‘Tatapan mata ini, persis seperti terakhir kalinya. Apa dia berpikir aku menjual diri lagi?’ ucapnya dalam hati. Erica terdiam sesaat, kemudian tersenyum. “Dijodohkan,” jawabnya mengarang cerita yang lebih indah. Tidak mungkin memberitahu kalau dirinya dijadikan alat pelunas hutang bahkan sempat melakukan kontrak pernikahan. Bu Alya tertegun mendengarnya. “Dijodohkan?” Raut wajahnya memperlihatkan rasa penasaran. “Kok bisa. Setahuku keluargamu orang biasa, dan Pak Leonel orang kaya raya, kok bisa dijodohkan dengan perempuan sepertimu.” Erica menaikkan sebelah alisnya. Dia cukup tercengang dengan pertanyaan Bu Alya. “Perempuan sepertimu? Memangnya kenapa denganku. Apakah menikahi orang biasa, adalah sesuatu yang hina?” Bu Alya terkejut dengan jawaban Erica. “Ya ampun, Ca, aku kan hanya tanya. Kok kamu jadi baper begitu sih, aku tuh cuman penasaran saja bagaimana kamu bisa menikah dengan Bos. Jika anak di bawah tahu, mereka juga pasti tidak kalah penasarannya sepertiku. Jangan
Leonel tersenyum.“Jadi, bisakah kamu melepaskan aku?”“Tidak mau. Besok, bukannya sudah libur kampus? Bagaimana, kalau kamu temani saya ke melihat hotel di luar kota. Kita ajak Lucio juga, kita berlibur. Bagaimana?”“Besok?”Leonel mengangguk.“Baiklah. Lucio pasti senang sekali bisa pergi liburan, selama ini dia jarang sekali liburan. Mungkin hampir tidak pernah.”Leonel melepaskan cengkeramannya. Dan tiba-tiba melompat ke dalam pelukan Leonel, di waktu yang sama Leonel langsung menangkap tubuhnya.“Bagaimana, apa aku berat?”“Ya, sekarang kamu sudah bertambah berat. Beda dari pertama kali kita bertemu,” jawab Leonel memangkunya menuju kamar tidur.Erica tersenyum, melingkarkan tangannya ke leher Leonel.“Aku mencintaimu, Leonel.”“Terima kasih.”“Kenapa kamu tidak pernah mengatakan mencintaiku, atau Erica i love you?”“Kamu sudah tahu perasaan saya. Jika bukan cinta sayang, lantas semua yang saya berikan padamu, apa kalau bukan cinta?”Mata mereka saling menatap dengan begitu hanga
Tidak ingin memikirkan, Leonel akhirnya memejamkan matanya dan tidur di sisi sang istri.Pagi harinya Erica bangun lebih awal, ia terkejut saat mengetahui dirinya tidur di tempat tidur. Dia melirik Leonel yang masih tidur, Erica berpikir mungkin suaminya yang memindahkannya.‘Jadi teringat Bapak. Waktu kecil Bapak suka memindahkan aku, saat tertidur dimanapun.’Kenangan masa kecil, telah menyentuh hatinya. Dahulu dia berpikir meskipun hidup sederhana, selama keluarganya lengkap itu sudah jauh lebih baik. Namun, siapa yang akan menyangka kalau Juan akan selingkuh di saat istrinya terbaring sakit di rumah sakit. Bahkan sampai membuat wanita itu hamil.Dan Erica baru menyadari semua itu belum lama ini. Omongan pedas Bibinya rupanya bukan hanya sebongkah omongan kosong, tetapi fakta paling nyata.“Duh, aku jadi sedih begini pagi-pagi,” gumamnya pelan.Saat Erica akan bangun, tiba-tiba Leonel mencekal tangannya. Ia menoleh ke belakang, dilihatnya Leonel sedang memandangnya dengan mata yang
“Kami tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Bu Maria.“Benar Pak, mohon maaf sebelumnya,” kata Bu Alya.“Saya tidak butuh maaf. Saya hanya ingin kalian berdua disiplin waktu, itu saja. Ingat kalian di sini adalah panutan, jika kalian seperti ini, bagaimana bisa memimpin. Dan memberikan contoh yang baik,” ucap Leonel dengan nada dingin.Bu Alya dan Bu Maria terdiam, mereka duduk menunduk. Bu Alya gemetar, dia terlihat gelisah dan sedikit tidak nyaman dengan sikap Leonel yang terlihat dingin. Namun, tidak padanya, dia dingin kepada semua orang yang ada di rapat.Rapat pun dimulai dari memperlihatkan omset perhari sampai pertahun, serta seluruh stok yang masih ada di gudang terhitung dengan sangat jelas.Bu Alya melaporkan pembelanjaan dan juga pengeluaran. Leonel mengeceknya satu persatu, dan mereka menjelaskannya detail mungkin.“Sebentar lagi hari kasih sayang, saya ingin kalian membuat ide baru. Saya tidak ingin ada penurunan omset. Standar makanan harus kembali ditingkatkan.” Leonel
“Bodoh! Itu sudah menjadi tugas saya. Menyukaimu, maka saya juga harus menerima semua anggota keluargamu, terkecuali mereka yang serakah.” Erica tersenyum dan menarik pipi Leonel. “Terima kasih.” “Antara kita tidak perlu berterima kasih, kamu istri saya. Jangan pikirkan apapun lagi,” kata Leonel. Leonel pergi mandi, sedangkan Erica sedang mengambilkan pakaian ganti Leonel. Dia juga sudah berganti pakaian, karena satu jam lagi mereka akan pergi ke airport. *** Leonel dan Erica, juga Lucio kini sudah berada di dalam pesawat. Mereka memesan kelas first class. Untuk pertama kalinya Lucio menaiki pesawat, ada rasa takut di dalam hatinya. Namun, juga rasa penasaran juga campur rasa senang. Erica yang melihat adiknya duduk dengan begitu nyaman hanya mengulas wajah dengan senyuman. Sedangkan Leonel saat ini sedang menatap layar komputernya. “Kamu istirahat saja,” kata Leonel. Erica hanya mengangguk, dia pun beristirahat. Penerbangan mereka mereka hampir memakan waktu selama 4 jam.
Malam itu Leonel dan Erica mengajak Lucio makan di bawah di restoran yang berada di hotel. Lucio terlihat senang, dia tidak banyak berbicara. Manager hotel menyambut Leonel dan Erica dengan sangat baik. “Cio, kamu boleh pesan apapun makanan yang kamu inginkan,” kata Erica. “Baik Kak, terima kasih.” Lucio tersenyum ke arah Leonel. Leonel membalas senyumannya. Melihat Lucio berada di tengah-tengah mereka,membuat Leonel merasa seperti menjadi seorang ayah dan memiliki anak sebesar ini. Setelah memesan makanan, Leonel mulai berbicara pada Lucio. “Cio, apa kamu betah sekolah di sana? Menurutmu bagaimana sistem pendidikan di sekolah barumu?” “Betah banget, Kak. Sistemnya bagus, sangat disiplin dan juga ketat.” Leonel mengangguk.”Ya, memang sekolah terbaik. Kakak saya, keluarga saya sekolah di sana. Saya juga pernah SMP di sana,” jawab Leoenl. “Oh, kamu juga pernah di sana?” tanya Erica, sedikit terkejut. Dan merasa bangga, karena Leonel menempat adiknya di sekolah yang sama dengan s
Kelopak mata Erica bergetar saat kalimat itu terlontar dari mulut sang suami.Mata mereka saling menatap, sedangkan bel bersama dengan ketukan pintu semakin terdengar dengan sangat jelas.“Se– sepertinya itu Lucio, aku harus membuka pintu dulu,” kata Erica menurunkan pandangannya.Leonel tersenyum dan membiarkan sang istri kecil membuka pintu. Ia terkejut karena di depannya berdiri seorang pelayan hotel.“Ada apa, ya?” tanya Erica.“Bu, saya mengantarkan pesanan Bapak,” jawabnya.“Oh, iya, terima kasih.”Erica bahkan tidak tahu kapan suaminya memesan makanan itu. Setelah menutup pintu, Erica melihat bungkusan makanan yang dipesan suaminya.Ia terbelalak, melihat makanan yang diinginkannya belum lama ini. Yaitu paha ayam, ceker pedas dan juga sayap ayam pedas.“Leonel, kamu …”Kejutan itu membuatnya senang, ia membawanya ke sebuah meja. Dan meletakkannya di atas sana. Setelah itu menghampiri Leonel yang kini duduk di sofa.Erica memeluknya dari belakang. Lalu dia mencium pipi Leonel.“
Jantung Erica berdegup kencang. Saat Leonel semakin mendesak untuk segera mengatakannya, mengenai apa yang terjadi di masa lalu.“Ba-bapak selingkuh!” jawab Erica dengan suara gemetar dan air matanya menetes.Saat itu juga Erica langsung menunduk karena malu, dia juga berusaha untuk tidak menangis begitu keras. Dia menangis dalam diam lalu menyeka air matanya.Leonel mengepal tangannya marah, lalu meraih bir di hadapannya. Dia meneguk bir langsung dari botolnya.“Sejak kapan ayahmu berselingkuh dari ibumu?” tanya Leonel dengan wajah menunduk.“Aku baru mengetahuinya belum lama ini. Harusnya aku sadar, kalau Bapak berselingkuh saat Ibu terbaring di rumah sakit. Ibu adalah wanita yang baik, dia tidak pantas untuk Bapak. Entahlah, mungkin saja Bapak sudah selingkuh sejak awal. Aku baru sadar saat melihat kedua anaknya.”“Persetan!” umpat Leonel mengejutkan Erica.Erica menaikkan pandangannya menatap Leonel dengan mata merah. Leonel mengusap wajahnya menatap Erica dengan tatapan sedih.“M
Mendengar jawaban Leonel, Erica cukup mengerti apa yang diinginkan Leonel saat ini. Setelah itu mereka kembali ke rumah, Leonel memangkunya menuju ke kamar. Perlahan Leonel menurunkan tubuh Erica di atas tempat tidur, Erica duduk dan melepaskan sandal rumahnya.“Kamu tidak perlu repot-repot memangku aku, aku bisa jalan sendiri.”“Aku tahu, tetapi selagi bisa aku ingin memangkumu. Mungkin saja dua tahun lagi aku tidak sanggup memangkumu. Aku sudah cukup tua, walaupun aku masih terlihat tampan dari luar.”Entah kenapa Erica tidak senang mendengarnya. Dia menarik tangan Leonel untuk duduk di sisinya, perlahan tangannya membelai wajah Leonel menatapnya lembut. Mata keduanya saling menatap begitu lekat, ada kehangatan dari kedua mata yang saling menatap.“Di mataku kamu masih muda. Jika suatu hari nanti kamu tidak sanggup bekerja lagi, jangan dipaksakan. Aku yang akan merawatmu, biar aku yang bekerja. Kamu hanya perlu berada di rumah bersama anak kita,” kata Erica.Leonel tersenyum. “Jadi
Leonel membelai rambut Erica. “Karena saya sayang kamu, dan janin di dalam perut kamu. Sekarang kamu memiliki tanggung jawab lebih, yaitu calon anak kita.”Erica diam menatap suaminya, lalu dia tersenyum. Leonel kini sudah memegangi pipi Erica yang semakin hari semakin berisi. “Terima kasih, karena sudah sayang sama aku.”“Itulah tanggung jawab seorang suami. Kamu lapar tidak, ingin makan sesuatu?” tanya Leonel.Erica mengangkat kepala, dia seperti sedang memikirkannya. Lalu, dia teringat sesuatu.”Aku ingin makan mie ayam di pinggir jalan. Mie ayam Pak Joko.”“Di mana? Biar saya belikan,” kata Leonel.“Emh, sebenarnya aku ingin makan di tempatnya. Kalau di rumah kadang rasanya agak beda gitu, boleh tidak?” tanya Erica dengan mata berbinar.Leonel yang melihat ekspresi sang istri tidak berdaya. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. “Baiklah kita pergi sekarang,” kata Leonel.Erica mengangguk, Leonel mengambil sebuah jaket untuk Erica kenakan.“Di luar habis hujan, cuaca pasti dingin.
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada