Lima Tahun Kemudian…
Situasi mencekam terjadi di sebuah PlayGroup pagi ini. Ternyata di depan sekolah anak usia dini itu terjadi penculikan seorang anak oleh sekelompok penjahat yang sudah mengintai korbannya.
[Beeb]
“Aku melihat satu dari dua tikus itu membawa sandera masuk ke sebuah mini bus hitam-dove ke arah utara. Sanderanya adalah salah satu murid PlayGroup yang biasa Bos kunjungi, Bos!” seorang pria dengan tegas melaporkan keadaan mencekam dari luar sebuah tempat belajar anak balita dari teropong pengintainya.
Sementara itu di sebuah gedung kantor penyedia layanan keamanan bernama World Shadow, duduk seorang wanita yang menerima panggilan tadi.
“Baiklah, tinggalkan tempat itu dan ayo bergerak. Kirimkan lokasimu secepatnya. Hari ini sepertinya kita akan bersenang-senang karena tamu undangan Malaikat Kematian akan segera kita antar dalam waktu singkat.” Alexa menjawab sambil berseringai senang.
“Aku dan Vin akan segera bergerak, Kay.” ucapnya lagi pada bernama Kay di ujung sambungan. Alexa lalu menoleh ke pria di hadapannya, “Kau sudah siap, Vin? Kau yakin kali ini aku yang menjadi eksekutor tikus jalanan yang sok hebat itu?”
Pria bernama Vin tersenyum padanya, “Kau boleh bersenang-senang malam ini, Bos. Tapi jangan biarkan tubuhmu lelah karena tikus-tikus itu,” jawab Vin pada bos cantiknya.
“Alright, let’s go!” ucap Alexa yang kemudian bergegas bergerak ke lokasi tujuan mereka.
Lima tahun sudah Alexa menjalani hidup barunya sebagai wanita yang berbeda. Kecelakaan saat itu seakan membuat dunia hancur. Di samping pengkhianatan yang semakin dibesar-besarkan, hinaan masih terus terdengar sekalipun ia sudah kehilangan bayinya. Bahkan ia diusir jauh dari kota kelahirannya itu.
Alexa sepenuhnya dibuang, tapi kini ia sudah bangkit dari kematian dengan identitas barunya sebagai pemimpin World Shadow California.
Sementara itu di mobil yang sedang bos penjahat kemudikan, Axel—anak kecil berusia kurang lebih lima tahun, terdengar mengerang lemah. Tatapan bos penjahat tersebut teralihkan ke kaca spion depan untuk melihat Axel.
“Kasihan sekali kau, Nak. Jika aku jadi kau, aku akan meminta pada Tuhan tidak terlahir di keluarga Hobbs yang sangat kaya itu, haha!”
Bos penjahat itu terus berucap tanpa tanggapan dari Axel karena anak kecil malang itu hanya bisa melelehkan air matanya dalam diam. Dirinya sudah benar-benar tidak berdaya karena ketakutan. Penculikan kali ini benar-benar mengerikan baginya.
Di tengah ocehan bos penjahat dan tangisan tanpa suara Axel, mobil yang mereka tumpangi mengalami benturan keras.
[Braaak!]
Mobil yang mereka tumpangi tertabrak dari belakang oleh sebuah mobil berwarna hitam pekat. Sontak saja benturan keras itu membuat bos penjahat kaget seketika dan tubuh Axel jatuh ke bawah.
"Ada apa ini?!" teriak bos penjahat itu sambil memegangi kepalanya yang terbentur dashboard mobil dan berusaha menstabilkan laju mobilnya yang saat ini berulang kali menerima benturan dari mobil di belakangnya.
"Ini gila!" ucap kesalnya lagi. Bos penjahat itu mengulurkan tangannya dan langsung membuka jendela untuk membidik sasaran di belakangnya.
Ya, itu adalah mobil yang dikendarai Vin dan Alexa yang langsung meluncur ke lokasi kiriman Kay.
Namun siapa sangka, ditembaki membabi buta seperti itu malah membuat mobil yang Vin kendarai menggila, ia menambahkan kecepatan hingga benturan keras kembali terjadi, dan setelah itu Vin membawa mobil mereka melaju cepat mendahului bos penjahat itu.
“Apa-apaan dia?! Apa dia ingin mencari mati dengan mempermainkanku? Dia tidak tahu siapa aku, lihat saja nanti!” bos penjahat berteriak marah dan mulai memindahkan kopling untuk menambah kecepatan.
“Aku tidak perlu tahu tikus kecil sepertimu!”
Suara wanita di belakang bos penjahat membuatnya kaget seketika. Alexa sudah duduk di belakangnya dengan seringai mengerikan.
“K-kau? Siapa kau?!” dia meneriaki Alexa.
“Jangan banyak bertanya dan jadilah supir yang baik. Nyawamu akan bertahan sedikit lama jika kau menjadi pria baik!” ucap Alexa yang kini sudah menekan leher bos penjahat dengan ujung pisaunya yang tajam.
Laju mobil yang semula tidak stabil dan nyaris menyebabkan mobil membentur pohon besar di pinggir jalan, kembali ke jalur yang benar saat Alexa sudah mengendalikan kemudi dengan baik. Tentu saja setelah pisaunya membuat penjahat itu jadi tidak berdaya bersimbah darah.
[Menginjak rem dengan keras]
Decitan ban mobil saat mengerem mendadak mengagetkan bos penjahat yang sempat pingsan, terlebih saat ia melihat mobil yang menabraknya tadi ada di depan mereka. Di depan sana ada Vin dan Kay yang sudah menunggu perintah dari bos cantik mereka.
“Ayo, bertaruh denganku. Seribu dolar untuk bos yang akan mencincangnya untuk makanan babi di kandang Pak Tua Jankins!” Kay mengajak Vin bertaruh untuk apa yang nantinya Alexa lakukan pada penjahat itu.
“Brengsek kau. Tentu saja kau yang menang!” Vin mengomel, “Si bodoh itu tidak tahu siapa yang membayar kita untuk membunuhnya. Ditambah lagi dengan sandera yang dibawanya adalah seorang anak kecil. Bos pasti menggila kalau melihat ada anak kecil yang disakiti seperti itu,”
"Aku tidak menyuruhmu mengomel. Kau mau taruhan atau tidak?" Kay bertanya lagi.
Vin menyambar tangan Kay yang melayang di udara, "Deal, seribu dolar untukmu kalau bos menyerahkan tikus itu pada kita."
"Hei, apa-apaan kalian? Bertaruh menggunakan namaku lagi?" Alexa langsung mengomel setelah keluar dari mobil penjahat itu.
"Kay, keluarkan anak itu lalu pindahkan ke mobilmu. Akan kubawa dia ke rumah sakit. Setelah itu kalian antarkan tikus yang hampir jadi bangkai itu ke sarangnya. Habiskan semuanya tanpa sisa." Alexa langsung memberi perintah.
Wanita muda yang berbeda itu masuk ke mobil anak buahnya tadi untuk mengganti pakaiannya yang berlumur darah.
Kay, pria berdarah Inggris berusia tiga puluh tahun itu terdiam menelan kekalahan karena perintah yang baru saja bosnya sebutkan.
Tepukan agak keras diterima pundaknya. Vin berseringai mengejek, "Berikan seribu dolarku saat pekerjaan kita selesai. Cepat keluarkan anak itu atau bos akan mencincangmu, hahaha!"
"Sial kau!" umpat Kay kesal. Ia tidak menyangka akan kalah taruhan kali ini. Padahal biasanya dia yang selalu menang dari rekannya itu.
Kay mengeluarkan Axel perlahan. Ia memasukkan tubuh anak kecil yang pingsan itu ke mobilnya sesuai perintah bos cantiknya, "Sudah, Bos."
"Biarkan Vin membawa bangkai tikus itu ke markasnya. Kau membawa mobil ini dan masukkan saja ke jurang. Sebisa mungkin hilangkan bukti kalau kita terlibat dalam penculikan anak ini."
"Cepat bergerak sebelum polisi menyisir semua jalan!" aturnya lagi dan ia pun segera masuk ke dalam mobil yang sudah ada Axel di dalamnya.
Ketiga mobil berpisah dengan arah berbeda. Mobil yang Alexa kemudikan terarah ke selatan menuju sebuah klinik kecil di pinggiran kota. Sementara dua mobil yang masing-masing dikendarai Vin dan Kay, menuju ke tempat yang diperintahkan bos mereka tadi.
***
Mobil yang Alexa bawa kini sudah berada di pelataran parkir sebuah klinik kecil terdekat. Ia terlihat bergegas mengeluarkan Axel dari mobil, tapi gerakannya terhenti ketika melihat Axel menggeliat tidak nyaman.
“Papa…” suara anak itu terdengar merintih pelan. Axel jelas ketakutan dan itu membuat Alexa mendekatinya.
“Kasihan sekali kau, Nak. Kau masih sangat kecil untuk menerima ketakutan seperti ini.” Alexa bergumam sedih saat memandang Axel yang malang. Tangannya ia ulurkan untuk membelai keringat dingin di wajah Axel.
“Memandang wajahmu, aku seperti melihat wajah masa kecilku dalam versi anak laki-laki. Atau, mungkin saja jika anakku masih hidup saat ini, dia sudah sebesar dan selucu dirimu, Nak.”
Mata kecil Axel mengerjap perlahan ketika merasakan sentuhan lembut membelai pipinya, “Ibu Peri?” sebutnya pelan.
Dalam pandangan dan nalarnya yang belum sepenuhnya sadar, Axel membayangkan melihat sosok cantik Alexa sebagai Ibu Peri penolong yang sering ia baca di buku dongeng.Ketakutan yang amat besar sebelumnya ketika penculikan, terganti dengan kenyamanan setelah memandang Alexa. Si kecil Axel bahkan meringsut dan memeluk Alexa agar lebih nyaman.Hati Alexa menghangat. Baru kali ini ada yang memanggilnya dengan sebutan ‘Ibu Peri’ lalu dipeluk dengan sayang, padahal biasanya ia dipanggil sebagai Malaikat Kematian dan mendapat kutukan.Setelah memeluk Alexa beberapa saat, Axel kembali terlelap. Obat bius yang digunakan untuk membuatnya tidur masih belum hilang, ditambah dengan nyamannya pelukan sang Ibu Peri penolongnya.“Tidurlah dengan tenang, Nak. Dan saat kau bangun nanti, kau sudah beradadi tempat yang aman.” ucap Alexa pelan. Rasa sedih merasuk merajai hatinya hingga ia sedikit enggan membawa Axel masuk ke dalam klinik untuk menerima pertolongan.“Ya, mungkin pertemuan kita harus berakhi
‘Yang dilakukan Rain sudah benar. Lagipula mereka tidak hanya menyinggung Rain, tapi sudah ada orang yang merasa risih hingga membayar untuk melenyapkan kelompok itu. Sudahlah, jangan marahi putriku seperti itu, Ryan.’ Tuan Rafael menghentikan perdebatan Ryan dan Reed.Alexa tersenyum mengakui kesalahannya, "Tapi aku memang ceroboh, Ayah. Aku seharusnya menahan diri agar tidak terlalu berlebihan.”‘Jangan menundukkan kepalamu, cantikmu akan hilang, Nak...’ sang ayah berucap lembut.‘Mari kita abaikan hal itu karena kau dan dua anak buahmu sudah berhasil dan celah kalian tertutupi. Yang ingin ayah tanyakan sekarang bagaimana dengan keadaanmu? Apa kau sudah ke dokter? Pasti sekarang sekujur tubuhmu sakit?’‘Ayah menyesal memberimu izin ke sana, Rain...’“Jangan merasa bersalah seperti itu, Ayah. Aku baik-baik saja. Hanya luka gores di tangan dan kaki, aku tidak mengalami patah tulang juga. Lagi pula dua anak buahku sudah merawatku di sini," Alexa jelas menenangkan keresahan ayahnya.‘Ta
"Keluarga yang mana yang Ibu maksud? Keluarga kandungku atau keluarga Ibu? Apa kalian tidak malu menghakimiku seperti ini?" tanya Alexa dengan tidak percaya dengan wajah-wajah munafik orang-orang di hadapannya itu."Bukan menghakimi, semua orang di sini menasihatimu agar dirimu tidak sampai terjerumus pada hidup memalukanmu dulu," Cora kali ini yang bicara."Aku yang dulu apa hubungannya dengan kalian semua? Kalian membuangku dan tidak peduli padaku di luar sana hidupku seperti apa, bukan? Jadi kenapa aku harus repot-repot menjaga nama kalian agar tidak malu? Aku hidup dengan kakiku sendiri dan jerih payahku sendiri. Apa yang harus kalian pusingkan? Konyol sekali!" Alexa berdecih setelah mengomel pada mereka."Dengan bekerja sebagai security wanita di kantor penyedia keamanan itu? Itu tidak wajar untuk seorang wanita. Alexa, dengarkan ibu. Kami telah memutuskan untuk mencarikan jodoh untukmu. Mengingat Megan akan segera bertungan dengan Nak Robert, dan kau juga harus sudah memiliki pa
Alexa tidak kembali ke kantor tapi malah ke apartemen. Ia juga tidak menghidupkan komunikasi apapun sampai pagi. Bos cantik itu baru kembali ke kantor keesokan harinya dan langsung disambut dengan banyak pertanyaan.“Selamat pagi, Kay? Apa ada yang kulewatkan?” Alexa langsung menyapa sebelum duduk dengan santai di kursi kerjanya.“Banyak.” Vin seketika menjawab.Alexa menaikkan sebelah alisnya, “Apa itu?” tanyanya singkat.“Bos, ke mana saja? Aku dan Vin terus mencarimu tapi kami sama sekali tidak menemukanmu. Bahkan alat deteksi lokasimu juga mati, dan itulah masalahnya.” Kay langsung mengeluh.“Apa dunia akan kiamat kalau aku tidak kembali ke kantor? Lalu apa gunanya kalian ada di sini?” si bos cantik kembali menjawab tak acuh dan mulai menghidupkan laptopnya, “Vin, apa jadwalku hari ini?”“Bos, tolong dengarkan kami dulu. Kiamat hampir datang kalau kau tetap santai seperti ini. Kau tidak tahu, kan, kalau Bos Ryan nyaris terbang ke sini kalau saja tidak ada panggilan darurat yang di
“Rumah ini besar sekali. Tapi aku tidak melihat jumlah petugas keamanan yang memadai di sini,” Alexa bergumam, “Ah, aku ingat. Pemiliknya memecat semua petugas keamanan karena tidak becus menjaga anak mereka. Masuk akal.”Setelah menekan bel pintu dan menunggu beberapa saat, pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya dengan pakaian rapi berdiri di depan Alexa.Di belakangnya terlihat belasan wanita berpakaian pelayan terlihat memegang benda-benda yang lazimnya di dapur, seakan bersiaga menunggu sesuatu. Alexa tersenyum kikuk melihat pemandangan tidak biasa itu.“Hi, selamat siang. Bisa aku bertemu dengan Tuan Hobbs? Aku utusan dari World Shadow. Namaku Alexa.” Alexa menyapa seorang pelayan yang membukakan pintu padanya.Setelah membaca data Axel, Alexa tergugah hati untuk mendatangi dan melihat bagaimana keadaan Axel saat ini. Naluri keibuannya muncul lagi hanya karena mengingat Axel yang malang.“Maafkan aku, Nona. Tuan kami tidak di rumah. Keduanya baru pergi dan akan kembali dua j
‘Drrrt Drrrt Drrrt’Panggilan diterima ponsel Alexa dan sukses mengalihkan tatapan lembutnya pada wajah tenang Axel yang tertidur. Dahinya berkerut membaca pesan singkat yang dikirimkan Cora padanya.‘Bunny Cafe, perempatan jalan layang besok pukul 2 siang. Pria pilihan Tuan Regan akan ada di sana untuk menemuimu. Jangan buat kesan buruk atau orang tuamu akan malu.’Itu adalah pesan Cora yang mewakili majikannya. Alexa berdecak kesal karena tidak menyangka keluarga Abbott begitu ingin mendorongnya ke jurang penderitaan. Belum lagi kekesalan itu hilang, panggilan dari Kay membuatnya penasaran.“Apa telingamu tuli dan tidak mendengarkanku tadi? Kubilang jangan ganggu aku hari ini!” Alexa menjawab kesal panggilan Vin.‘Bos, maafkan aku. Aku salah, tapi tolong dengarkan laporanku. Barusan aku menerima misi dari Bos Besar untuk melihat situasi di Fresno. Bos Besar meneleponku untuk pergi ke Fresno malam ini, tapi kukira aku akan melaporkan misi ini dulu padamu, Bos.’“Ayahku memberi misi?
Pukul sepuluh malam waktu Fresno, California. “Akhirnya sampai juga. Bokongku pegal sekali karena duduk hampir lima jam di mobil.” Kay mengeluh sesaat keluar dari mobil. Ia meregangkan pinggang dan tubuhnya yang pegal, tidak berbeda dengan Vin yang juga merasa kelelahan. “Kau tidak membangunkan bos?” Vin bertanya pada Kay. “Aku tidak berani, sepertinya bos masih sangat marah. Apalagi padamu. Matilah kau.” Kay menjawab tanpa meninggalkan ejekannya. Di tengah perdebatan mereka, suara pintu mobil terbuka-tertutup terdengar. Alexa keluar dari sana. Ia meregangkan tubuhnya juga. Tidur di sepanjang jalan juga membuat tubuhnya pegal. Kini tatapan Alexa tertuju pada sebuah kios kecil yang menjual makanan pinggiran jalan. Ia langsung berjalan untuk menyeberang jalan, tanpa mengajak anak buahnya. “Sepertinya bos lapar. Ayo, aku juga lapar.” Kay mengajak Vin untuk menyusul bos mereka. “Selamat datang, silakan duduk, Nona,” seorang wanita muda menyapa Alexa yang baru saja memasuki kios ma
‘Plak!’ satu tamparan keras diterima si Botak saat berusaha menarik tubuh rekannya yang sudah tidak berdaya dihajar Alexa, dengan tubuhnya yang bergetar takut memandangi wajah wanita mengerikan di hadapannya.“Pergi dan katakan pada bos kalian untuk tetap di tempatnya. Aku akan bertamu ke kantor World Shadow Fresno dan memberi karangan bunga untuk cabang baru kalian.” Alexa berucap dingin hingga Si Botak tidak lagi peduli pada rekannya. Setelah mengangguk ketakutan, ia langsung berlari pergi dari kios penjual makanan tersebut.Tidak hanya para preman pasar itu saja yang ketakutan, nona pramusaji dan juga koki tempat makan itu juga terlihat ketakutan.“Jangan takut, aku akan mengganti kerugian tempat ini,” ucapnya sambil mengibas serpihan makanan di meja yang menempel di hoodynya, “Jika lain kali ada cecunguk seperti mereka datang lagi, katakan saja kalau mereka akan berhadapan denganku.”“L-lalu siapa anda sebenarnya, Nona?” si koki memberanikan diri untuk bertanya pada Alexa.“Aku Ra
Austin terlihat mengecek kembali penampilannya yang sudah paripurna. Jas putih dengan dasi hitam yang menghiasai tubuh gagahnya itu kini membuatnya sempurna.“Kenapa aku merasa tidak ada yang berubah selain warna jas?” tanyanya konyol.“Itu karena kau menggunakan jas ke kantor setiap hari. Jadi tidak ada bedanya sama sekali. Yang berbeda adalah harinya, hari ini sangat spesial bagimu. Aku benar, kan?” Alexa menjawab sambil tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari penampilan adik iparnya itu.“Kau sempurna, tidak ada celah, dan kau siap menjadi bintang hari ini!” pujinya lagi sambil mengarahkan ibu jarinya pada Austin.“Austin, jadilah suami yang baik untuk Ruby. Dia wanita yang sangat baik dan layak bahagia. Dia juga begitu mencintaimu. Aku akan membunuhmu kalau dia mengaduh tentangmu sambil menangis.” Alexa memberi peringatan dalam perhatiannya.“Apa kau perlu menyebutkan kalimat mengerikan di hari bahagiaku? Ayolah, aku bukan suamimu yang selalu mengacaukan momen indah, Alexa..
Axel terlihat menonton tayangan kartun kesukaannya dengan tenang di ruang TV. Pandangan dan konsentrasinya buyar saat seorang mengalihkan perhatiannya.“Hai, Axel yang tampan. Bagaimana kabarmu, My Hero?” sapa Ruby dengan senyuman di wajah cantiknya.Ternyata hubungan satu malam salah paham itu terus berjalan hingga melewati tahun pertama pertemuan Ruby dan Austin.Kecantikan, kepolosan, dan sikap Ruby yang sederhana mampu menggoyahkan hati Austin yang keras dan pernah berjanji tidak akan menikah. Tapi wanita itu mampu membuatnya tergila-gila dengan cinta.Namun, tidak hanya Austin saja yang tersihir oleh Ruby, Alexa dan seluruh keluarga Hobbs menyukainya, termasuk Axel dan Anna yang baru mulai mengenali orang di dekatnya.Terkhusus Axel, ia melihat Ruby sebagai sosok wanita lembut yang menjadi idolanya, selain mamanya sendiri. Bahkan setiap kali bertemu dengan bibi barunya itu membuat wajah anak kecil itu tersipu malu.“Bibi Ruby?” tanggapnya, “Bibi sudah kembali? Bibi semakin canti
Sekalipun di dalam ruangan hotel yang megah, tapi sinar matahari yang menerangi bumi tetap menyelinap masuk ke kamar di mana Ruby berbaring saat ini.“Ugh... silau sekali. Kepalaku juga sakit...” keluhnya karena silau sinar matahari membangunkannya dan membuat ia sadar kalau saat ini kepalanya sangat sakit.Ruby memijat kepalanya berulang, “Aku ingat kalau aku tidak minum banyak, tapi kenapa kepalaku begitu sakit?”“Ah, pasti karena aku bertemu dengan wanita jalang itu...” sambungnya bergumam tanpa ingat hal lain selain Mary.“Apa tidurmu nyenyak, Sayang?”Suara seorang pria yang begitu dekat dan jelas sontak membuat Ruby terkesiap kaget. Mata malasnya langsung terbuka lebar saat ini. Terlebih ketika ia menoleh ke samping, ada wajah pria tampan yang tersenyum secerah mentari. Siapa lagi kalau bukan Austin?“Ahk!!!” teriaknya seketika hingga Austin refleks menutup telinganya dengan bantal.Tapi suara Ruby yang nyaring harus dihentikan. Oleh karena itu Austin memegangi tangan Ruby sekal
“Ya ampun... Malam ini aku sangat kenyang. Mungkin aku akan tidur sampai besok karena kekenyangan, haha!” Kay berucap puas sambil mengelus perutnya yang penuh dengan makan malam spesial.Ia bahkan sedikit kesulitan memasang sabuk pengaman mobilnya karena akan segera menyetir dan pulang.“Kemampuan memasak sushi calon adik ipar bosku memang sangat hebat. Aku bahkan terus membuka mulutku karena kagum dengan caranya memainkan pisau saat memisahkan duri ikan dari dagingnya!”“Jangan menyebutnya seperti itu atau aku akan marah padamu karena itu sama saja dengan mengejekku. Kau lihat sendiri bagaimana dia menerima pertunangan dadakan tadi, kan? Ekspresinya membuatku merinding.” Austin di sebelahnya menjawab dengan tak acuh.“Tapi bodohnya lagi, kakakku malah menyetujui pertunangan itu agar aku bisa segera menikah. Dasar kakak brengsek!” sambungnya menggerutu saat mengingat ucapan konyol Aaron di depan semua orang tadi.“Baiklah, aku tidak akan menyebutkan itu lagi. Tapi aku sangat kagum kar
‘Tidak! Hari ini kau sudah terlalu lelah. Kembali ke rumah. Mama akan datang dan sepertinya mereka akan menginap di rumah kita untuk beberapa waktu. Aku juga membutuhkan Kay untuk menjelaskan padaku tentang World Shadow pada investor baru.’‘Kay sudah menceritakan semuanya padaku, Babe. Tentang bosnya yang terlalu girang bertemu banyak pria gila luar sana. Aku harus memberimu pelajaran saat aku pulang nanti.’‘Sekarang, dengarkan aku, Babe. Arahkan mobilmu kembali ke mansion dan biarkan Kay ke kantornya. Kita akan bertemu di rumah nanti.’‘Dan satu hal lagi. Aku mencintaimu, Babe...’Seakan tidak ada remnya dan tidak membiarkan Alexa bicara, Aaron yang baru menerima panggilan dari Kay terus saja mengomeli istrinya tanpa henti.Alexa langsung menoleh pada Kay yang seketika buru-buru menjauh dan memasuki mobilnya sendiri. Kay pergi tanpa mengatakan apapun dan hanya melambaikan tangan bak sedang menertawakan keusilannya pada bosnya itu.“Awas saja kau, ya! Beraninya kau mengaduhkanku pad
Sambil berjalan perlahan, Alexa mengusap air mata yang sempat jatuh. Hanya sesaat pikirannya tenggelam memutar kembali momen terakhirnya tadi bersama Regan Abbott tadi. Tanpa menjelaskan hubungan di antara mereka sebenarnya bukan ayah dan anak, Alexa tidak ingin memperpanjang waktu bersama Regan. Regan tidak perlu tahu fakta itu karena mereka juga tidak akan bertemu lagi di hari mendatang. Setidaknya itu yang diinginkan Alexa."Kalian, apa sudah mendapatkan informasi tentang Harley?" tanya Alexa tenang pada Kay."Sudah, Bos. Aku selalu menempatkan orang untuk memperhatikan Nyonya Harley dari jauh. Dan informasi yang dikirimkan, Nyonya Harley sekarang tinggal di perkampungan kumuh setelah rumah keluarga Abbott disita pihak bank. Dan juga, beliau sering terlihat di sekitar perumahan elite dan menjadi buruh cuci di beberapa rumah di kawasan itu." Kay menjelaskan secara detail apa yang terjadi pada ibu Alexa.'Kalian berubah menjadi menyedihkan setelah aku pergi. Kenapa nasib tidak membua
Peristiwa berdarah yang terjadi saat penculikan Axel dulu masih menyisahkan beberapa hal. Dalam waktu yang ditentukan, semua orang yang menyaksikan kejadian berdarah itu diwajibkan melapor ke kantor polisi. Hari ini adalah hari terakhir Alexa mendatangi kantor keamanan negara itu sebagai kewajibannya. Akan tetapi, rasanya ia ingin sekali menemui beberapa orang yang ingin ia lihat keadaannya.Setelah mendapat persetujuan dari Tuan Parker dan suaminya, Alexa yang didampingi mulai bergegas. Tempat pertama yang akan didatangi mereka adalah rumah tahanan tempat Regan ditahan.Setelah mendapatkan izin menjenguk Regan yang diurus oleh kenalan Reed di sana, Alexa melangkah mendekati sel tempat Regan ditahan. Sesuai permintaan, Alexa yang tidak ingin diberitahukan kedatangannya pada Regan mulai mendekat dalam diam.Di balik jeruji besi dengan ruangan yang sempit yang harus dibagi dengan beberapa orang, Regan Abbott terlihat meringkuk sambil memejamkan mata. Perasaan iba muncul di hati Alexa s
Satu bulan masa berkabung sepeninggalnya Ryan usai, Tuan Parker menyetujui permintaan yang ingin mengajukan resepsi pernikahannya dengan Alexa.Resepsi tidak dilangsungkan secara mewah. Pesta bertema Wedding Garden itu berlangsung tenang dan bahagia karena hanya mengundang kerabat dekat dan kolega penting saja. Setelah para tamu satu-persatu pulang, Aaron masuk ke kamar untuk menyusul Alexa yang sedang menerima panggilan video dari Austin yang sedang mengasuh Axel. Ia melihat Alexa istrinya yang sedang duduk di depan meja rias sambil tersenyum-senyum sendiri.Tiba-tiba kedua tangan Aaron sudah melilit pinggang Alexa yang ramping. Bibir Aaron mulai mengecupi leher dan tengkuk Alexa, hingga membuat Alexa kegelian, “Kenapa kau tersenyum sendiri, Babe? Apa yang kau bicarakan dengan Austin?”“Tidak ada. Aku bahkan lebih banyak bicara dengan Axel yang mengeluh karena dibawa pulang oleh pamannya.” jawabnya sambil tersenyum, tapi itu tidak lama karena Alexa kembali murung. Ia menyandarkan k
Tidak ada yang lebih sempurna selain menyempurnakan suatu hubungan asmara dan cinta dengan janji yang disampaikan dalam pernikahan. Ketika janji suci itu telah diucapkan, kebahagiaan pun sudah lengkap rasanya.Seperti itulah yang Alexa dan Aaron rasakan saat ini. Meski sudah bertahun-tahun lamanya terikat dengan pernikahan walau hanya dalam selembar sertifikat, keduanya masih merasa kurang. Terlebih Aaron yang seakan terombang-ambing di abaikan Alexa yang terkesan menganggap ringan pernikahan mereka.Bukan tanpa sebab, itu karena Alexa yang notabene seorang mafia yang harus pergi kesana-sini mengurus masalahnya sendiri tanpa ingin melibatkan Aaron dalam kerumitan masalahnya. Dan hal itu dianggap Aaron kalau Alexa tidak menganggap hubungan mereka erat sebelum adanya janji pernikahan.Maka saat ini, Aaron mengungkapkan keberaniannya meminta izin pada Tuan Parker untuk mengucapkan janji dan ikrar pernikahan yang bagi seorang mafia seperti mereka yang menganggap sebuah janji dan sumpah sa