Sehari sebelum ulang tahun Raisa, Felix datang ke rumahnya memberikan kado istimewa padanya. Kotak kecil berwarna biru muda yang diikat pita diterima oleh Raisa. Wanita itu menimang-nimang kado yang cukup kecil nan ringan. Raisa membuka kado tersebut yang ternyata isinya adalah kunci mobil. Raisa bertanya apakah ini serius? Tentu Felix mengangguk. Raisa memeluk Felix dengan erat saling senangnya, Felix hendak membalas pelukan gadis itu, tetapi pelukannya malah dilepaskan oleh Raisa. Raisa menarik lengan Felix untuk melihat mobilnya. Felix tidak berbicara, hanya ikut saja dengannya keluar rumah karena memang kendaraannya dibawa ke sana. Raisa langsung berlari-lari mengusap-usap dan memeluk kendaraan yang sangat diinginkannya. Tidak lupa ia juga mencoba kendaraan tersebut tanpa mempedulikan siapa yang memberikannya. Di mobil lain, Revalina hanya memperhatikan saja dari dalam. Sebagai sesama wanita, itu merasa kalau Raisa tidak mencintai Felix, tetapi hanya mencintai hartanya saja. Te
Menjelang pagi tiba, Revalina sudah ada di dapur. Felix yang baru saja bangun pun melihat ke arah kasur di mana Revalina sudah tidak ada di sana. Felix mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada juga. Ia yakin gadis itu ada di lantai bawah karena setiap pagi Revalina selalu tidak ada. Setelah bersiap-siap, Felix turun dari tangga, benar saja yang dipikirkannya Revalina sudah ada di dapur sedang menyiapkan sarapan. Felix menegur Revalina, seharusnya tetap berada di kamar karena sedang sakit. Revalina merasa Felix itu aneh, entah sejak kapan Felix melarangnya ke dapur hanya karena sakit. "Saya baik-baik aja, kok." Anggota keluarga lain pun datang untuk sarapan, sehingga Felix tidak lagi berbicara dengan Revalina. Setelah sarapan selesai, mereka pun pergi ke kantor. Sebenarnya, Felix minta Revalina untuk tidak ikut ke kantor, tetapi gadis itu tetap mau ikut karena dirinya baik-baik saja. Revalina merasa kalau dirinya tidak ikut ke kantor akan menimbulkan pertanyaan aneh dari Vina. L
Di sebuah rumah, seorang wanita paruh baya sedang memasak. Ia membuat beberapa jenis makanan, Sandi penasaran untuk apa ibunya masak sebanyak itu? Sang Ibu menjawab kalau ia memasak untuk Vino. Santi marah, untuk apa ibunya repot-repot masak buat Vino? Sedangkan Vino adalah orang yang sudah membuat Santi celaka. Ibunya mengelak, kecelakaan itu bukan karena disengaja melainkan karena tidak sengaja. "Tapi tetap saja Vino itu bukan orang yang pantas Mama sanjung-sanjung," kekah Santi. Ibunya masih bersih keras kalau Vino itu tidak salah sama sekali. Santi bilang kalau ibunya terus membela Vino lebih baik tinggal saja di rumah mewah itu dengannya. Santi yakin ibunya Felix akan langsung mengusirnya. "Ibu melakukan ini, mendekati Nak Vino itu supaya dia mau sama kamu. Dia itu ramah, ganteng, dan juga baik. Mama pengen jadiin dia sebagai menantu." Santi menggelengkan kepalanya, ibunya sudah terlalu berlebih-lebihan akhir-akhir ini seperti orang yang sangat terobsesi dengan Vino. Wanita
Vina sedang berjalan di lantai atas, ia tidak sengaja mendengar suara ponsel Felix yang berdering di atas nakas. Pintu kamarnya lupa tidak dikunci membuat Vina masuk ke sana memeriksa ponsel tersebut yang di layarnya tertulis my love. Vina memandangi ponsel itu, seingatnya Revalina ada di kamarnya Felicia. Mengapa Revalina harus meneleponnya dengan jarak yang sangat dekat? Felix juga mendengar suara ponsel tersebut sehingga ia keluar dari kamar mandi. "Ma," ucap Felix membuat Vina terkejut. "Mama kok ada di kamarku?" tanya Felix lagi. Vina memberikan ponsel Felix yang sudah tidak berbunyi lagi, ia bilang kalau Revalina menghunginya tadi mungkin ada sesuatu yang penting. Felix menerima benda tersebut, ia pikir benar Revalina yang menghubunginya, ternyata Raisa. Felix sangat terkejut, ia bertanya apakah ibunya sudah menjawab teleponnya? Vina menggelengkan kepalanya, sebaiknya Felix menemui Revalina saja. Felix pun cepat-cepat pergi ke kamar putrinya. Revalina melihat ke arah pintu
Nina, ibu Revalina sangat merindukannya. Sudah lama sekali sejak mereka menikah, ia tidak pernah mendengar kabar putrinya itu. Nina pergi ke kota ke rumah Felix. Sesampainya di sana ia menyeka keringat di dahinya karena cuaca sangat panas. Wanita itu menatap rumah bertingkat di hadapannya yang bak istana. Ia menyentuh pagar membuat penjaga menemuinya bertanya ingin bertemu dengan siapa? Nina bilang ingin bertemu dengan putrinya. Nina tidak diperbolehkan untuk masuk karena belum mendapatkan izin dari Vina. Pria itu pergi menemui Vina, Nina berharap Vina dapat mengizinkannya bertemu dengan Revalina. Vina keluar bersama dengan security itu, dua wanita itupun bertemu. Pintu pagar dibuka sesuai perintah dari Vina. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Vina dengan gelagatnya yang sangat tidak ramah. "Saya ingin bertemu dengan Revalina, apa dia ada di rumah?" "Dia gak ada di rumah, jadi lebih baik kamu pergi dari rumah saya. Pintu di rumah saya tertutup untuk orang-orang seperti kamu!" Nina
Revalina lupa waktu jika sedang bertemu dengan keluarganya. Felix pun berdiri di dekat jendela yang menghadap langsung ke rumah Santi. Ia tidak melihat tanda-tanda kalau gadis tersebut keluar dari sana. Felix berdecak kesal, sesekali melihat arloji yang terpampang di tangan kirinya. Pria itu pun berjalan cepat meninggalkan kamarnya menuju ke rumah Santi. Santi melihat ada Felix akan segera mendekat ke rumahnya, ia memberitahukan itu pada Revalina, katanya Felix sangat perhatian pada istrinya sampai disusul-susul padahal sedang kecapekan. Revalina dan Vino saling pandang, mereka langsung pamit pergi meninggalkan rumah tersebut. Mereka berdua dengan Felix di tepi jalan ke rumah Santi, ibunya Santi bertanya pada Nina mengapa tidak menemui menantunya. Nina hanya diam sambil tersenyum, ia tidak bisa menceritakan apa yang terjadi pada Revalina. "Kamu ngapain aja di rumah Santi sampai selama ini?" tanya Felix pada istrinya. "Kalau khawatir bilang aja, Lix. Gak usah pake drama marah-marah
Santi berada di depan rumah Felix, ia berharap akan ada salah satu dari anggota keluarga itu yang keluar, tetapi tidak berharap Vina yang keluar karena Santi akan langsung terusir. Santi melambaikan tangannya pada Vino yang sedang meminum kopi hangat di teras depan lantai atas. Vino mengerutkan keningnya ketika berhasil melihat gadis tersebut. Ia mengedarkan pandangannya melihat sekeliling gadis itu yang tidak ada siapapun. Vino menunjuk dirinya yang diangguki oleh Santi. Keadaan masih sangat pagi, mentari pun belum muncul. Vino keluar menemui Santi di depan pagar. "Kamu ngapain dadah-dadah gitu? Jangan-jangan kamu nge-fans ya sama saya?" tebak Vino. "Enak aja, percaya diri boleh tapi jangan gak tahu malu." "Terus kamu ngapain ke sini pagi-pagi?" Santi memperhatikan sekitar, ia takut akan ada Vina atau Felix yang mendengar. Gadis itu mengatakan kalau pagi ini Nina akan pulang, tetapi Nina minta padanya untuk merahasiakan dari Revalina. Namun, Santi rasa itu tidaklah baik karena s
Nina baru saja sampai di rumahnya, dua putrinya menyambut kedatangan wanita itu. Mereka marah karena Nina ketika pergi tidak bisa dicegah sama sekali, seharusnya tidak perlu mendatangi tempat tinggal Revalina karena sampai kapanpun Revalina tidak akan ingat keluarga, ia sudah melupakan semuanya. Nina membela putrinya, apa yang mereka katakan itu tidaklah benar. Buktinya ia bertemu dengan Revalina di kota, ia masih bersikap sama seperti sebelumnya, masih anaknya Nina. Tidak ada yang berubah pada diri Revalina. Mereka tidak percaya, pasti Nina sudah membela Revalina kenyataanya Revalina sudah tidak seperti dahulu lagi.Nina memberikan amplop uang pada mereka dari Revalina untuk kebutuhan sekolah. Adik pertama Revalina mengambil amplop tersebut, melihat amplop tersebut berisi beberapa lembar uang. Nina minta mereka untuk tidak memberitahu Siska karena jika sampai wanita itu tahu pasti uangnya akan diambil. "Gak mungkin uang ini dari Kak Revalina," ucap Windy adik bungsu Revalina. "Gak