"Apa Daddy bisa?"tanya Zevin. "Ada Mama!" Cples! "Gak mau, Dad! Kasihan Mama harus jaga dua kurcaci yang aktif sekali itu, biar ikut Mommy aja!" kesal Cesa sambil memukul lengan Zevin pelan. Zevin hanya tersenyum melihat istrinya yang suka sekali mengomel sekarang sambil mengangguk. "Jangan lupa sore nanti ke psikiater, aku sudah buat jadwal!" ucap Zevin. Ha! Cesa benar-benar terkejut karena Zevin serius mengajaknya untuk ke psikiater secepat ini. Cesa mengangguk, "Kirim saja alamatnya, Dad, nanti Mommy kesana!" Setelah itu Cesa pamit untuk ke perusahaan nya, karena banyak sekali yang harus Cesa urus terutama kabar Markus. Bukan khawatir, lebih ke khawatir jika suaminya berbuat jahat, walau memang Markus sudah sangat keterlaluan. Cesa tak berani lagi bertanya tentang kabar Markus dari Zevin, karena sorot mata m
"Baiklah, Mari tidur di kursi miring itu!" pinta dokter. Ha! "Sekarang, Dok!" tanya Cesa terkejut, karena Cesa tidak berfikir akan langsung tindakan. Dokter itu tersenyum dan mengangguk, "Apa Anda tidak nyaman, Bu? Jika belum nyaman, boleh jadwalkan lagi nanti!" ucap dokter itu dengan senyum cantiknya. Cesa tampak menghela nafas dan menatap Zevin. Zevin hanya tersenyum dengan wajah yang sedikit mulai membaik, "Terserah kamu, Sayang!" "Baiklah, Dok!" ucap Cesa kemudian berjalan menuju kursi miring dan duduk nyaman disana. "Rileks, Bu!" ucap Dokter itu. Cesa kemudian mengangguk sambil tersenyum, bersamaan dengan Zevin yang mendekat dan duduk di sampingnya sambil memegang tangan Cesa, "I love you, Sayang!" Deg! Ungkapan menenangkan apa yang Zevin Ucapkan ini! Justru membuat jantung Cesa berdetak. Hingga pikirannya tiba di malam gelap dengan kesakitan yang luar biasa seorang di
Grep! Tanpa banyak bicara, Zevin memeluk Cesa dengan erat! "Maaf!" lirihnya. Cesa yang sekilas melihat mata Zevin bengkak dan bekas air mata terlihat sedikit mengernyitkan dahi. Apa yang aku katakan! pikirnya. Namun, Cesa memilih untuk membalas pelukan suaminya itu tak kalah erat. "Maaf terus Daddy, untuk apa!" candanya. Kemudian Cesa menatap dokter seolah ingin bertanya, karena kebingungan namun dirinya juga merasa jauh lebih lega setelah hipnoterapi. "Apa yang saya katakan, Dok?" tanya Cesa. Dokter tersenyum, "Bagaimana kalau giliran Bapak dulu hipnoterapi, jadi Ibu juga tau isi hati Bapak!" tawar Dokter itu. Cesa kemudian mengangguk, "Ayo, Dad! Gantian kamu!" ucapnya. Zevin pun beralih tempat duduk sambil terus memandang istrinya itu, perasaannya tak bisa Zevin jelaskan saat ini. Dan tiba-ti
Cesa kemudian mengulas dadanya sendiri, "Tapi aku merasa tak diinginkan!" lanjutnya. "Kenapa kamu tak pernah meminta kehangatan dariku, saat aku sudah sepenuhnya menerimamu, Dad?" lanjutnya sambil mendudukkan tubuhnya di ujung ranjang. Mengusap ranjang sisi kanan yang biasa di tiduri suaminya! Hati Cesa kian berkecamuk, sebenarnya apa yang membuat suaminya tak pernah menyentuhnya selama ini. Apa suamiku telah kehilangan gairah dan hasratnya! pikir Cesa. 'Tidak mungkin! Aku rasa tidak mungkin, Zevin masih memiliki tenaga yang prima dan dulu Zevin masih sering menggodanya. Dan pernah berakhir berciuman dengan penuh mesra saat itu! Huft! Cesa menghela nafasnya kasar kala pikirannya semakin jauh menerawang "Stop! Jangan memikirkan hal itu! Pernikahan bukan hanya soal sex!" lirih Cesa kembali berdiri untuk melanjutkan persiapan sebelum berangkat ke kantor. Toh, tiga bulan ini adalah waktu yang sangat menyenangkan menurut Cesa, karena tak ada hambatan atau orang
'Mati listrik? Atau apa?' batin Cesa mulai menajamkan suaranya untuk berjaga jika ternyata ini adalah sabotase dan ada rencana menyelakai dirinya. Hanya kamera para awak media yang masih menyala tetap menyorot pada Cesa. 'Daddy tolong!' batin Cesa berkecamuk. Listrik galery tidak mungkin mati, karena memiliki daya yang cukup besar. Hal itu membuat Cesa panik, namun sekuat tenaga harus tetap memimpin keadaan agar tetap tenang. Ekspresi Cesa mulai tak terkontrol kala bisik-bisik para tamu undangan memenuhi galery. Membuat atensi Cesa beralih pada pusat perhatian mereka. Yah, kalung bunga peony yang Cesa letakan di kotak kaca anti pecah berada di depan panggung catwalk. Keindahan sinar kalung itu membuat semua mata takjub. "Benar-benar indah!" "Benar-benar asli, pemilik Davisain Collection ternyata keturunan kerajaan Denmark!" ucap perwakilan kerajaan Denmark dari kursinya. Dan kebetulan kursi penasihat ada di kursi paling depan. Bisik-bisik itu mulai terd
"Daddy tidak bohong, Mom! Mommy sangat cantik!" lanjut Zevin. "Cantik tapi tak pernah disentuh, untuk apa!" kesalnyaJleb!Dada Zevin tampak mencelos mendengar jawaban Cesa, namun Zevin tak ingin membahas hal privasi di tempat umum seperti ini. Tak ingin memupuk kesalah pahaman dengan istri tercintanya lagi, Zevin hanya meletakkan tangannya di pinggang sang istri. Menunjukkan pada dunia jika Cesa miliknya seorang. Seorang! Hingga lelang jatuh di tangan pengusaha kaya dari negri jiran dengan angka tertinggi sebesar 987.000.000.Cesa sangat senang dengan hasil lelang hari ini, dan lelang ditutup dengan dinner mewah. Semua penonton dan tamu undangan tampak puas dengan jamuan yang Cesa berikan. Dan hampir semua perempuan keluar dengan menenteng dress incarannya, karena diskon besar-besaran saat di pelelangan. Hingga semua koleksi yang dibawa Davisain ludes, habis tak tersisa. "Yuk pulang, Mom!" ajak Zevin. "Ayuk, mana anak-ana, Dad?" tanya Cesa karena tak melihat kedua anaknya.
Pada akhirnya Zevin benar-benar paham posisi Desa dan mengangguk menyetujui kemauan Cesa, "Semua sesuai maumu, Mommy!" Cesa mengangguk terharu dengan keputusan itu. Dengan cepat Zevin mengungkung tubuh Cesa di atas ranjang yang mereka duduki. "Arkhh, Daddy!" pekik Cesa terkejut dengan gerakan dadakan suaminya. Zevin tampak tersenyum dan memajukan wajahnya mendekati Cesa, tanpa banyak kata dan langsung memberikan ciuman penuh sayangnya.Zevin benar-benar menikmati ciuman penuh sayang itu, tanpa ada gairah dan nafsu. Ada! Namun Zevin tahan karena lebih mementingkan kebahagiaan Cesa malam ini. Zevin benar-benar ingin mengganti Kesakitan-kesakitan Cesa selama ini. Hingga ciuman itu lepas karena Zevin ingin memberikan jeda untuk istrinya bernafas, "Nafas, Sayang!" lirihnya. Cesa menjadi tersipu karena ucapan suaminya itu! "Dad!" peliknya sambil menutupi pipinya yang mulai merona, namun dengan cepat Zevin menarik tangan itu dan menyambar bibir Cesa lagi. Melumat dengan sedikit me
Malam itu berakhir dengan Cesa yang akhirnya mendiamkan Zevin! Cesa merasa Zevin tidak benar-benar mengerti dirinya, padahal sudah jelas jika dirinya memang belum berniat untuk hamil lagi, kenapa tidak bisa menahan diri. Cesa takut jika kejadian malam ini akan berakhir memiliki adik untuk Dares dan Vista. Sedangkan Zevin hanya bisa menatap punggung Cesa yang kini membelakanginya. Malam hangat penuh cinta itu, nyatanya selesai dengan tragedi dirinya sendiri yang tidak bisa menahan diri. 'Maaf, Sayang' batin Zevin sengaja tidak merayu istrinya, agar istrinya lebih tenang terlebih dahulu. Walau susah memejamkan mata, Zevin memaksakan diri karena melihat nafas Cesa sudah mulai teratur. Hingga keesokan harinya, Cesa bangun saat matahari sudah mulai meninggi. Deg! Cesa terkejut saat bangun dan mendapati matahari sudah meninggi dan Zevin sudah tidak ada di sebelahnya. 'Apa Daddy sudah pergi? Teganya tidak membangunkan aku!' batin Cesa menutup matanya kembali. Kesal! Dia merasa se