"Apa kamu begadang untuk membuat ini, Om?" gumam Cesa sambil terus menggeser hingga ke halaman terkahir. Cesa benar-benar seperti sudah mengurusnya dengan para pekerjanya, padahal itu kerjaan Zevin seorang diri. "Eughhh!" lenguh Zevin saat mulai membuka mata, "Sayang, kamu disini?" tanya Zevin kemudian. Zevin terkejut sebenarnya, saat membuka mata dan menemukan istrinya menatap dirinya intens. Cesa mengangguk, "Apa maksud ini semua, Om?" tanya Cesa menuding layar laptopnya. Zevin kemudian tersenyum dan menggeser tubuhnya sedikit ke belakang, kemudian menepuk-nepuk pahanya, "Duduk, Sayang!" Cesa kemudian menurut dan duduk di pada suaminya yang masih terasa otot kekarnya walaupun belum seperti sedia kala. Zevin kemudian mengscroll halaman demi halaman, "Mana yang kurang menurut kamu?" tanya Zevin.. Cesa menggeleng, "Tidak ada, Om! Semuanya sama persis dengan yang ada dalam konsepku!"Zevin kemudian membuka emailnya, "Semua konsepmu sudah dikirim oleh, Arga! Maka dari itu aku men
Namun belum sempat Zevin melakukan hal yang lebih, Cesa lebih dulu mendorong Zevin, "Om, Stop!" ucapnya dengan dada yang naik turun. Begitu juga dengan Zevin, Zevin hanya mengangguk sambil mengusap bibir basah Cesa, "Terima kasih, Sayang!"Sontak Cesa cemberut, "Om, Mesum!" pekiknya. Zevin pura-pura terkejut, "Apa memangnya yang aku lakukan, Sayang?" "Ih, Om cium-cium Cesa! Om sudah janji kan, kalau tidak akan melakukan hal tak senonoh sebelum Om benar- benar sembuh!" omel Cesa sambi terus menekuk bibirnya. Zevin tersenyum mendengar ocehan itu sambil menikmati rona merah di wajah istrinya. Zevin tau jika Cesa pasti sangat malu dengan tindakan impulsifnya sendiri. "Aku? Bukankah kamu yang menciumku terlebih dahulu? Aku hanya melanjutkan, Sayang!" ucap Zevin justru semakin membuat Cesa semakin malu, "Menolak wanita hanya akan membuat wanita merasa tak diinginkan!" belanya. Cesa kemudian berdiri, "Taulah, Om tua! Dasar Om - Om Mesum!" pekiknya sambil berlari menuju kamar mandi sam
Zevin tampak terkejut saat putranya seolah sudah sangat paham dengan treding. "Tau dari mana kamu, Nak?" tanyanya. Dares kemudian menunjukkan sebuah aplikasi tempatnya menanam saham, "Aku main ini sejak dulu, Dad!" ucapnya. Ha! Zevin semakin saat melihat putranya sudah sangat mahir memainkan sahamnya. "Apa lima juta ini prospek?" tanya Zevin. Dares mengangguk, "Lihatlah Dad, perusahaan ini sudah termasuk dalam pengelolaan negara, jadi semakin lama saham kita akan meroket!" jawab Dares.. God job! Zevin kemudian membuka ponselnya dan masuk ke akun banknya, setelah itu menyerahkan ponselnya pada Dares, "Ini transfer sendiri kalau Dares bisa!" Dares hanya mengangguk dan mulai memainkan ponsel Zevin dan mentransfer pada e-money miliknya. Zevin mengusap puncak kepala Dares dengan sangat bangga, putranya bahkan belum genap lima tahun, tapi sudah sangat cerdas menjalankan otaknya. "Daddy bangga padamu, Nak!" ucap Zevin. Dares mengangguk, "Darah Mommy dan Daddy!" sombongnya. Hal
Zevin yang tengah menggendong Vista didalam kursi roda dan memegang Dares tidak sengaja menabrak kaki seseorang. Bersama itu, wanita yang ditabrak Zevin tampak terkejut, "Maa—fMas Zevin!" pekiknya. Zevin tampak dingin dan terus melakukan kursi rodanya tanpa berbicara sepatah katapun dengan wanita itu. Hal itu membuat Dares tersenyum, Dares merasa Daddynya keren mengabaikan wanita selain mommynya. Namun, siapa sangat wanita itu justru mengejar, "Mas Zevin, Tunggu!" pekiknya. Hal itu membuat Zevin menghembuskan nafas kasar dan berhenti, karena Zevin tak mau wanita itu tau dimana ruangan yang dia booking dan bertemu dengan Cesa. Hubungannya baru saja membaik dengan Cesa, Zevin tidak ingin kehadiran ulat bulu itu membuat Cesa salah paham dan menjauhinya lagi. "Ada apa lagi, Diandra!" ketusnya. "Kamu sekarang lumpuh, Mas? Aku kesini karena melihat di berita tentan
Cesa hanya bisa menelan ludahnya dengan berat mendengar bisikan dari suaminya itu. Daddy? Mommy? Rasanya aneh sekali, tapi Cesa bertekad ingin memperjuangkan pernikahan dan rumah tangganya, sehingga dia akan berusaha memulai dari dirinya juga. Cesa melirik sekolah pada suaminya, "Oh ya? Daddy benar-benar suka?" tanyanya menggoda Zevin. Sontak Zevin terbelalak! Zevin tidak menyangka jika kejailannya pada Cesa, rupanya disambut dengan tangan terbuka oleh sang istri. Jantung Zevin semakin bertalun-talun mendengar suara lembut istri kecilnya itu, 'Aduh, seperti remaja puber aja kamu ini Zevin!' runtuknya pada diri sendiri. Benar-benar membuat Zevin terpaku sambil berkedip-kedip seolah tidak percaya dengan penerimaan Cesa. 'Apa karena dia sedang senang untuk pembukaan perusahaannya?' batin Zevin. Melihat Zevin terkejut membuat Cesa
'Apa aku bisa mempercayakan hatiku pada orang yang tak memikirkan diriku?' batin Cesa. Cesa dilema! Cesa hanya bisa menetralkan hatinya kembali, mencoba memahami jika suaminya hanya bercanda. "Mungkin ini juga ujian hatiku agar tetap teguh pada keputusan awal! Mungkin Allah ingin tau kesungguhan hatiku!" gumamnya mencoba lebih berbesar hati.Yah, Cesa berbesar hati untuk takdir yang menghampirinya. Mencoba memaafkan candaan suaminya itu, mengerti jika jarak usia dan waktu yang telah hilang diantara mereka merubah sudut pandang dan tidak mengerti apa yang dialami masing-masing. Begitupun dengan Cesa yang tidak mengerti lika Zevin, tak mengerti jika ada bagian dari ucapannya yang membuat hati Zevin terluka. Cesa mencoba berada di posisi Zevin yang ada di hubungan canggung dengannya. Cesa memilih beristighfar untuk ketenangan hatinya.Ditempa diluar sana bertahun-tahun membuat Cesa bisa berfikir jer
"Saya rasa Anda tak memiliki banyak waktu lagi untuk bisa saya hangatkan, Bapak!" Blush! Sindiran telak dari Cesa membuat Markus marah, harga dirinya seolah diinjak-injak oleh gadis muda yang baru merintis usaha. Pikirannya tak terima dengan hinaan Cesa. "Saya pikir Anda wanita baik, Bu Cesa, tapi nyatanya ada tak memiliki etika, jalang sok mahal!" marahnya, "Jangan merasa di awan hanya karena Anda peliharaan Tuan Zevin!" Deg! Peliharaan! pikir Cesa. "Bukankah Anda duluan yang tidak memiliki etika pada perempuan ini? yang Anda anggap sebagai jalang!" sinis Cesa. "Lalu apa? Aku harus menyebutmu Nyonya Atmaja?" ucapnya sambil terkekeh menertawakan Cesa, "Hanya modal ngangkang kamu ingin disebut Nyonya Atmaja!" Bruak! Kali ini penghinaan Markus membuatnya tak tahan, Cesa berdiri dengan marah dan merebut proposalnya dengan cepat.
Cesa kemudian duduk agar bisa melihat dengan jelas, "Daddy?" Deg!Dengan jantung berdebar hebat Cesa memanggil suaminya, karena postur tubuh itu benar-benar milik Zevin. 'Namun, bukankah suamiku lumpuh!' batin Cesa."Iya, Sayang!" jawab Zevin.Cesa bergegas berdiri dan menghampiri suaminya, "Kenapa wajahmu, Dad?" tanya Cesa. Pasalnya Cesa hampir tak bisa mengenali suaminya dengan wajah menyeramkan di suasana remang ini. "Daddy berkelahi?" tanya Cesa. Zevin tampak masih diam menatap Cesa dengan dalam, Cesa masih bisa merasakan kemarahan suaminya. Cesa berfikir apakah suaminya sedang banyak kerjaan di kantor, namun dia tak ingin lagi banyak bertanya pada suaminya yang sedang dilanda amarah. Cesa kemudian mendekat dan memeluk suaminya dengan lembur. Tanpa kata! Hingga akhirnya suaminya membalas pelukan Cesa dengan erat. "Maaf ya!" lirih Zevin. "Maaf untuk apa, Dad?" tanya Cesa, "Kakimu! Kakimu sembuh, Om?" pekik Cesa mengingat sesuatu dan melerai pelukan suaminya. "Wah, bene
"EVE! MENYENTUH ISTRIKU SAMA SAJA MENGALI KUBURMU SENDIRI!" teriak Zevin marah. Marah, kesal, khawatir menjadi satu memenuhi dada Zevin hingga naik turun, pasalnya Eve tengah menggunakan rompi Bom. Zevin juga bisa melihat controlnya ada di genggaman tangannya. Entah dimana otak Eve dan kejahatan apa lagi yang dia rencanakan, hingga melakukan hal senekad ini. "Bahkan aku sudah menggali kuburanku sendiri, Zevin! Hingga kau tak perlu susah payah menyiapkannya untukku!" jawab Eve tanpa rasa takut. "Apa maumu?" tanya Zevin. Tidak!Apapun yang terjadi, Cesa dan anak-anak harus aman! Zevin tidak akan biarkan Eve atau siapapun menyentuh mereka. "Aku tidak ingin apa-apa! Aku hanya menjemput sepupuku untuk pulang bersama!" jawab Eve santai. "Kau gila! Kau tidak waras!" pekik Zevin kemudian menoleh sekejap, "Masuk, Sayang! Aku mohon masuklah, kau dan bayi kita harus selamat!" lirih Zevin. "Gak, Dad! Kau juga harus selamat! Ayo kita masuk bersama!" ajak Cesa. "Iya, Masuklah dulu, Saya
Cesa tiba-tiba teringat saat suaminya bermandikan darah saat tertabrak truk untuk menyelamatkannya. "Ya, kejarlah mereka dan jangan pernah lepaskan, Dad!" ucap Cesa. "Iya, Daddy harus melakukan itu! Agar tidak ada lagi korban dan juga keluarga kita aman, Sayang!" "Iya, Dad! Maafkan Mommy ya! Mommy hanya takut Daddy kenapa-napa? Semuanya bertubi-tubi dan daddy selalu terluka!" lirih Cesa. "Tapi Daddy tetap kuat dan masih bersama kamu, Sayang!" lirihnya. "Ya, Benar! Daddy sangat kuat menggendong Dares sepanjang memasuki hutan! Daddy keren! Daddy hebat!" timpal Dares. "Benar, Vista juga sangat bangga pada Daddy!" lanjut Vista. Semuanya mendukung Daddy mereka dan itu membuat Cesa tersenyum bahagia. Bersama dengan anak-anak dan suami yang sangat dia cintai adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. "Ya, Daddy hebat!" jawab Cesa. Zevin pun demikian, tersenyum manis saat kedua buah hatinya membelanya. Hatinya menghangat saat seluruh keluarganya merasa aman dalam perlindungannya
Dengan cepat Arga menggendong Dares dan Vista, walaupun mereka berontak dan menangis. "Daddymu akan di gendong uncle Jack, Daddy harus mendapat pertolongan! Jadi jangan menangis, ayo segera keluar dari hutan ini!" ucap Arga. Sontak keduanya terdiam! Mereka mengerti dan membiarkan Daddy nya di gendong oleh seseorang berbadan kekar dan besar. Menempuh beberapa jam untuk keluar dari dalam hutan. Beruntung, kembar sangat kooperatif sekali, walaupun sesekali Vista masih menangis dipundak Arga, "Daddymu sangat kuat, tidak mungkin Daddy kalah dengan tembakan itu, Sayang!" lirih Arga. "Daddy pernah tidur lama dan tidak bangun, Uncle! Vista takut!" "Percayalah padaku!" Arga terus meyakinkan gadis kecil itu jika Daddy nya akan baik-baik saja. Empat jam lebih waktu yang digunakan untuk bisa keluar dari dalam hutan itu, dan mereka langsung menuju rumah sakit karena Zevin masih belum sadar. Hari sudah hampir petang saat mereka keluar dari dalam hutan, dan mau tidak mau, Arga harus menelp
Deg! "Kau juga bukan ayahku, Demon!" Tes! Air mata Vista tak bisa lagi ditahan saat mendengar kata-kata menyakitkan itu, sambil menatap ke atas melihat Demon. Demon pun secara reflek menatap mata tajam gadis kecilnya dulu, "Vista!" Telihat jelas jika putri kecilnya yang selama hampir lima tahun dia rawat berdua dengan Cesa.Tidak! Hatinya seperti tergerak melihat bola mata Cesa pada mata Vista. Mata itu penuh gurat kesakitan. "Kau juga bukan Ayah Zetian lagi, Kau Demon yang nakal! Kau menculikku dan akan membunuhku! Kau jahat!" ucap Vista. Dan itu membuat Demon terpaku! Bohong, jika mata itu tidak mempengaruhi Demon saat ini! Bohong, jika tidak ada rasa cinta setelah membantu Cesa merawat kembar selama empat tahun lebih. Glek! Tanpa mereka sadari, saat adegan itu membuat semua orang membeku, Zevin masuk ke dalam air pantai dan menyelam. Tujuannya adalah naik ke kapal putrinya! Zevin tidak membiarkan kesempatannya hilang begitu saja. Beruntung, kapal tak jauh dari bibir
Kemudian Dares mengambil sebuah japit warna merah muda yang cukup jauh dari jalan tempatnya, "Ini jepit, Adek, Dad!" Deg! "Kita harus ke sana!" seru Zevin menunjuk ke arah yang ditunjukan putranya. Satu yang Zevin lupakan, jika Dares dan Vista telah tumbuh di dalam rahim Cesa berdua, bersama bahkan sejak belum berbentuk. Ikatan batin antara mereka tak akan pernah berkhianat! Setidaknya, Zevin akan mempercayai itu saat ini. Disaat semua alat pelacak telah hilang dari tubuh putrinya, kini hanya Dares yang Zevin percaya akan membawanya menuju tempat Vista. Mereka kemudian terus berlari mengikuti Dares dan Zevin yang sudah memimpin rombongan. Beberapa juga sudah berpencar ke arah lain dari hutan ini sesuai instruksi dari Zevin. Hampir satu jam, mereka sudah berlari semakin masuk dan masuk lagi ke dalam hutan. Semakin dalam dan jauh. Zevin mulai mengkhawatirkan putranya yang sudah beberapa kali tersungkur. Dares tetaplah anak kecil yang belum terbiasa dengan keadaan fisik yang
"Kalau di Dusseldorf?" tanya Zevin pada Dares. "Demon yang mengajari!" Deg! "Demon?" lirih Zevin. Selain terkejut Demon mengajari anaknya yang masih tergolong kecil untuk senjata yang berbahaya itu. Zevin juga terkejut jika Dares tidak lagi memanggil Demon dengan 'Ayah Zetian' lagi. "Apa, Mommy tau jika Dares dan Ayah Zetian, belajar menggunakan senjata api itu?" tanya Zevin mencoba memancing Dares. Dares menggeleng, "Tidak, Dad! paman Demon selalu bilang untuk tidak memberitahu, Mommy!" "Paman?" tanya Zevin. "Yah, dia bukan lagi Ayahku! Dia jahat! Dia menculik Vista!" jawab Dares marah. Terlihat jelas wajah penuh kekecewaan Dares. Zevin kemudian sejenak merengkuh sang putra untuk masuk ke dalam pelukannya. Zevin tau jika putrnya sedang kecewa. Tidak bisa Zevin rubah, jika putranya memilik
Deg! "Putar Balik!" pekik Zevin, "Kembali ke sekolah anak-anak!" Ciiitttt! Suara ban yang beradu dengan aspal beserta rem membuat para pengendara lain ikut mengumpat. Ditambah manuver Arga yang sangat tiba-tiba, membuat beberapa mobil lain ikut menginjak rem. Menghindari terjadinya kecelakaan beruntun. Segala cacian keluar dari mereka yang baru saja berhasil menghindari mobil Zevin. "Kecepatan penuh, Ga!" titah Zevin. Tidak! Tidak akan pernah Zevin biarkan, Demon menyentuh kembar seujung kuku pun! Jangan harap! Jika ada yang tergores sedikitpun dari mereka, Jangan pernah berharap maaf darinya. Bukan polisi lagi yang akan bertindak! Tapi dirinya, bahkan Zevin bersedia membunuh Demon dem
"Supir truk yang menabrak kita, sudah di temukan!" Deg! "Dengan, Eve?" tanya Cesa. Ekspresi Cesa yang sedikit tegang, membuat Zevin mendekat dan memeluk sang istri dengan erat. Tidak! Zevin tidak ingin istrinya banyak pikiran, "Sayang, tenang!" lirihnya. "Apa, Eve berulah lagi, Dad? Please, jangan tutupi apapun dari, Mommy!" pinta Cesa. Zevin kemudian mengurai pelukannya dan menangkup wajah sang istri sambil mengangguk. "Tapi janji, kalau Mommy, tidak boleh banyak pikiran ya!" ucapnya. Cesa mengangguk, "Dad, kali ini, kita harus berjuang bersama untuk rumah tangga ini!" jawabnya. Sejujurnya, Cesa tak ingin suaminya berjuang sendirian, dan mengorbankan dirinya. Bagaimana, Cesa bisa hidup nantinya jika kehilangan, Zevin? Membayangkannya saja sudah sakit! "Mom yakin, kita bisa lewa
"Tidak mudah, Tuan! Eve bekerja sama dengan Demon!" ucapnya. Deg!"Apa?" pekik Cesa terkejut. Tidak!Bukan hanya Cesa, tapi juga Zevin! Zevin tidak pernah memperkirakan jika Demon akan secepat ini bangkit apalagi setelah semua miliknya, orang-orang organisasinya hancur. "Bagaimana bisa mereka bekerja sama?" tanya Zevin dengan dada yang mulai bergemuruh. "Saya juga belum tau, Tuan! Pastinya selama ini, Demon sudah mengintai dan memanfaatkan momen ini!" jawab Arga. Deg! "Anak-anak!" pekik Zevin, "Ga, perketat penjagaan anak-anak! Apapun yang terjadi, jangan biarkan anak-anak jadi korban, Demon!" ucapnya."Iya, Tuan! Sudah saya tambah dan perketat pengawalan anak-anak, Tuan!" "Dad!" lirih Cesa. "Waktunya sudah tiba, Mom! Dia pasti datang untuk mengambilmu, sekaligus menuntut balas karena, Daddy, menghancurkan organisasi mereka!" ucap Zevin. "Lalu, Bagaimana ini