Felix meraih tangan Raisa yang sedang memaksa Revalina makan. Ia mencengkram lengan gadis itu dengan kasar membuat pemiliknya meringis meminta dilepaskan. "Apa ini? Sikap seperti inikah yang mau kamu tunjukkan pada ibuku?" tanya Felix. "Kenapa? Sekarang kamu mau membela gadis ini?" tanya Raisa sambil melepaskan lengan Felix darinya. "Aku tidak membelanya, tapi di sini aku punya rasa kemanusiaan. Setiap orang punya hak, tapi tidak seharusnya orang itu berbuat seenaknya tanpa mempedulikan perasan yang lainnya. Termasuk kamu Raisa, kamu tidak berpikir apa yang kamu lakukan ini salah." "Kamu gak usah banyak alasan, sebenarnya kamu itu membela dia makanya sampai marahin aku. Aku gak nyangka ya kamu kayak gini terus sama aku," keluh Raisa. "Ya aku lebih membela Revalina daripada kamu dan ketika kamu ada di posisi yang sama aku juga pasti membelamu," jelas Felix. Felix meraih tangan Revalina mengajaknya untuk pulang, ibunya Raisa mengejar mereka mengatakan sebaiknya makan malam terlebi
Revalina minta putar balik karena ia ingin kembali ke rumahnya untuk memberikan uang lagi pada Windy. "Kembali ke rumahmu dan bertemu dengan perempuan gak tahu malu itu?" tanya Felix. "Adik saya membutuhkan uang untuk biaya sekolahnya," keluh Revalina. "Terus dari tadi kamu ngapain aja di rumah itu?" "Saya udah ngasih uang buat Windy, tapi uangnya diambil sama Kak Siska." Felix tidak mau Revalina buang-buang uang karena pasti setiap kali memberikan uang akan diambil oleh Siska. Felix melarang keras wanita itu untuk ke rumah rumahnya, ia tidak mau berhubungan dengan keluarga itu terutama dengan Siska. "Bagaimanapun juga mereka adalah keluarga saya, Pak." "Anggap saja mereka jauh darimu, selama pernikahan kontra ini masih berlangsung saya tidak mau melihatmu bertemu dengan mereka. Apapun yang terjadi pada mereka, kamu jangan kembali sebelum kontrak ini selesai!" "Tapi, Pak. Bagaimana jika adik saya yang paling kecil tidak sekolah karena gak ada biaya?" "Revalina, ketika kamu su
Sepulang mengerjakan tugas dari rumah teman kuliah, adik Revalina menemui ibunya yang sedang memasak. Ia berdiri tepat di samping wanita itu, gadis tersebut mengatakan kalau Revalina sudah berubah. Revalina yang sekarang bukanlah Revalina yang dulu. "Apa yang kamu bicarakan?" "Di kota, aku ketemu sama Kakak, tapi dia pura-pura gak kenal sama aku." "Mana mungkin kakakmu pake pura-pura gak kenal segala." Sang Ibu tidak percaya. "Aku gak bohong, Bu. Tadi ketemu Kak Revalina di taman sama anaknya Kak Felix, tapi dia gak kenal sama aku." "Kamu salah orang kali, Nak." "Aku gak salah orang, itu jelas-jelas Kak Revalina. Dia udah berubah, Bu. Aku yakin kalau Ibu ketemu sama dia pasti Ibu baru percaya sama ucapanku, karena aku gak pernah mengada-ada. Apa yang aku lihat itu benar, tidak mungkin aku salah orang sedangkan selama ini aku hidup bersama dengannya." "Bukannya Ibu gak percaya sama kamu, Nak. Tapi apa yang kamu bicarakan ini adalah hal yang gak mungkin, Revalina adalah Kakak kam
Suasana pagi menyambut sepasang suami istri yang baru saja menuruni anak tangga secara bersamaan. Felix sengaja merangkul pinggang Revalina untuk menyembunyikan tangannya yang teluka. "Ya ampun kalian ini, masih pagi udah romantis-romantisan aja, bikin Mama iri." Vina mengawali pembicaraan. "Kalau gitu Mama punya suami lagi," usul Felix. "Nggak, Mama udah tua gini ngapain punya suami baru. Mama mau setia aja sama Papamu, gak ada yang bisa menggantikan posisi dia di hati Mama dan Mama yakin gak akan ada laki-laki seperti Papa kamu di dunia ini."Vina terlihat berkaca-kaca di netra Felix, ia ingin merangkul sang Ibu sebagai bentuk kasih sayangnya, tetapi tidak bisa karena pasti Vina akan melihat tangannya. Sejak tadi Felix mencoba menyembunyikan tangannya, tetapi Vina malah mengajaknya untuk sarapan tentu saja tangannya akan terlihat jelas. "Aku udah bawain bekal buat Felix, aku juga makan sama dia di kantor." Revalina menjawab berusaha menolak ajakan Vina secara baik-baik. "Lho ke
Revalina duduk di kursi sedangkan Felix tengah sibuk di kursi kerjanya dengan tangan yang terus bergerak menggunakan komputernya. Gadis itu duduk sambil berpikir, ia merasa suasana kantor tersebut tidaklah aman jika Raisa datang menemui Felix dengan sikapnya yang sangat menonjol seperti layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai. Jika apa yang dilakukan Raisa saat membongkar semua rencana yang telah disusun rapi dari awal, terus saja Revalina ada sangkut pautnya yang bisa kapan saja Vina menyeretnya dari rumah itu. Sesekali, gadis itu melihat ke arah suaminya yang masih sibuk. Revalina melangkah mendekati Felix setelah pria itu sempat berhenti dari kesibukannya. Ia terlihat lebih santai dari sebelumnya, sehingga Revalina memberanikan diri berdiri di samping meja kerjanya. "Kenapa?" tanya Felix tiba-tiba sebelum Revalina berkata apapun. "Maaf jika saya lancang, saya hanya menyarankan sebaiknya Mbak Raisa jangan datang ke sini kalaupun dia tetap ingin datang sebaiknya bersikap
Revalina bertemu dengan Santi di ambang pintu pagar rumah mewah milik Vina. Santi menanyakan kondisi Revalina yang tinggal di tempat tersebut, jauh dari keluarga ditambah mertuanya juga terlihat jahat di mata Santi. "Kamu pasti salah sangka, mertuaku itu baik banget. Dia gak pernah memarahiku sedikitpun," bela Revalina. "Tapi waktu di rumah sakit, dia itu tiba-tiba mengusirku padahal aku cuma mau jenguk kamu bukan membunuhmu." Menantunya tetap menutupi sikap Vina yang dilakukan pada Santi. Ia menjelaskan kalau Vina pasti sedang panik karena Revalina sakit, sehingga memarahi Santi tanpa sengaja. Mana mungkin Vina marah-marah pada Santi hanya karena mau menjenguk saja. "Ya mungkin aku yang salah, tapi apakah kamu nyaman tinggal di rumah ini?" tanyanya memastikan. "Apa yang membuatku tidak nyaman tinggal di sini? Aku di rumah ini seperti putrinya sendiri, ada banyak asisten rumah tangga yang mengerjakan tugasnya masing-masing, aku tidak perlu bekerja, aku bisa meminta bantuan pada s
Pagi sekali, Raisa sudah berada di depan pagar rumah Felix. Felix yang baru saja keluar diantarkan oleh Revalina sampai ambang pintu pun terkejut ketika melihat ada sosok kekasih hatinya di sana. Terlihat Raisa melambai-lambai tangannya pada pria tersebut. "Revalina, tolong saya minta kamu mengalihkan security di sana." "Untuk apa? Security tugasnya memang di sana, Pak." Felix berdecak kesal, Revalina selalu tidak memahami perintahnya dengan cepat. Ia menegaskan kalau saat ini ada Raisa datang, Revalina mengerti. Felix menemui kekasihnya, sedangkan Revalina membawakan sarapan untuk security, mengajaknya ke tempat lain. "Kamu ngapain sih ke sini?" tanya Felix tiba-tiba. "Kok kamu malah nanya kagak gitu, rumah ini sebentar lagi bakal jadi rumahku juga, jadi kenapa aku gak boleh datang ke sini?" "Bukannya gak boleh, tapi saat ini belum waktunya kamu berada di sini." "Apa salahnya kalau sekali-kali aku datang ke sini, mungkin ada waktunya juga aku bisa masuk ke rumah ini lagi." "A
Tiba-tiba, Vina menyuruh anak dan menantunya untuk pergi ke kantor. Felix menolak karena biasanya juga Revalina ada di rumah, ia membawanya ketika mau saja dan hari ini tidak ingin pergi bersama dengan wanita itu. Vina tidak mau mendengar alasan apapun dari mereka berdua, pokoknya Revalina harus menemani Felix di kantor. Tanpa bisa menolak, dua insan itu pun mengikuti perintahnya. Felix merasa selalu diatur sang Ibu, itu adalah hal yang tidak diinginkan olehnya. "Lebih baik Bapak turunin saya saja di sini, saya nunggu di taman depan sana saja." "Gak bisa, kamu harus tetap ikut. Saya tidak mau urusannya jadi rumit," tolak Felix. Pria itu merasa ibunya bisa kapan saya memantau lewat kaki tangannya. Akhirnya, Revalina dibawa ke kantor menunggu Felix bekerja. Ia merasa sangat bosan di tempat itu, tidak ada kegiatan apapun yang bisa dilakukan. Revalina menawarkan dirinya barangkali ada yang bisa dibantu olehnya, bukannya berterima kasih justru Felix malah menyepelekannya mana mungkin
Satu keluarga itu pun tiba di rumah Revalina, tetapi Revalina tidak ada di sana. Ia sudah pergi ke kota, tanpa bicara panjang lebar Felix langsung pergi mengejar Revalina. Dalam perjalanan ia sangat khawatir kalau gadis itu sudah pergi jauh sedangkan kedua orang tuanya pun tidak tahu di kota mana Revalina akan bekerja. Terlalu gegabah, Revalina menyetujuinya pekerjaan dengan cara mendaftarkan online padahal ia belum punya pengalaman tentang bekerja di luar kota. Felix turun di terminal bus, ia mencari-cari Revalina ke penjuru tempat tersebut. Ia naik turun bus yang berjejer di sana hanya untuk memastikan apakah Revalina ada di dalam sana? Felix sangat frustasi, Revalina tidak dapat ditemukan padahal ia sudah mencarinya. Ia melihat sosok gadis yang sangat mirip dengan Revalina, gadis itu naik bus yang akan melaju. Felix mengejar bus yang mau keluar dari terminal. "Revalina, tunggu." Felix terus mengulang kalimat tersebut sambil berlari. "Pak Felix," ucap Revalina membuat langkah pr
Kedua orang tuanya Raisa sangat terpukul dengan keadaan yang sudah menimpa gadis tersebut. Seharusnya Raisa mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi justru malah mendapat kebalikannya. Mereka telah melihat keadaan Raisa sekarang, hari demi hari gadis itu menjadi seperti bukan Raisa lagi. Sikapnya sangat berbeda, ketika mereka berdua datang ke kantor polisi untuk melihat kondisinya, keadaan Raisa menjadi semakin buruk. Ia menjadi gila, Raisa selalu tertawa senang katanya ia sudah menjadi orang kaya. Apa yang ia lakukan selama ini sudah ada hasilnya, ia kerap kali memeluk jerugi besi katanya ia sedang bersama dengan Felix. Orang tuanya sudah berusaha membuatnya sadar, tetapi Raisa malah menertawakan mereka berdua. Raisa dilarikan ke rumah sakit dikarenakan selalu berbuat gaduh akibat mentalnya yang sudah tidak sehat lagi. Ayah sambungnya marah pada istrinya dikarenakan Raisa menderita seperti sekarang akibat ulahnya. Jika saja Raisa tidak diajarkan untuk menjadi wanita pecinta hart
Vino mengajak Celine bertemu di kafe, ia membawa Santi ke sana. Celine heran mengapa Vino membawa wanita lain pun Santi juga merasa bingung karena Vino mengajaknya pergi keluar eh tahunya malah bertemu wanita lain. "Apakah dia saudaramu?" tanya Celine pada Vino.Vino mengatakan kalau Santi ini adalah kekasihnya, mereka saling mencintai hanya saja Vina malah menjodohkannya pada Celine. Santi terkejut membuatnya melotot pada Vino, di bawah meja kakinya diinjak membuat Santi berusaha untuk tersenyum. "Iya, kami sudah berpacaran sejak lama. Kami udah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Tante Vina menyetujui hubungan kita." Wanita itu merasa sangat bersalah karena sudah menerima perjodohan dari orang tuanya. Ia pikir Vino itu masih jomblo sehingga Celine menyanggupi perjodohan dengannya, jika saja sejak awal tahun kalau Vino punya pacar tentu ia pun tidak mau."Saya rasa, perjodohan kita sebaiknya dibatalkan saja." "Saya minta Celine karena gak jujur dari awal, saya hanya tidak m
Raisa kembali memantau Revalina dari jauh, ia berkata kali ini Revalina tidak akan selamat. Sudah tidak sabar untuk melihatnya mati mengenaskan. Raisa menghidupkan mesin kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi, Revalina hendak menyebrang sedangkan mobil tersebut melaju dengan cepat. "Revalina awasss," teriak Siska.Gadis itu berlari mendorong tubuh Revalina ke pinggir jalan membuatnya tersungkur. Siska terbujur kaku tidak berdaya dengan kepalanya banyak mengeluarkan darah. Revalina berteriak memanggil sang Kakak berlari ke arahnya. Dua sepeda motor mengejar mobil yang menabrak, Raisa kewalahan karena mereka tidak henti-henti mengejarnya. Raisa panik mobilnya menjadi kurang keseimbangan yang akhirnya menabrak pohon besar. Ia terluka di bagian jidatnya membuatnya tidak sadarkan diri. Banyak orang yang menolong Siska membawanya ke rumah sakit, begitupun dengan Raisa yang di bawa ke tempat yang sama. Revalina terus menangis minta Siska untuk bertahan, dokter melarangnya untuk masuk k
Dua insan duduk di bangku bawah pohon menikmati cuaca sore hari yang cerah. Vino bercerita kalau malam ini ia akan dijodohkan oleh Vina kemungkinan tidak akan bisa sering bertemu dengan Santi lagi walaupun untuk membicarakan soal Revalina dan Felix. Entah rasa apa yang kian menyelimuti Vino sehingga berat untuk menerima kenyataan itu, tetapi sudah menjadi konsekuensi karena tindakannya. Itu tidaklah masalah bagi Santi ya walaupun tidak akan sering bertemu lagi dengan Vino. Santi hanya minta Vino bisa memberikan pekerjaan yang layak untuk Revalina karena sangat dibutuhkan. Vino akan mengabulkan keinginan Santi, ia bisa membuat Revalina bekerja di tempat yang layak. Ketika malam tiba, Felix baru saja turun dari tangga melihat koki yang sudah ditugaskan di rumah tersebut sedang memasak. "Ada apa ini?" "Kita masak banyak malam ini, Pak. Kata Nyonya Vina akan ada tamu spesial," jawab salah satu di antara mereka. Penasaran, ia menanyakannya pada Vina yang hanya dijawab tunggu dan lihat
Revalina menjalankan aktivitasnya, ia pergi berjalan kaki untuk mencari pekerjaan. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup. Sejak kepergiannya dari rumah, Raisa memantau gadis tersebut. Ia tidak akan membiarkan hidup Revalina aman karena sudah merusak hidupnya. Revalina yang sedang berjalan kaki itu tiba-tiba saja ditabrak oleh seorang pria menggunakan sepeda motor. Revalina berhasil menghindar, tetapi kakinya malah keseleo. Orang-orang yang berada di sana menjadi emosi karena ulah pemotor yang melarikan diri. Raisa emosi karena ternyata orang suruhannya tidak berhasil membuat nyawa gadis itu melayang. Seharusnya Revalina mati saat itu juga di depan Raisa agar bisa disaksikan langsung betapa bahagianya Raisa jika Revalina tiada. "Kamu gak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang menolongnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya membantu Revalina untuk bangkit dari duduknya, Revalina menerima uluran tangan tersebut karena untuk berdiri ia sangat kepayahan. Kakinya yang sakit membu
Vino baru saja tiba di rumah, ia kesal pada Felix yang pergi tanpa memberitahunya. Felix itu bukan anak kecil yang kemana pergi harus Vino tahu. Namun, setidaknya jangan membuat Vino bingung. Felix tidak peduli, lagian untuk apa Vino mencarinya segala? "Untuk mendatangkan berkas, Lix." "Paling karena kamu mau tahu urusanku," tebak Felix. Pria itu hanya tersenyum saja, Felix menceritakan tentang Revalina yang sudah kembali ke tempat semula. Ia terkejut ternyata kepergian Felix hanya untuk Revalina sampai meninggalkan kantor. Itu artinya Felix tidak mau kehilangan Revalina. Ucapan Vino tidak diterima olehnya, Felix melakukan itu hanya karena tidak mau melihat mereka menderita karena ulah ibunya. Felix masih punya tanggung jawab untuk melindungi mereka karena kontrak tersebut darinya. Seharusnya jika karena masalah kontrak, Felix tidak perlu campur tangan ke dalam urusan pribadi Revalina karena sejak awal gadis itu yang melayangkan pernikahan kontrak. Ya itu benar, tetapi lebih awal
Andi baru saja pulang dengan raut wajahnya yang lesu, tiba-tiba istrinya melemparkan semua barang-barang milik Andi. Pria tersebut terkejut apa yang terjadi sehingga istrinya berbuat seperti itu? "Berikan kunci mobil!" "Ada apa ini, Ma? Apakah kita akan pindah rumah?" "Gak usah berlagak sok polos, aku udah kalau kamu selingkuh dan banyak memberikan barang-barang mewah sama perempuan lain, kan?!" "Itu gak benar, Ma!" Wanita itu tidak membutuhkan perkataan apapun yang membela Andi, ia menyuruh dua orang security untuk mengambil kunci mobil dengan paksa dan menyeretnya keluar. Andi minta mereka untuk tidak bersikap kasar pada majikannya, tetapi mereka tidak menggubris ucapan Andi. Wanita itu puas karena sudah melihat Andi memohon-mohon di luar rumah memintanya untuk mempertimbangkan semua, tetapi tidak ada yang wanita itu dengarkan darinya. Pintu pun ditutup rapat membuat Andi termenung melihat ke arah tersebut.Andi sudah tidak memiliki apapun, semuanya sudah sangat hancur dan ber
Seorang pria duduk terpaku di kursi sambil memandang cincin yang dilepas dari jarinya. Ia berpikir mungkin pernikahannya memang sudah berakhir seperti yang diharapkannya jauh-jauh hari. Namun, pernikahan berakhir diwaktu yang belum tepat. Felix bangkit dari duduknya kala seorang wanita mengetuk pintu ruang kerjanya. Wanita itu mengatakan ada seseorang mencarinya, memaksa ingin masuk kantor padahal tidak membuat janji sebelumnya. Wanita itu membuat keributan di luar kantor, ia tidak mau pergi walaupun sudah diusir. Dengan langkahnya yang cepat, Felix pergi untuk menemuinya, ia pikir mungkin saja orang itu adalah Revalina atau adiknya yang memberitahu di mana Revalina berada? "Siska," ucap Felix ketika dari jarak agak jauh melihat wanita tersebut. Felix mendekati wanita yang tangannya dipegangi oleh dua security itu, Siska dilepaskan karena perintah dari Felix. Siska tersenyum pada pria yang menjadi adiknya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Felix. "Ada hal penting yang ingin sa