Mungkin Alexandra tidak menyadari jika suaminya memang posesif dan protektif. Selama ini dia hanya menganggap Christian melindunginya karena kepentingan pribadinya. Sebab Alexandra adalah sasaran kelemahan Christian.
Tak ingin terus berada di kamar, Alexandra turun ke lantai satu menuju dapur. Dia melihat pelayan yang sudah puluhan tahun ikut dengan keluarga Davendra sedang menyiapkan makanan untuk makan malam.“Biar aku bantu, Bi.”“Iya, Nona.” Wanita paruh baya itu tidak menolak. Keduanya dulu memang sering berkutat di dapur bersama.“Sudah lama kita tidak masak bersama ya Non.” Ujar wanita yang biasa dipanggil Bibi itu.“Iya, Bi. Aku rindu padamu. Pada masakan Bibi juga,” ujar Alexandra.“Bibi juga rindu, Non Alexa. Boleh Bibi peluk sebentar?”Kedua wanita berbeda generasi itu saling berpelukan mencurahkan rindu. Alexandra sudah menganggap bibi itu seperti ibunya sendiri.Bibi selalu ada tatkala Alexandra meMentari pagi mulai menyusup melalui sela-sela gorden, Alexandra membuka mata perlahan.Pandangannya langsung tertuju pada wajah tampan suaminya. Alexandra tak melakukan gerakan sedikit pun agar tidak membangunkan pria itu, dia juga bisa nikmati wajah tampan itu dengan sesuka hati.Alexandra teringat kejadian tadi malam, bisa-bisanya dia bereaksi berlebihan seperti itu. Alexandra pun tersenyum.Tidak biasanya Christian tidak bereaksi saat dia terus memandang wajah yang teduh kala tertidur itu.Alexandra perlahan mengangkat tangan suaminya dari atas tubuhnya, lalu turun dari atas ranjang menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka.Entah apa yang terjadi, tidak biasanya Christian tidak terusik dengan pergerakan Alexandra.Sampai Alexandra keluar dari kamar mandi Christian masih dengan posisi semula.Alexandra keluar dari kamarnya, sepi tak ada siapa pun. Gegas Alexandra turun ke lantai satu kemudian menuju dapur.
Tentu saja Alexandra mengangguk setuju dan tersenyum. “Aku juga hanya memanggilnya, Pa,” kata Alexandra.Sebenarnya Christian tidak biasa makan sambil mengobrol, karena di dalam keluarganya hal itu tidak diperbolehkan kecuali dalam perjamuan besar seperti makan malam waktu itu.Tapi, setelah sering melakukan hal itu bersama dengan Alexandra, Christian baru menyadari jika menyantap makanan sembari bercengkrama terasa lebih hangat.Kapan lagi waktu untuk keluarga bisa bercengkrama jika bukan saat makan, sebab semua sibuk dengan kesibukan masing-masing, tidak ada waktu berkumpul hanya untuk mengobrol.“Bagaimana dengan perkembangan perusahaan, Papa?” tanya Christian.“Sudah jauh lebih baik, Chris. Terima kasih atas bantuannya.”“Aku tidak melakukan apapun, Papa tak perlu sungkan.”Usai menghabiskan sarapan mereka, masing-masing berpamitan berangkat ke kantor.“Apa nanti malam kamu akan menginap lagi, Tian
Alexandra menelan salivanya dengan susah payah, entah mengapa pertanyaan dari suaminya terasa berat. Dia harus memilih antara Christian atau Fiona.Jika memilih Fiona, Alexandra takut Christian akan marah, terlebih pria itu sudah jauh-jauh datang ke mari untuk bisa bersamanya.Jika memilih Christian, Alexandra merasa tidak enak pada Fiona, apalagi ini adalah momen pertama mereka bisa bersama menginap di rumahnya.Alexandra memandang Christian dan Fiona secara pergantian.“Apa kamu akan marah jika aku memilih untuk bersama Fiona malam ini?” tanya Alexandra pada suaminya.Meskipun itu barulah sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Alexandra kepada Christian, tapi Fiona tersenyum penuh kemenangan.Christian hanya menatap datar kepada Alexandra, tatapan itu mengisyaratkan jika dia tidak setuju jika Alexandra lebih memilih bersama Fiona.“Malam ini kamu temani Papa main catur saja, Chris,” ajak Harry.Pandangan Christian pun berpindah kepada ayah mertuanya.“Baiklah kalau begitu, dengan s
Alexandra tersadar dari lamunannya karena mendengar pertanyaan dari Christian.Alexandra menggeleng, kemudian menjawab, "tidak ada, Tian. Sekali lagi selamat!" Christian pun menatap ekspresi wajah Alexandra yang terlihat sendu meski tersenyum.“Bagaimana kalau kita merayakan keberhasilan kita nanti malam?"Alexandra tersenyum lalu mengangguk, "ayo!" jawabnya singkat.Tak ingin kembali larut dalam pikirannya Alexandra mengubah topik pembicaraan yang lain.Karena jalanan yang cukup padat di pagi hari, mereka sampai di apartemen lebih lambat dari perkiraan.“Maafkan aku, Sayang. Beberapa hari ini merepotkanmu. Kamu harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk sampai di kantor. Ditambah sepertinya kamu akan terlambat sampai di kantor hari ini.”“Tidak masalah, karena aku pemilik perusahaan,” balas Christian. Alexandra lagi-lagi tersenyum. Senyum yang kaku.Wanita itu turun dari mobil mewah suaminya, lalu melambaikan tangan sebelum mobil itu kembali melaju. Pandangan Alexandra terus tertuju
“Astaga!”Lisa menepuk keningnya, mengapa dia mendadak jadi bodoh. Lisa pun merutuki dirinya sendiri.Anna segera menghubungi rekan-rekannya kawanan burung, untuk menanyakan keberadaan Alexandra.Hal itu pun otomatis langsung sampai ke telinga Christian. Baru saja Anna menghubungi para burung, ponselnya berdering memekakkan telinga.“Pak Chris!” Seru Anna seraya menunjukkan layar ponselnya pada Lisa dengan wajah menahan kesal.“Bagaimana ini?” tanya Lisa.Anna berdecak kesal karena Lisa sungguh menyebalkan. Dia orang pilihan tapi sikapnya sungguh tidak profesional.Setelah menarik nafas panjang, Anna menjawab panggilan tersebut.“Halo, Pak!”“Anna, di mana Alexandra?” Anna memejamkan mata seraya meringis, menandakan jika dirinya merasa khawatir akan amukan pria yang sedang menelponnya.“Anna!” Bentak Christian dari seberang sana.“Nona Alexandra tiba-tiba tidak ada di apartemen, Pak,” jawab Anna.“Apa saja yang kalian kerjakan sampai tidak bisa bekerja dengan benar? Tidak becus!” Sua
Anna yang berada di belakang Alexandra langsung bersiaga, jangan sampai terjadi sesuatu pada Alexandra.Pandangan Charlotte perpindahan pada Anna, lalu tersenyum sinis.“Kamu pikir akan aku apakan majikanmu sampai kamu bersikap siaga seperti itu?” Charlotte menghardik Anna.“Maafkan saya, Nyonya Lotte. Saya hanya menjalankan tugas,” jawab Anna.“Jaga sopan santunmu padaku, dasar anjing peliharaan Chris!” Sakras Charlotte.Alexandra mengepalkan tangannya, dia tidak terima jika Anna dikatakan sebagai anjing peliharaan.“Maaf, Nyonya Charlotte. Sepertinya Anda terlalu berlebihan mengatakan hal seperti itu pada Anna,” kata Alexandra membela Anna.Anna pun terkejut mendengar Alexandra membelanya, padahal sudah hal biasa dirinya mendapat perlakuan ataupun disebut anjing peliharaan oleh anggota keluarga Hoover.Anna memegang tangan Alexandra dan menggeleng, agar wanita itu tidak membelanya sebab bisa menjadi masa
Christian menoleh, namun tak menjawab pertanyaan dari kakaknya, kemudian berlalu meninggalkan butik dan juga salon tersebut. Sampai di dalam mobil raut wajah Christian berubah lebih dingin, pandangan yang seperti penuh kasih sayang di depan kedua kakaknya telah sirna.Untuk apa Alexandra terbawa perasaan, bukankah memang seperti itu adanya, sejak awal mereka memang sepakat untuk bersandiwara di depan keluarga Hoover.Alexandra menarik nafas pelan, untuk mengisi rongga dadanya yang terasa sesak, kemudian menghembuskannya perlahan.Berbeda dengan pemikiran Alexandra, Christian bersikap dingin karena kesalahan yang wanita itu lakukan.Hening! Baik Alexandra maupun Christian sibuk dengan pemikirannya masing-masing.Tak terasa menit demi menit berlalu, banyak tempat yang sudah mereka lewati, tapi tempat tujuan tak juga sampai.“Tian!” Alexandra memanggil suaminya.Pria itu hanya berdehem untuk menanggapi s
Lisa memperhatikan penampilan Alexandra, Wanita itu sudah menggunakan piyama. Semalam saat kembali ke apartemen Alexandra masih menggunakan gaunnya.Lisa pun menggalang, lalu menjawab, “bukan saya, Nona, sepertinya Pak Chris yang melakukannya.”Alexandra semakin merasa bersalah pada suaminya.Alexandra bergegas masuk ke dalam kamarnya, lalu mencari tas yang dia pakai semalam untuk mengambil ponselnya.Dia membuka benda pipih itu berharap ada jejak yang Christian kirim namun hasilnya nihil. Alexandra menghembuskan nafas kasar kemudian melakukan panggilan pada nomor telepon Christian.Panggilan itu akhirnya berakhir dengan sendirinya karena tidak mendapat jawaban dari seberang sana.Alexandra memilih meletakkan ponselnya di atas nakas seraya mengisi daya. Dia kembali ke luar dan membantu Lisa di dapur.“Pagi ini aku ada janji dengan seseorang di taman yang tak jauh dari kampusku, Lisa.”Lisa langsung menoleh ke arah Alexandra.“Kenapa jauh sekali, Nona? Dengan siapa kamu akan bertemu?”
Gagal sudah rencana Alexandra untuk pulang ke rumahnya dan juga berpesta bersama Fiona. Terlihat jelas dalam guratan wajah wanita itu jika saat ini dia sedang kesal.“Apa seperti itu wajah yang seharusnya kamu tunjukkan pada suamimu setelah lima tahun tidak bertemu!” protes Christian. Alexandra hanya diam dan melirik pada pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Pria itu sibuk menyiapkan minuman di dalam Limousine mewahnya.Tak ubahnya dengan sang ibu, Aldrich pun berwajah tak bersahabat, tangannya menyilang di dada dan menatap ayahnya dengan tajam sama persis seperti Christian.Kini Aldrich ingat jika pria tampan berwajah tegas itu adalah pria sukses yang ada di televisi, yang membuat ibunya bahkan tidak berkedip memandangnya, namun ketika di dalam kesunyian ibunya menangis karena teringat dengan pria itu.Pria itu juga yang fotonya berada dalam dompet kesayangan ibunya. Aldrich tahu karena pernah sengaja mencari tahu tentang ayahnya.Alexandra bukan tak pernah memberi tahu se
Lima tahun kemudian. Alexandra dapat melewati waktu lima tahun ini hidup bertiga dengan ayah dan juga anaknya. Pria kecil yang tampan, lincah, dan juga cerdas itu dia beri nama Aldrich Tian. Aldrich yang artinya laki-laki bangsawan yang berkarakter dan berbudi luhur, sedangkan Tian diambil dari penggalan nama ayahnya, Christian. Lima tahun yang lalu Alexandra dan ayahnya memutuskan untuk meninggalkan kota itu dan memilih menetap di kota tanah kelahiran sang ayah. Meninggalkan semua kenangan pahit yang pernah mereka lalui, memulai hidup baru dan juga bisnis baru di tempat tinggal yang baru. Lima tahun berlalu Alexandra dan Aldrich baru saja menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi. Alexandra akan menghadiri sebuah pertemuan besar dalam dunia bisnis, perusahaannya masuk dalam undangan khusus di acara tersebut. “Jadi ini kota kelahiranmu, Ma? Lebih semrawut dari dugaanku,” kata Aldrich. Alexandra membulatkan mata. “Kamu berkomentar terlalu pedas Al, jangan sampai orang l
Alexandra akhirnya membuka suara dengan sebuah pertanyaan.Christian tersenyum samar mendengar pertanyaan dari istrinya itu.“Kita bahas itu besok saja, kita tidak perlu buru-buru. Silakan kamu coba susu almond buatanku, kalau enak aku akan rajin buatkan untukmu.”Alexandra menghela nafas pelan, kemudian mengambil gelas yang berisi susu almond itu. Aromanya sungguh menggoda.Alexandra menyeruput susu tersebut, rasanya sangat segar berbeda dengan susu hamil pada umumnya yang membuat eneg.Sedangkan Christian menatap Alexandra dengan antusias menunggu wanita itu berkomentar.“Bagaimana rasanya?”“Enak,” jawab Alexandra singkat.“Kamu suka?” Alexandra hanya mengangguk dengan senyuman setipis tisu.“Baiklah aku akan rajin membuatkannya untuk,” seru Christian.Alexandra tersenyum tipis kemudian kembali meminum susu itu lagi.“Setelah ini kita makan malam, aku sudah buatkan sup salmon untukmu.”Mereka menikmati makan malam bersama dengan menu spesial buatan Christian.Bagaimana Alexandra ti
Seraya menggiring Alexandra ke mobil, Christian menghubungi seseorang.“Dave, berhentilah bermain-main, dia sudah bersamaku sekarang!” titah Christian.“Tanggung, Tuan. Aku ingin sedikit membuatnya tergores,” balas Dave.“Terserah kamu saja!” Christian langsung memutus panggilan tersebut.Di dalam mobil mewah itu begitu sunyi, baik Alexandra maupun Christian tak ada yang membuka suara.Alexandra tidak tahu akan dibawa ke mana yang dia tahu jalan itu tidak menuju ke apartemen Christian.Sedangkan Christian mati-matian menahan diri agar tidak kelepasan, dia ingin sekali memeluk Alexandra, mengucapkan kata rindu, mengecup bibirnya, dan juga menyapa janin dalam kandungan Alexandra, tapi egonya masih begitu tinggi.Setelah melewati perjalanan yang cukup memakan waktu, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua yang berada di dekat pantai.Saat keluar dari mobil Alexandra bisa mencium aroma pantai yang khas. Alexandra menghentikan langkah kemudian menghirup dalam-dalam udara d
David menyeringai, dengan sigap dia menghalau tangan Dave, sebuah tembakan melayang entah ke mana.Doorrr!!!Buuugghhh!!!Satu sikutan keras menghujam tepat perut Dave. “Uugghhh!!!”David langsung mengambil alih senjata itu dari tangan Dave.Dave memang ahli dengan senjata api, tapi tak setangkas David dengan tangan kosongnya.“Jangan membuat keributan, Dave. Aku sedang tidak ingin meladenimu!” David mengulang kalimatnya memberi penegasan.Dave meringis, serangan David ternyata cukup kuat, beberapa saat kemudian Dave menegakkan tubuhnya dan bertepuk tangan pelan.“Hebat! Kecepatanmu memang tidak ada tandingannya!” puji Dave.“Ayo kita sedikit bermain-main, aku sudah menantikan pertarungan ini sejak lama!” ungkap Dave.“Tidak denganku, Dave! Aku tidak memiliki banyak waktu,” David langsung masuk ke dalam mobil dan memacu kendaraannya menuju ke rumahnya.Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak, David merasa Dave datang hanya ingin mengulur waktunya saja. Dalam perjalanan David
David masuk ke dalam ruang rawat inap Alexandra dengan membawa makanan kesukaan Alexandra seperti biasanya.“Aku ada kabar gembira untukmu!” Ucap David pada Alexandra.“Apa itu?”“Jika sore ini hasil pemeriksaanmu bagus semua, dini hari kita bisa keluar dari sini.”“Benarkah?” tanya Alexandra dengan wajah semringah.“Tentu saja, aku tidak pernah berbohong padamu. Tapi….” David menjeda ucapannya.“Tapi apa?”“Tapi aku butuh tahu persiapanmu.”“Persiapan?” tanya Alexandra bingung.“Iya, persiapan. Cepat atau lambat Christian pasti akan menemukan kita. Aku ingin kamu juga bersiap secara fisik dan mental jika tiba-tiba dia menemukan kita, terutama kamu. Aku sendiri tidak yakin akan bisa melindungimu sepenuhnya kali ini,” jujur David.David sendiri juga sedang mempersiapkan diri andai saja Christian melakukan serangan. “Iya, aku sudah mempersiapkan diri, David. Kamu tak perlu khawatir. Justru aku mengkhawatirkanmu, dia orang yang tidak memiliki hati, aku takut gara-gara aku, kamu send
Christian menyeringai mendengar ucapan ayah mertuanya.“Benar Ayah Mertua, aku memang tidak butuh perusahaanmu itu. Kalau begitu jaminkan saja nyawa Anda,” ucap Christian dengan dingin dan tanpa belas kasih.“A-apa?” Harry Davendra pun terkejut. Isi tempurung kelapanya baru saja berpikir seperti itu, lalu pria mengerikan di depannya ini berkata hal yang sama.“Apa Anda tuli?” Christian pun berdiri tanpa menunggu jawaban dari ayah mertuanya, kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membawa Harry dengan paksa.Harry tak bisa berbuat apa-apa, memangnya dia bisa berbuat apa? Dalam hati Harry hanya bisa berdoa semoga Alexandra dalam keadaan baik-baik saja setelah ini.Bisa dikatakan hidupnya begitu sial bisa berurusan dengan Christian Hoover.Harry digelandang keluar dari rumahnya.“Tuan Christian, Anda tidak bisa membawa ….”Belum sempat anak buah David itu selesai bicara sebuah tembakan melesat ke tubuh itu. “Merepotkan sekali!” kesal Christian.Sedangkan tubuh Harry mulai gemetar,
Mendengar panggilan Anna, David pun menghentikan langkahnya dan menoleh.“Ya?”“Kembalilah dengan selamat. Melawan Pak Chris dan Tuan Dave pasti tidak akan mudah,” pesan Anna dengan nada khawatir.“Kamu tak perlu khawatir. Aku tidak akan bertengkar dengan mereka,” balas David lalu kembali melanjutkan langkahnya.“Sayangnya aku tak percaya ucapanmu, Tuan David,” gumam Anna. Lalu masuk ke dalam kamar inap Alexandra.“Anna!”“Ya, Nona?”“Apa David akan baik-baik saja karena melindungiku?” tanya Alexandra dengan nada khawatir. Baik Christian dan David sama-sama manusia tidak mempunyai hati, bedanya Christian masih memiliki kekuatan yang lain, sedangkan David tidak.“Percaya pada Tuan David, Nona. Dia pasti akan baik-baik saja,” Anna mencoba menenangkan Alexandra, kendati dirinya sendiri tidak yakin.“Aku hanya tidak ingin ada pertumpahan darah di antara mereka. Mereka adalah partner dan juga sahabat, aku tidak ingin hanya karena wanita sepertiku mereka terpecah belah,” ujar Alexandra.An
“Aaarrggghhh!!!!” Christian mengerang kesal. Dia meluapkan emosi dengan meluluh lantakkan kamar itu.“Brengsek! Bajingan! David sialan!” Maki Christian.“Alexandra, jadi kamu lebih memilih bersama David setelah mengetahui semua fakta yang ada? Hahahah!” Christian tertawa frustasi.“Hanya orang bodoh yang tetap mau bersama orang yang telah membunuh ibu kandungnya sendiri, ya, orang bodoh. Kamu harus sadar diri Christian, lihatlah semua ini akibat dari ulahmu sendiri,” Christian bermonolog setelah memporak-porandakan kamar tersebut.“Alexandra!” gumam Christian.“Aku ingin menjadi orang egois yang ingin terus bersamamu walaupun kamu tak akan pernah memaafkanku. Sungguh aku mencintaimu, Alexandra!” Monolog Christian lagi kemudian tertawa seperti orang gila.Ya, Christian telah gila. Gila karena kebenciannya telah berbalik arah menjadi cinta, dan sebaliknya untuk Alexandra.Menyesal? Tentu saja dia menyesal, andai dia tahu lebih awal, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Dari mana Davi