Home / CEO / Istri Kedua CEO / 129. Percaya Padaku

Share

129. Percaya Padaku

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kita akan mendapat keuntungan yang sangat besar jika membangun sebuah pusat perbelanjaan dan kebugaran di kawasan elit tersebut. Bagaimana pendapat Anda, Mr. Dinata?"

Semua mata sontak tertuju pada Alvaro. Namun, lelaki itu hanya diam karena tidak menyimak sama sekali presentasi yang disampaikan oleh kliennya.

"Sstt, Al ...." sengit Jafier menatap Alvaro tajam untuk mengembalikan fokus sahabatnya itu.

Namun, Alvaro malah mengabaikan tegurannya karena sibuk dengan pikirannya sendiri. Alvaro benar-benar ingin tahu siapa orang yang sudah mengirimkan bunga untuk Cara.

Apa mungkin Kafka?

"Bagaimana pendapat Anda tentang proyek kerja sama perusahaan kita dengan Phoenix Groub, Mr. Dinata?" Suara Felix terdengar sangat berat dan penuh penekanan. Dia pasti sudah memukul kepala Alvaro agar berhenti melamun jika tidak ada orang.

Alvaro tergagap karena mendengar suara Felix berusan.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kedua CEO   130. I'll Promise You

    Cara terenyak. Dia sontak mengangkat kepala, menatap Alvaro yang duduk di hadapannya dengan pandangan tidak percaya. "Ka-kamu sudah tahu, Al?" "Iya, Caramell. Aku sudah tahu kalau Jafier yang mengirim bunga untukmu." "Kamu tahu dari mana?" tanya Cara ingin tahu. "Kepo," sahut Alvaro datar seperti biasa. "Alva ...." Cara mendesah kesal. Alvaro malah terkekeh geli melihatnya karena Cara terlihat sangat menggemaskan. "Aku tadi tanya ke kurir," ucap Alvaro agar Cara berhenti merengek. Cara kembali memilin ujung piyama yang dipakainya hingga berkerut karena merasa sangat gugup. "Ka-kamu marah sama aku, Al?" "Marah?" Alis Alvaro terangkat sebelah. "Untuk apa aku marah, Caramell?" "Karena Jafier mengirim bunga sebanyak itu untukku." Cara membasahi bibir bagian bawahnya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku berani bersumpa

  • Istri Kedua CEO   131. Balas Dendam

    Jafier mengerang tertahan karena mendengar ponselnya yang berada di atas meja samping tepat tidur bergetar. Kedua matanya mengerjab beberapa kali sebelum akhirnya terbuka sepenuhnya untuk melihat jam yang menempel di dinding kamar yang didominasi oleh cat berwarna abu-abu. Jam tiga pagi.Siapa orang gila yang menelepon saat dini hari seperti ini?Jafier pun meraih ponselnya yang tergelatak di atas meja kecil samping tempat tidur dengan wajah mengantuk. Dia langsung menerima panggilan tersebut tanpa melihat dulu siapa yang menelepon."Halo," ucapnya terdengar serak, khas orang bangun tidur.'Jangan pernah mengganggu istri saya. Saya bersumpah akan membuat perhitungan dengan Anda jika berani mengganggu istri saya lagi, Mr. Mahendara.' Suara di seberang terdengar sangat tajam dan penuh penekanan.Tanpa perlu bertanya, Jafier sudah tahu orang yang sedang meneleponnya adalah Alvaro.

  • Istri Kedua CEO   132. Sebuah Rencana

    "Alva, jangan ganggu Mello terus. Buruan berangkat kerja sana!" Cara berusaha menghindar karena Alvaro terus saja mengganggu Mello yang sedang menyusu.Alvaro merasa gemas sekali dengan Mello hingga membuatnya ingin terus mencium pipi malaikat kecilnya yang tembam itu."Alva, ih!" Cara mendorong tubuh Alvaro agar menjauh. Dia takut Mello tersedak saatminum ASI karena Alvaro tidak berhenti mencolek bahkan mencium pipi Mello."Kalau kamu nggak berangkat sekarang nanti telat ke kantor." Cara kembali mengingatkan.Alvaro pun melihat jam tangan merek Rolex yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Sudah jam delapan kurang lima belas menit. Dia pasti akan terlambat datang ke kantor jika tidak berangkat sekarang. Namun, entah kenapa dia merasa berat sekali meninggalkan anak dan istrinya."Alva!" Cara mendesah panjang karena Alvaro malah melemparkan diri ke atas tempat tidur padahal dia su

  • Istri Kedua CEO   133. Siapa Kau?

    Geraman kesal itu keluar dari bibir seorang wanita yang memakai mini dress berwarna merah tanpa lengan yang memperlihatkan kedua kaki jenjangnya. Amarah tergambar jelas di wajah cantiknyakarena sang suami tidak mau menerima telepon darinya. Padahal dia sangat membutuhkan bantuan dari suaminya itu untuk mengurus visa-nya yang ditahan oleh pihak imigrasi agar bisa kembali lagi ke Indonesia. Setelah puas menikmati liburan selama tujuh hari di Labuan Bajo, Angela dan Allendra langsung terbang ke Paris untuk mengunjungi orang tua angkat Allendra yang tinggal di sana sekaligus liburan. Suasana kota Paris yang begitu romantis membuat Angela betah berlama-lama tinggal di sana. Apa lagi Allendra selalu ada di sampingnya hingga membuatnya lupa jika masa berlaku visa liburannya telah habis. Padahal Angela ingin pulang untuk melanjutkan kembali rencananya dan Allendra untuk merebut perusahaan Dinata dari tangan Alvaro. "Apa A

  • Istri Kedua CEO   134. Kabar Buruk

    "Eh, jangan!" jawab Bik Arum cepat. "Mello masih terlalu kecil, Caramell. Lagi pula udara malam tidak baik untuk bayi sekecil, Mello."Cara menghela napas panjang lalu kembali memandangi Mello yang sedang tertidur lelap dengan lekat. Sebenarnya dia ingin sekali membawa Mello pergi bersamanya dan Alvaro. Namun, Mello masih terlalu kecil untuk dibawa-bawa pergi keluar. Apa lagi saat malam seperti sekarang."Baiklah kalau begitu. Cara pergi dulu ya, Bik. Kalau ada apa-apa cepat telepon Cara."Bik Arum mengangguk. "Iya, Caramell. Hati-hati di jalan.""Makasih, Bik." Cara mengecup kening, mata, hidung, pipi, dan bibir Mello dengan penuh sayang sebelum keluar meninggalkan kamar.Gadis itu berjalan dengan anggun menuruni tangga lalu menghampiri lelaki yang diminta oleh Alvaro untuk menjemputnya."Em, maaf."Lelaki itu sontak berdiri dari tempat duduknya lantas me

  • Istri Kedua CEO   135. Kau ... Jangan Gila!

    "Aku tidak pernah meminta orang untuk menjemput Cara, Bik. Apa mungkin—" Wajah Alvaro sontak mengeras, rahangnya pun mengatup rapat karena nama Jafier tiba-tiba melintas di ingatannya. Alvaro yakin sekali hilangnya Cara pasti ada hubungannya dengan lelaki berengsek itu.Alvaro cepat-cepat merogoh saku celananya karena ingin menelepon Cara. Namun, teleponnya malah diabaikan oleh gadis itu.Wajah Alvaro berubah cemas. "Caramell, ayolah. Angkat teleponku ...," desahnya terdengar khawatir."Tuan, maaf. Caramell sepertinya lupa membawa ponselnya."Jantung Alvaro mencelus melihat benda yang diulurkan Bik Arum pada dirinya. Dia tidak mungkin bisa menghubungi Cara karena ponsel gadis itu tertinggal di rumah.Alvaro mengusap wajah kasar. Ketakutan tergambar jelas di wajah tampannya karena dia sangat mengkhawatirkan Cara. "Apa orang yang menjemput Cara tadi mengatakan akan pergi ke mana, Bik?"

  • Istri Kedua CEO   136. Dia Benar-Benar Gila!

    "Hubungan kita sudah berakhir, Jafier. Tolong mengertilah ...." "Belum." Jafier terus saja mengelak. "Hubungan kita belum berakhir karena aku masih mencintaimu, Caramell." "Tapi aku sudah tidak mencintaimu lagi." Kedua mata Cara menatap Jafier dengan lekat. Kesungguhan terpancar jelas dari kedua sorot matanya karena dia ingin membuat Jafier berhenti berharap dan melakukan hal licik seperti ini untuk menarik kembali perhatiannya. Semua perhatian dan kasih sayang yang Jafier tunjukkan tidak akan mampu meluluhkan hatinya karena dia sangat mencintai Alvaro. "Cintamu pada Alvaro cuma sesaat karena hanya aku lelaki yang benar-benar kamu cintai, Caramell." "Jafier, jangan gila!" "Aku sudah gila sejak berpisah denganmu." "Aku tidak mencintaimu lagi," ucap Cara terdengar penuh penekanan. "Kamu hanya singgah di hati Alvaro karena rumahmu yan

  • Istri Kedua CEO   137. Jangan Sentuh Aku!

    Tubuh Cara sontak menegang mendengar ucapan Jafier barusan. Apa lagi lelaki itu sedang menatapnya tajam dan menyeringai seram. Darah di dalam tubuh Cara seolah-olah berhenti mengalir ketika tangan Jafier perlahan bergerak, menurunkan gaun bagian atasnya. "Jafier, jangan ...." Cara berusaha menghentikan Jafier. Namun, lelaki itu tidak memedulikan ucapannya sama sekali. Isak tangis yang keluar dari bibirnya pun tidak berhasil membuat Jafier iba untuk menghentikan perbuatannya. "Aku akan melakukannya dengan lembut agar tidak menyakitimu, Caramell. Percaya padaku," bisik Jafier sambil menatap Cara dalam-dalam. Tanpa sadar dia menelelan ludah melihat dua buah gundukan kenyal milik Cara yang masih terbungkus bra berwarna merah. "Tapi yang kamu lakukan ini sudah menyakitiku, Jafier." Air mata Cara jatuh semakin deras membasahi pipinya. Dia ingin menutupi tubuh bagian atasnya agar tidak terlihat oleh Jafier, t

Latest chapter

  • Istri Kedua CEO   (S2) Dua Garis Biru

    Cara sedang berada di sebuah toko khusus perlengkapan bayi bersama Alvaro. Mereka ingin membeli kado untuk ulang tahun putri Jafier dan Adisty yang pertama.Waktu bergulir begitu cepat. Tidak terasa putri Jafier dan Adisty sudah berulang tahun yang pertama. Padahal rasanya seperti baru kemarin dia meminta Alvaro untuk menikahi Adisty demi memenuhi amanah terakhir Sadewa. Namun, kenyataannya Adisty malah menikah dengan Jafier. Mereka bahkan sudah memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Allecia Disa Mahendra."Alva, bagaimana kalau kita beli ini untuk Disa?" Cara menunjukkan beberapa buah biku cerita yang ada ditangannya pada Alvaro."Bagus, buku ini pasti berguna untuk Disa."Cara pun mengambil beberapa buku cerita untuk Disa lantas meletakkannya ke dalam keranjang. Setelah itu mereka berkeliling untuk melihat barang-barang yang lain. Sebuah sepatu khusus bayi berusia satu tahun berhasil menarik perhatian Cara. Sepatu berwarna merah itu pasti coc

  • Istri Kedua CEO   (S2) Mendambakan Buah Hati

    Dua tahun kemudian ....Alvaro mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Senyum tipis mucul bibirnya melihat Cara yang tertidur lelap di sampingnya.Alvaro pun mengecup bibir Cara sekilas lalu mendekap tubuh gadis itu semakin erat. Dia merasa sangat bahagia karena wajah Cara yang dia lihat pertama kali saat membuka mata."Sekarang jam berapa, Alva?" tanya Cara dengan mata terpejam.Alvaro pun melirik jam yang menempel di dinding kamar. Ternyata sekarang sudah jam tujuh, tapi dia mengatakan masih jam lima pada Cara."Tolong bangunin aku lima menit lagi." Cara menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alvaro mencari posisi tidur yang paling nyaman dan kembali terlelap.Alvaro pun membiarkan Cara kembali tidur, bahkan lebih dari lima menit. Cara sepertin

  • Istri Kedua CEO   (S2) Honey Moon

    Sambil terus berciuman Alvaro langsung membaringkan Cara di atas tempat tidur dan langsung menindih gadis itu."Erngh ...." Cara hanya biasa mengerang di bawah tubuh Alvaro. Kecupan dan hisapan lembut lelaki itu selalu membuatnya kualahan."Alva ...." Napas Cara terengah. Gadis itu langsung menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke dalam paru-parunya karena Alvaro tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk mengambil napas."Kamu mau membunuhku?"Kening Alvaro berkerut dalam mendengar pertanyaan Cara barusan. Sedetik kemudian dia tersenyum ketika menyadar Cara sedang sibuk mengatur napas."Aku tidak bisa menahannya lagi, Sayang. Maaf ...." Alvaro menarik Cara agar duduk menghadapnya lantas menurunkan resleting gaun gadis itu dengan perlahan.Sepasang buah dada Cara yang terbungkus strapless bra berwarna merah terpampang jelas di kedua matanya. Terlihat sang

  • Istri Kedua CEO   (S2) Kamulah Takdirku

    Hari bahagia itu akhirnya tiba. Cara terlihat sangat cantik memakai gaun pengantin model Long Slevee A-Line yang mengembang di bagian bawah berwarna putih. Gaun tersebut membuat penampilan Cara terlihat lebih feminim lewat detail renda bermotif bunga yang panjangnya menyapu lantai. Sebuah mahkota perak berhias batu berlian yang ada di atas kepalanya membuat penampilan gadis itu semakin terlihat cantik.Jantung Cara berdetak cepat, telapak tangannya pun terasa dingin dan basah. Cara tanpa sadar meremas gaun pengantinnya dengan kuat karena mobil yang ditumpanginya sebentar lagi tiba di Gereja yang akan dia gunakan untuk pemberkatan bersama Alvaro."Gaunmu nanti bisa kusut kalau kamu remas seperti itu, Caramell!" Daniel berdecak kesal karena Cara sejak tadi terus meremas gaun pengantinnya hingga berkerut.Daniel sebenarnya malas sekali menghadiri pemberkatan pernikahan Alvaro dan Cara. Namun, dia terpaksa datang ke acara ters

  • Istri Kedua CEO   (S2) Move On

    Tatapan teduh Jafier seolah-olah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja."Jangan menangis." Tubuh Adisty membeku di tempat karena Jafier tiba-tiba mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan lembut.Senyum hangat dan genggaman erat lelaki itu mampu mengubah perasaannya menjadi tenang dalam sekejab. Dalam seperkian detik Jafier telah berhasil menarik Adisty tenggelam dalam pesonanya.Namun, sedetik kemudian Adisty cepat-cepat tersadar kalau Jafier melakukan semua ini murni karena tanggung jawabnya sebagai suami, bukan karena alasan yang lain sebab lalaki itu tidak memiliki perasaan pada dirinya."Astaga, kalian manis sekali." Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Cara karena melihat Jafier yang begitu perhatian pada Adisty.Adisty tergagap lantas cepat-cepat menarik tangannya dari genggaman Jafier karena malu. Suasana pun mendadak canggung selama beberapa saat. Semua kalima

  • Istri Kedua CEO   (S2) Dua Undangan

    Mama menatap beberapa contoh undangan pernikahan yang ditunjukkan oleh pemilik percetakan yang datang ke rumah karena dia malas pergi keluar. Lagi pula kondisi kakinya masih belum pulih sepenuhnya.Ada sekitar dua puluh contoh undangan yang orang tersebut tunjukkan. Namun, hanya dua undangan yang berhasil menarik perhatian Mama."Bagaimana menurutmu undangan ini?" Mama menunjukkan undangan yang kertasnya terdapat bibit tanaman. Jika kertas undangan tersebut dibasahi lalu ditanam, lama-kelamaan akan tumbuh bunga yang sangat indaj. Selain itu di dalam undangan tersebut tertulis doa agar rumah tangga mereka berjalan harmonis."Unik, kan?""Iya, Ma.""Yang ini juga bagus. Gimana menurut kamu?" Mama menunjukkan udangan pilihannya yang kedua pada Cara. Sebuah undangan dress code yang dilengkapi dengan aksesoris seperti, pita atau bros yang bisa digunakan oleh tamu undangan saat menghadiri resepsi pernikahannya dengan Alvaro.Kening Cara berkerut d

  • Istri Kedua CEO   (S2) Uang 25 Juta

    "Mama akhirnya merestui hubungan kita. Aku bahagia sekali." Alvaro menangkup kedua pipi Cara pantas mencium bibir tipis berwarna merah alami milik gadis itu berkali-kali untuk meluapkan kebahagiaannya."Aku tahu kamu sedang bahagia, tapi jangan menciumku terus." Cara berusaha menahan Alvaro yang ingin mencium bibirnya lagi."Aku sangat-sangat bahagia." Alvaro kembali menangkup kedua pipi Cara lantas mengecup mata, hidung, pipi, dan terakhir kening gadis itu dengan penuh perasaan bahagia."Alva, ih ...." Cara mendorong Alvaro agar menjauh karena dia merasa risih.Alvaro malah terkekeh lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Cara. Dia memeluk gadis itu begitu erat seolah-olah takut kehilangan."Sayang, kamu tahu tidak?""Tahu apa?" tanya Cara tidak mengerti."Aku bahagia sekali." Alvaro tersenyum sangat lebar. Apa lagi jika me

  • Istri Kedua CEO   (S2) Mendapat Restu

    Cara meminta Mello untuk duduk di depan kaca, lantas mengambil sebuah sisir untuk menata rambut gadis kecilnya itu sebelum berangkat ke sekolah. Dia mengikat rambut hitam Mello model ekor kuda sebelum dikepang."Bunda, kenapa orang dewasa suka saling menempelkan bibir?"Cara tersentak mendengar pertanyaan Mello barusan hingga refleks berhenti mengepang rambut anak itu."Ke-kenapa Mello tanya begitu?" Cara malah balik bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Mello."Mello tadi liat Bunda dan Ayah saling menempelkan bibir di kamar. Waktu di pesawat juga," ujar anak itu terdengar polos.Mulut Cara sontak menganga lebar. Dia benar-benar tidak menyangka Mello memperhatikannya dan Alvaro saat berciuman. Dia pikir Mello tidak peduli dan menganggapnya hanya sekadar angin lalu."Kenapa, Bunda?" tanya Mello pesaran."Em, itu karena ...." Cara tanpa sadar membasahi bib

  • Istri Kedua CEO   (S2) Pagi yang Panas

    "Jangan bilang seperti itu lagi. Mengerti?" tanya Alvaro setelah melepas pagutan bibir mereka."Aku benar-benar takut, Alva ...." Kristal bening itu kembali jatuh membasahi pipi Cara.Dia ingin menikah dengan Alvaro dan membesarkan Mello bersama-sama sampai maut memisahkan. Namun, Mama tidak merestui hubungan mereka.Apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia memutuskan hubungannya dengan Alvaro?"Sshh, tenanglah. Mama pasti akan merestui hubungan kita.""Sungguh?" Cara menatap kedua mata Alvaro dengan lekat, berusaha mencari kesungguhan di sana."Ya, aku yakin sekali. Sekarang kita tidur lagi, ya?"Alvaro mengecup kening Cara dengan penuh sayang lalu meminta gadis itu untuk berbaring di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bantal. Sementara tangannya yang lain memeluk pinggang gadis itu dengan erat.Cara membenamkan wajahnya di

DMCA.com Protection Status