Revalina lupa waktu jika sedang bertemu dengan keluarganya. Felix pun berdiri di dekat jendela yang menghadap langsung ke rumah Santi. Ia tidak melihat tanda-tanda kalau gadis tersebut keluar dari sana. Felix berdecak kesal, sesekali melihat arloji yang terpampang di tangan kirinya. Pria itu pun berjalan cepat meninggalkan kamarnya menuju ke rumah Santi. Santi melihat ada Felix akan segera mendekat ke rumahnya, ia memberitahukan itu pada Revalina, katanya Felix sangat perhatian pada istrinya sampai disusul-susul padahal sedang kecapekan. Revalina dan Vino saling pandang, mereka langsung pamit pergi meninggalkan rumah tersebut. Mereka berdua dengan Felix di tepi jalan ke rumah Santi, ibunya Santi bertanya pada Nina mengapa tidak menemui menantunya. Nina hanya diam sambil tersenyum, ia tidak bisa menceritakan apa yang terjadi pada Revalina. "Kamu ngapain aja di rumah Santi sampai selama ini?" tanya Felix pada istrinya. "Kalau khawatir bilang aja, Lix. Gak usah pake drama marah-marah
Santi berada di depan rumah Felix, ia berharap akan ada salah satu dari anggota keluarga itu yang keluar, tetapi tidak berharap Vina yang keluar karena Santi akan langsung terusir. Santi melambaikan tangannya pada Vino yang sedang meminum kopi hangat di teras depan lantai atas. Vino mengerutkan keningnya ketika berhasil melihat gadis tersebut. Ia mengedarkan pandangannya melihat sekeliling gadis itu yang tidak ada siapapun. Vino menunjuk dirinya yang diangguki oleh Santi. Keadaan masih sangat pagi, mentari pun belum muncul. Vino keluar menemui Santi di depan pagar. "Kamu ngapain dadah-dadah gitu? Jangan-jangan kamu nge-fans ya sama saya?" tebak Vino. "Enak aja, percaya diri boleh tapi jangan gak tahu malu." "Terus kamu ngapain ke sini pagi-pagi?" Santi memperhatikan sekitar, ia takut akan ada Vina atau Felix yang mendengar. Gadis itu mengatakan kalau pagi ini Nina akan pulang, tetapi Nina minta padanya untuk merahasiakan dari Revalina. Namun, Santi rasa itu tidaklah baik karena s
Nina baru saja sampai di rumahnya, dua putrinya menyambut kedatangan wanita itu. Mereka marah karena Nina ketika pergi tidak bisa dicegah sama sekali, seharusnya tidak perlu mendatangi tempat tinggal Revalina karena sampai kapanpun Revalina tidak akan ingat keluarga, ia sudah melupakan semuanya. Nina membela putrinya, apa yang mereka katakan itu tidaklah benar. Buktinya ia bertemu dengan Revalina di kota, ia masih bersikap sama seperti sebelumnya, masih anaknya Nina. Tidak ada yang berubah pada diri Revalina. Mereka tidak percaya, pasti Nina sudah membela Revalina kenyataanya Revalina sudah tidak seperti dahulu lagi.Nina memberikan amplop uang pada mereka dari Revalina untuk kebutuhan sekolah. Adik pertama Revalina mengambil amplop tersebut, melihat amplop tersebut berisi beberapa lembar uang. Nina minta mereka untuk tidak memberitahu Siska karena jika sampai wanita itu tahu pasti uangnya akan diambil. "Gak mungkin uang ini dari Kak Revalina," ucap Windy adik bungsu Revalina. "Gak
Felix menghentikan kendaraannya di depan rumah Raisa. Revalina hendak keluar dari mobil lain yang dibawa Vino, ia dilarang untuk pindah mobil oleh Vino. Biarkan saja Felix sendiri di mobil itu dan jika Vina melihatnya Felix akan bertanggungjawab. "Kamu janga terlalu banyak mengatur saya, ini sudah jadi tugas saya." "Tapi Revalina..." Gadis itu tidak mendengarkan ucapan Vino, ia tetap masuk ke mobil Felix duduk di samping pria itu. Felix bertanya mengapa Revalina sangat lama untuk pindah mobil? Revalina hanya mengatakan maaf membuat Felix membelalakkan matanya. Felix berkata sambil memberikan paper bag pada Revalina, jika sudah sampai di rumah harap membawa benda tersebut agar Vina tahu kalau mereka pulang telat karena pergi belanja. Felix tahu kalau pergi belanja dengan Revalina pasti Vina tidak akan marah. Setelah tiba di rumah, Revalina melakukan apa yang diperintahkan oleh suaminya. Benar saja Vina mengetahui kedatangan mereka bertiga. Vina bilang mereka pulang terlambat karen
Di kafe, Felix sedang bersama dengan kekasihnya sedangkan di kursi lain Revalina bersama dengan Vino menunggu pertemuan mereka. Felix minta izin pada kekasihnya untuk membawa Revalina ke acara Aniversary temannya. Raisa teringat ucapan ibunya untuk tidak selalu marah dengan apa yang dilakukan oleh Felix. Dengan tersenyum gadis itu mengizinkan Felix untuk pergi dengan Revalina ke acara tersebut. "Kamu gak marah sayang?" tanya Felix karena biasanya Raisa selalu tidak setuju. "Nggak, dong. Buat apa aku marah? Sekarang aku ngerti kalau apa yang kamu lakukan dengan Revalina itu demi mempertahankan hubungan kita ke jenjang yang lebih serius, jadi aku akan mendukung kamu." Felix tersenyum lebar, akhirnya wanita itu bisa mengerti keadaannya. Itu yang selama ini ia inginkan dari diri Raisa, Felix berharap Raisa akan selamanya seperti sekarang karena sikapnya saat ini bisa membuat rencana Felix berjalan tanpa adanya hambatan.Raisa pun tersenyum bukan karena senyuman tulus membalas Felix, t
Felix dan Revalina baru saja tiba di rumah, Vina tidak melihat Vino biasanya mereka selalu bertiga sehingga menanyakan pria tersebut. Felix dan Revalina baru sadar kalau Vino tidak ada di belakang mereka. "Namanya juga cowok biarin aja paling juga main," ucap Felix. "Kamu ini gimana, sih. Walaupun Vino cowok bukan berarti bisa pergi dengan bebas," kilah Vina. Beberapa menit kemudian, Vina melihat Vino datang begitupun Santi yang membawa motornya masuk ke rumahnya. Vino yang baru saja turun dari mobil pun telinganya langsung dijewer Vina. Vino menyentuh telinganya minta dilepaskan. "Kamu pergi sama Santi, kan? tanya Vina sambil lebih keras menjewernya. Vino menggelengkan kepalanya, tetapi Vina tidak percaya pasti berbohong. Nyatanya Vino pergi dengan gadis itu hanya saja tidak mau jujur, Vina melepaskan tangannya dari telinga Vino, lalu berkata untuk tidak dekat-dekat dengan Santi karena itu berbahaya Santi hanya wanita yang suka harta. Ingin sekali rasanya Vino menjelekkan Felix
Raisa sedang belanja dengan andi di salah satu toko yang menyediakan barang mewah, Andi membelikan banyak sekali barang yang diminta oleh Raisa. Tentu saja Andi tidak akan menolak apa pun yang diminta gadis itu.Raisa sangat senang karena ketika tidak bersama dengan Felix tentu saja ada pria cadangan yang bisa memberikan apapun untuknya. Andi mengantarkan Raisa jauh dari rumahnya karena Raisa tidak mau Andi datang ke rumah ketika bersamaan dengan Felix. Raisa turun di depan rumah orang lain di pinggir jalan, padahal rumahnya agak jauh dari sana. Raisa tetap berdiri di depan rumah itu sebelum Andi pergi. Salah satu pemilik rumah itu keluar bertanya untuk apa Raisa ada di sana? Bukannya malu justru Raisa malah marah pada pemilik rumah itu. Raisa bilang ia juga punya rumah mewah yang lebih bagus dari rumah ini. Tidak perlu sombong karena punya rumah bagus sehingga menanyai keberadaan Raisa. "Hey harusnya kamu itu sadar, kamu itu sangat mencurigakan karena sering banget turun di depan
Revalina berdiri di dekat Felix yang sedang merapikan rambutnya di depan cermin. Wanita itu minta izin untuk ke rumah Santi, Felix melarang karena tidak boleh pergi sendiri. Revalina akan pergi dengan Vino, anggap saja Vino yang akan melindunginya. "Gak bisa paling kamu sama Vino ..." Felix menjeda ucapannya membuat Revalina menunggu kelanjutannya, tetapi Felix tidak juga melanjutkan perkataan tersebut, tiba-tiba Felix pun mengizinkan Revalina ke rumah Santi dengan Vino. "Tapi di sana gak ada ibumu, kan?" "Gak ada, Pak." Felix mengangguk, Revalina pun datang ke rumah Santi dengan Vino. Di rumah itu mereka hanya bertiga karena ibunya Santi pergi ke pasar. Revalina bertanya apakah Santi mendengar apa yang dikatakan Vino kemarin? Tentu saja gadis itu mendengarnya dengan jelas walaupun belum paham apa maksudnya. "Aku berharap kamu gak berpikir apa-apa," ucap Revalina. "Bagaimana bisa aku gak berpikir apapun, Revalina? Aku merasa apa yang dikatakan Vino seolah-olah Felix tidak