Vina mengatakan pada anaknya bahwa mulai Sekar Felix harus memberikan makan dan semua keperluan untuk Revalina karena sedang sakit. Felix sangat keberatan dengan perintah tersebut karena memang ia tidak menyukai Revalina, ia bersamanya hanya karena kesepakatan saja. Namun, demi membuat ibunya percaya kalau dirinya sangat mencintai istrinya. Felix pun melakukan semua yang dibutuhkan oleh Revalina, Vina yang melihatnya pun sangat senang karena pada akhirnya Felix benar-benar telah melupakan Raisa. Akan tetapi, pada saat Vina pergi, Felix mengatakan pada Revalina kalau semua yang dilakukannya hanya untuk membuat Vina yakin pada dirinya saja. Revalina pun mengerti jika saja tidak diberitahu pun. "Tapi terima kasih walaupun Bapak melakukan semuanya demi Nyonya, tetap saja Bapak udah banyak bantuin saya." "Jangan menyia-nyiakan kebaikan saya, kamu harus mengikuti apa yang saya katakan. Saya tidak suka ketika kamu membantah," jelas Felix. Revalina mengakuinya kalau ia memang suka memban
Revalina melihat suaminya baru pulang dari kantor. Ia menunggu suaminya sejak tadi, setelah beberapa menit kemudian ketika Felix istirahat, Revalina mendekatinya membicarakan kalau sudah lama tidak mengajak Felicia jalan-jalan sebaiknya ketika libur tiba harus mengajaknya jalan-jalan. Felix melirik istrinya, ja pikir apa yang dikatakan oleh Revalina ada benarnya juga selama ini ia tidak mengajak Felicia bermain karena terlalu fokus terhadap masalahnya dengan Raisa. Revalina berkata kalau Felix harus bisa memberikan kasih sayang yang lebih besar untuk anaknya. "Kamu tahu apa tentang anak?" tanya Felix yang menyepelekan Revalina karena tidak mungkin tahu tentang mengurus anak. "Saya memang tidak mempunyai pengalaman dalam hal merawat anak, tapi saya tahu pasti apa yang dinginkan seorang anak. Bukan harta atau kedudukan lainnya, anak hanya ingin kasih sayang dari orang tuanya aja." Felix tahu dan mengakui kalau dalam berpikir Revalina jauh lebih dewasa daripada Raisa, padahal usianya
Sore hari, Revalina tengah menyaksikan suaminya yang sedang bertemu sang kekasih. Revalina duduk di bangku kafe yang ajak pojok lumayan jauh dari dua insan yang sedang berbincang-bincang. Felix sangat kesal karena sikap Revalina yang tidak bisa diajak kompromi, padahal sejak awal sudah sepakat membuat rencan tersebut, tetapi pada akhirnya malah bersikap tidak setuju. "Aku gak mau lihat kamu terlalu berlebih-lebihan sama perempuan itu, dia bukan aku. Kamu harus peduli hanya padaku, bukan dia!" "Aku gak pernah berlebihan, kamu aja yang pikirannya berlebihan. Kalau kamu terus-terusan kayak gini, lebih baik kita udahan aja!" Raisa terdiam, tentu ia tidak ingin hubungannya berkahir dengan Felix tanpa mendapatkan apapun. Terpaksa, Raisa meminta maaf dengan mengatakan kalau ia tidak akan mengulanginya lagi. Anggap saja itu sikap cemburu dari Raisa, bukan yang lainnya. "Lain kali aku gak mau lihat sikap kamu yang kayak anak-anak," tegas Felix. "Bukan apa-apa, tapi aku cuma gak mau kehila
Dalam perjalanan pulang, sesekali Felix berbicara sambil melihat ke arah belakang yang terdapat Istri dan anaknya. Felix menegur Felicia untuk tidak mengulangi hal ceroboh, bagaimana mungkin kabur dari rumah demi menemui Revalina yang tidak tahu kemana perginya. Jika tidak segera bertemu dengan keluarga, mungkin saja Felicia diculik orang jahat yang nantinya akan diberikan pendidikan yang buruk. Revalina angkat bicara, "Kasian Felicia, dia masih kecil gak tahu apa-apa." "Ya karena dia gak tahu apa-apa jadi mulai sekarang harus tahu, kalau tindakan itu sangat buruk." Gadis muda itu tahu betul kalau Felix pasti kesal bercampur khawatir terhadap anaknya, begitulah yang dirasakan sosok orang tua yang menyayangi anaknya, jelas tidak ingin terjadi hal-hal di luar dugaan. Hanya saja, bagi Revalina tidak seharusnya Felix terlalu memarahi anak itu karena Felicia belum mengerti apa-apa.Ponsel Felix tiba-tiba saja berbunyi karena Vina menghubunginya setelah tahu kalau Felicia tidak ada di ru
Seperti sebelumnya, kini Felix bertemu dengan Raisa yang didampingi oleh Revalina lagi. Bedanya, sekarang Felix ke kafe sedangkan Revalina ke butik yang berada di samping tempat itu. Felix tidak bisa membawa Revalina ke tempat yang ada Raisa karena kondisinya sekarang membawa Felicia. Felix memberikan alasan pada anaknya ingin pergi ke tempat kerja bertemu rekan kerja, namanya juga anak kecil tentu saja percaya apalagi pada ayahnya yang dipikirnya tidak pernah berbohong. Namun, Revalina tahu kebenarannya sehingga ia tidak bertanya apapun. Keadaan Felix saat ini seperti memiliki dua istri dan memiliki anak dari istri pertama, ia merasa sangat rumit dengan kondisinya ini. Raisa yang ditemui oleh Felix pun celingukan mencari keberadaan istri kekasihnya. "Apa kamu datang dengan seseorang?" tanya Felix penasaran. Raisa menghentikan aktivitasnya, "Tidak, lalu di mana Revalina?" "Kenapa kamu malah menanyakan dia di saat kita punya waktu berdua?" "Ya aku merasa kalau dia itu seperti ora
Revalina sedang merapikan merapikan pakaian, suaminya datang mengatakan kalau hari ini harus pergi keluar karena akan bertemu dengan Raisa untuk pendekatan dengan Felicia. Revalina sempat protes karena ditakutkan Felicia bisa saja tabu kalau Raisa itu adalah kekasihnya Felix. "Felicia memang udah ketemu sama Raisa dulu, tapi dia gak suka dan gak banyak ngobrol juga." "Ide yang bagus Bapak mau mendekatkan Felicia sama Mbak Raisa, tapi gimana kalau Felicia ngasih tahu ke Nyonya tentang pertemuannya dengan Mbak Raisa?" "Tugasmu hanya mengikuti apa yang saya perintahkan, jangan membantah ataupun memberikan banyak pertanyaan karena saya tidak suka pada orang banyak bicara!" Padahal, Revalina hanya ingin memastikan karena jika Felicia mengatakan segalanya pada Vina maka akan menjadi masalah yang tidak main-main, tetapi seolah-olah Felix tidak memikirkan masalah tersebut. Keduanya pun menuruni anak tangga berjumpa dengan Vina yang tengah bersama Felicia. Felicia sudah siap untuk pergi be
Ada rasa tidak nyaman di benak Felix, sehingga melepaskan lengannya dari pinggang Raisa terus mendekatinya menjadi semakin dekat. Ia menarik lengan wanita itu menjauh dari keberadaan istri dan anaknya. Felicia bertanya-tanya tentang ada apa di antara mereka berdua, terpaksa Revalina harus berbohong demi reputasi Felix yang bisa saja tersebar lewat Felicia. "Sayang, Papa sama Tante itu kayaknya lagi ada masalah, mending kita tunggu di bangku ini aja sambil makan es krim, di sana ada yang jualan es krim tu, Mama beliin yang paling enak."Anak itu menurut ikut dengan Revalina yang membeli makanan tersebut di sana, Felicia menikmatinya sambil duduk di bangku bercat cokelat bersama Ibu tirinya. Sedangkan, Felix sedang menegur Raisa untuk tidak bersikap kelewatan ketika di hadapan mereka berdua. "Mereka berdua? Jadi kamu gak mau kemesraan kita dilihat oleh Revalina bukan hanya Felicia, benar?" "Ya aku gak enak aja, sedangkan mereka ngeliatin kita gitu." "Apa salahnya? Revalina itu cuma
Felix menegur Revalina karena seharusnya kalau mau masuk kamar mengetuk pintu. Revalina pun tidak mau kalah, tentu saja ia berkata biasanya juga satu kamar, seharusnya Felix ingat tentang hal itu. "Jadi maksudmu saya yang salah?" "Ya bisa dibilang itu, kan Bapak tahu sendiri kalau saya juga di ruangan yang sama." "Saya pikir kamu masih di taman," kilah Felix. Revalina hanya mengangkat sebelah alisnya saja, lalu membuntuti Felix yang sedang bercermin sambil menyisir rambutnya. Felix menghentikan kegiatannya melihat Revalina di belakangnya dari cermin tersebut. "Ngapain di situ? Sana keluar," titahnya. "Saya mau bicara," jawabnya. "Tinggal bicara aja gak usah banyak basa-basi." Wanita muda itu menghela nafasnya, ia pikir siapa juga yang sedang basa-basi? Felix memang terkesan aneh ketika sikapnya sensitif seperti itu. Revalina meminta Felix untuk tidak memecat pembantu tadi yang bertabrakan dengannya, tetapi justru Felix berkata kalau Revalina tidak mempunyai hak untuk itu. "Sa