orang tuanya? Mengapa dia ditinggalkan? Dan apa rahasia di balik masa lalun
Di ruang tamu, Kiara dan Bi Sumi sibuk dengan kesibukan baru mereka. Membuat rajutan yang didapat teorinya dari internet. Kiara terlihat antusias dengna kesibukan barunya. Bi Sumi berceritanya dengan senyum hangat.“Nyonya, orang tua saya adalah penggemar kerajinan tangan,” katanya. “Ayah saya pandai membuat ukiran kayu, sedangkan ibu saya ahli dalam merajut dan menjahit.”Kiara terkejut. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Bi Sumi memiliki latar belakang keluarga yang kreatif. “Bagaimana mereka bertemu?” tanya Kiara.Bi Sumi mengambil napas dalam-dalam, matanya menerawang ke masa lalu. “Ayah dan ibu saya bertemu di sebuah pameran seni,” katanya. “Mereka berdua tertarik pada sebuah pameran kerajinan tangan di kota kecil tempat mereka tinggal. Ayah saya terpesona oleh ukiran kayu yang dibuat oleh ibu saya, dan ibu saya terkesan dengan kain rajutan buatan ayah saya.”Kiara merasa ada benang merah yang menghubungkan cerita Bi Sumi dengan hidupnya sendiri. Dia juga mencintai kerajinan tan
Kiara berjuang untuk mempertahankan pernikahannya dengan Andra meski tahu jika hati andra sudah kembali kepada Mimi, istri pertama. Mimi sangat licik memanfaatkan kelemahan Andra dengan menjeratnya kembali ke dalam hubungan asmara. Kiara tidak punay pilihan lain, Mimi masih istri sahnya Andra, dan tidak mungkin dia memintanya berpisah sesuai janji Andra yang dulu. Meski tahu, jika Mimi sudah jahat kepada Kiara dan juga bayi yang dikandungnya.Kiara merasa terjebak dalam perasaan yang tak berujung. Pernikahannya dengan Andra, yang dulunya penuh cinta dan harapan, kini terasa seperti medan perang. Setiap hari, Kiara berusaha mempertahankan hubungan mereka, meski tahu bahwa Andra telah kembali ke pelukan Mimi, istri pertamanya.Andra, pria yang dulu pernah membuat hati Kiara berbunga-bunga, kini menjadi sosok yang terpecah di antara dua wanita. Mimi, wanita licik yang memanfaatkan kelemahan Andra, berhasil menariknya kembali ke dalam hubungan asmara. Kiara tahu bahwa Mimi tak akan berhen
Mimi memanfaatkan situasi ini dengan cerdik. Dia tahu bahwa Andra memiliki hasrat yang tinggi ketika emosinya tidak stabil. Dengan rayuan dan perhatian yang konstan, dia perlahan-lahan menarik Andra kembali ke dalam pelukannya.Di tengah kekacauan batinnya, Andra menemukan secercah ketenangan dalam diri Mimi. Tawanya yang merdu dan sentuhan lembutnya bagaikan balsem yang meredakan luka hatinya yang tergores oleh pengkhianatan Kiara. Sejenak, Andra melupakan segala masalahnya dan tenggelam dalam perhatian Mimi yang tulus dan penuh kasih sayang.Mimi, dengan kejeliannya, melihat kesempatan ini untuk kembali merebut hati Andra. Dia tahu bahwa saat Andra dilanda emosi, hasratnya pun membara. Dengan rayuan yang menggoda dan perhatian yang tak henti-hentinya, Mimi perlahan menarik Andra kembali ke dalam pelukannya. Kata-kata manisnya bagaikan mantra yang membius Andra, membuatnya lupa akan rasa sakit yang ia alami.Andra, yang masih terluka dan rapuh, tak kuasa menolak godaan Mimi. Dia terb