Home / Romansa / Istri Jaminan sang Konglomerat / Bab 5 Panggilan Sayang

Share

Bab 5 Panggilan Sayang

Author: Lemongrass
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Alexandra bingung, mengapa suaminya memberinya kartu platinum itu padanya, padahal uang bulanan sudah di transfer.

"Untuk belanja, jika kamu butuh apa-apa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pakai saja."

Dengan sedikit canggung, Alexandra menerima kartu ATM beserta kertas yang berisi pin tersebut.

Christian menyodorkan ponsel canggihnya, lalu berkata, "Catat nomormu di ponsel itu."

Alexandra mengambil ponsel tersebut lalu mengetikkan nomor dan juga namanya serta menyimpannya.

"Silakan, Tuan."

Christian memeriksa nomor tersebut, lalu melakukan panggilan.

"Itu nomorku, simpan nomorku baik-baik."

"Baik, Tuan."

"Lalu, berhentilah memanggilku dengan sebutan Tuan. Kamu istriku bukan pembantuku."

"Hhmm …," Alexandra menjeda kalimatnya, "saya harus memanggil Anda apa?"

"Sayang, Honey, Baby, Darling. Memangnya kamu tak pernah pacaran, sampai tak tahu sebutan untuk sepasang kekasih?" 

Alexandra menggeleng lemah. Dia memang tak pernah berpacaran, hari-harinya hanya dipenuhi dengan belajar dan pekerjaan rumah.

Christian mendengus, tapi dia cukup senang, karena ciuman tadi pagi memang yang pertama untuk Alexandra.

"Berhenti juga menggunakan bahasa formal, aku-kamu sepertinya lebih baik."

"Baik …." Kalimat Alexandra terhenti, bingung ingin mengucapkan panggilan apa untuk mengganti kata Tuan.

Christian melirik pada istrinya, sejujurnya dia menanti panggilan apa yang akan disematkan padanya.

Pada akhirnya Alexandra hanya diam tak meneruskan kalimatnya.

"Tunggulah di sini. Nanti David akan menjemputmu. Kamu masih ingat wajah dia, bukan? Pria yang menjemputmu."

"Iya, Mas." 

Christian tersenyum tipis nyaris tak terlihat.

'Mas? Tidak terlalu buruk,' gumamnya dalam hati.

Christian bergegas menuju ke kantornya, setelah menghubungi Alvin. 

"Alvin, kenapa kamu membiarkan Alexandra masuk ke dalam kamarku?" tanya Christian, saat keduanya sedang berada dalam perjalanan menuju ke kantor.

Alvin mengernyitkan keningnya.

"Kenapa ekspresimu seperti itu?" geram Christian.

"Bukan aku yang mengantarmu pulang, Pak. Tapi Nona Erinna."

"Apa? Kenapa kamu mengizinkan wanita itu mengantarkanku? Dasar bodoh."

"Maafkan aku, Pak. Nona Erinna memaksa."

Christian mengerang kesal, ada sedikit rasa bersalah pada Alexandra di dalam hatinya.

"Lain kali jangan biarkan wanita itu menyentuhku, Alvin."

"Maksud Bapak siapa? Nyonya Alexandra atau Nona Erinna?"

Christian berdecak kesal, tapi tak memberi jawaban. Alvin jelas tahu jawabannya adalah Erinna, tapi masih saja menggodanya.

Pukul 9.00 pagi, bel pintu apartemen berbunyi, David dan salah satu anak buahnya sudah menjemput. Pria itu sama dinginnya dengan Christian, matanya bahkan lebih tajam.

'Aku tidak akan kabur, kenapa harus dikawal seperti ini,' monolog Alexandra dalam hati.

Sepanjang perjalanan Alexandra hanya diam. Setelah melalui kurang lebih 1 jam perjalanan, akhirnya Alexandra sampai di rumah sang Ayah.

Alexandra menatap bangunan dua lantai itu dengan mata berkaca, tak menyangka jika dia harus pergi dari rumah peninggalan ibunya, dengan cara yang tak biasa.

"Ma, aku merindukanmu," gumam Alexandra sebelum akhirnya melangkah menuju ke pintu utama.

Alexandra memasuki rumah itu seperti biasa, namun tiba-tiba terdengar suara Astari membuatnya menghentikan langkah.

"Dasar tidak tahu sopan santun, masuk ke dalam rumah orang tanpa permisi."

Alexandra menarik nafas perlahan, lalu menghembuskanya.

Alexandra menoleh pada ibu tirinya lalu memutar tubuhnya.

"Maaf, Bu. Bukankah aku masih anggota keluarga ini, jadi aku pikir aku bisa masuk seperti biasa," balas Alexandra.

"Kamu sudah tak ada hak untuk datang ke rumah ini, apalagi datang dengan sesuka hatimu," ketus Astari.

Alexandra kembali menarik nafas sebelum mengeluarkan kata.

"Mungkin Ibu lupa, rumah ini adalah rumah peninggalan Mamaku. Aku adalah satu-satunya orang yang memiliki hak atas rumah ini. Jangan lupa bahkan surat rumah ini ada di tangan suamiku," balas Alexandra. Ini pertama kalinya Alexandra sedikit meninggikan suara pada ibu tirinya.

"Sombong sekali kamu sekarang! Mentang-mentang sudah menjadi Nyonya besar, harusnya bukan kamu yang menjadi istri–"

"Ibu pikir Tuan Christian membawaku untuk dijadikan budak? Ibu menyesal, kenapa tidak Nikita saja yang menjadi tumbal dan menikah dengannya?" Alexandra memotong perkataan ibu tirinya.

Selama lima belas tahun hidup bersama Astari, ini kali pertamanya Alexandra melawan. Dia hanya merasa sekarang dia memiliki pendukung. Tidak masalah 'kan jika dia berharap Christian akan mendukungnya?

"Berani kamu, hah?" Astari mengangkat tangannya, mengarahkan tamparan ke arah Alexandra.

"Apa yang kamu lakukan pada anakku, Astari?" 

Harry mencekal tangan istrinya dari belakang. David pun menghentikan langkahnya.

David yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya dari ambang pintu pun merasa lega sebab Alexandra tak terkena tamparan. Jika itu terjadi, akan tamat riwayat Astari yang telah berani menyentuh istri seorang Christian Hoover.

"Papa?" Wanita itu mengira, suaminya telah pergi bekerja.

Harry menatap tajam pada istrinya, lalu menggeleng lemah. Dulu Harry hanya diam saja jika Alexandra diperlakukan semena-mena, tapi sekarang, meski untuk terakhir kalinya dia ingin berada di pihak anak kandungannya.

"Jadi seperti ini yang kamu lakukan pada anakku, jika aku tak ada?"

Astari terlihat gugup, kemudian menjelaskan jika itu hanya kesalahpahaman. Tapi, ayah kandung Alexandra itu tak begitu saja percaya, karena Harry melihat interaksi keduanya sejak tadi.

"Papa, aku ingin mengambil beberapa barangku," Alexandra menyela pertengkaran ayah dan juga ibu tirinya.

Alexandra hanya tak ingin dipersalahkan, sebagai penyebab pertengkaran mereka. Lagi pula, Christian sudah berpesan untuk tidak berlama-lama berada di rumah ini.

"Tadi Tuan Christian sudah memberi tahu Papa, jika kamu akan datang, jadi papa sudah meletakkan beberapa buku yang kamu butuhkan ke dalam kardus," ujar Harry seraya mengajak anaknya berjalan menuju kamarnya.

Tanpa perintah ataupun persetujuan, David dan anak buahnya mengikuti langkah ayah dan anak itu.

"Apa Tuan Christian memperlakukanmu dengan baik?" 

"Tentu saja, Pa. Papa tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja di sana."

Harry membuka pintu kamar anaknya. Alexandra mengambil koper dan menata beberapa pakaiannya.

"Maafkan Papa, Alexa. Selama ini Papa menutup mata tentang perlakuan ibu tirimu padamu." Alexandra menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Ini sudah sangat terlambat, Pa. Aku sudah terlalu lama menunggu Papa agar melihat ke arahku walau hanya sekejap saja," ucap Alexandra. Suaranya terdengar sengau menahan tangis.

Baik Alexandra maupun Harry terdiam, mereka menetralkan rasa yang ada di dalam dada masing-masing.

"Papa berharap kehidupanmu bersama Tuan Christian akan lebih baik." Netra pria paruh baya itu terlihat berkaca.

'Semoga semuanya sesuai dengan harapanmu, Pa. Meski aku sendiri tidak yakin, aku akan jalani hidup ini dengan sebaik mungkin,' monolog Alexandra dalam hati.

"Nyonya, kita harus segera kembali," suara David memecah keheningan antara ayah dan anak itu.

"Baiklah, Pa. Aku harus segera kembali. Jaga dirimu baik-baik, aku sangat menyayangimu, jika ada apa-apa segera kabari aku," ucap Alexandra, lalu memeluk ayahnya.

David dan anak buahnya membantu membawa barang yang masih ada di kamar.

Alexandra menuruni tangga dengan menggandeng pria, cinta pertamanya itu. 

Di lantai bawah Astari sama sekali tak terlihat batang hidungnya, Alexandra tak ingin mencari atau sekedar basa-basi pada wanita itu.

"Hati-hati di jalan, Nak."

Harry memeluk dan mengecup kening anak gadisnya.

Alexandra melambaikan tangan pada ayahnya sebelum mobil meninggalkan rumah tersebut.

Related chapters

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 6 Makan Siang Bersama

    Hening kembali menyeruak, Alexandra memandang keluar jendela mobil dengan berpangku tangan.Dari spion tengah David mengintip kondisi Alexandra, memastikan bahwa istri bosnya itu dalam keadaan baik-baik saja.Mobil melesat membelah jalanan yang cukup lengang, entah berapa lama berada di jalanan, hingga mereka telah tiba di sebuah restoran."Nyonya, kita telah sampai." David mencoba membangunkan Alexandra yang tertidur.Alexandra membuka mata, lalu menggapai sisa-sisa kesadarannya."Di mana kita?" Alexandra bingung, sebab saat ini dirinya tak berada di apartemen."Pak Chris meminta Anda untuk makan siang bersama, Nyonya. Mari saya akan mengantar Anda ke dalam."Alexandra berjalan mengikuti David, pria itu mempersilakan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan privat. Di sana masih kosong, tak ada siapapun."Silakan tunggu sebentar, Nyonya. Pak Christian sedang dalam perjalanan." Alexandra tersenyum lalu mengangguk dan mengucapkan terima kasih.Alexandra berjalan menuju jendela, pandangann

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 7 Kunjungan Ibu Mertua

    Nyonya Amanda memandang remeh pada Alexandra."Itu adalah surat pernyataan yang harus kamu tanda tangani. Pergilah dari kehidupan Christian sekarang juga dan jangan pernah muncul lagi di depannya. Sebagai gantinya aku akan memberimu banyak uang, kamu tak akan kesulitan untuk memenuhi biaya hidupmu."Alexandra terperangah mendengar ucapan ibu mertuanya. Dia tidak menyangka jika ibu mertuanya akan begitu merendahkannya. Jika memang ibu mertuanya tidak setuju dengan pernikahan itu, kenapa tidak datang lebih awal sebelum pernikahan itu terjadi, itulah yang ada dalam pikiran Alexandra saat ini.Nyonya Amanda mengambil sebuah kertas cek dari dalam tasnya."Berapa yang kamu inginkan? Satu Milyar, dua milyar, atau lebih dari itu? Aku akan menulisnya sekarang." Nyonya Amanda berkata dengan sangat enteng, tanpa memikirkan hati Alexandra yang koyak karena harga dirinya terinjak-injak.Situasi macam apa ini? Kenapa kehidupannya begitu dramatis seperti di novel-novel rumah tangga yang pernah Al

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 8 Mari Perankan Peran dengan Baik

    Christian kembali menatap Alexandra."Maafkan aku, Mas. Hanya kata itu yang terbesit dalam otakku.""Tidak masalah, alasan yang tidak terlalu buruk. Kamu cukup bisa diandalkan rupanya!"Alexandra terdiam, tak tahu harus menanggapi seperti apa. Perkataan itu terdengar seperti pujian, tapi hatinya tak merasa senang."Hanya itu? Aku tidak yakin Ibuku hanya mengatakan hal itu saja!" Christian kembali menelisik.Ada kegelisahan yang terpancar dari air muka Alexandra."Katakan!""Nyonya Amanda memberikan syarat jika aku ingin tetap bersamamu.""Syarat? Apa itu?""Ki-ta harus memberikan cucu laki-laki untuk keluarga Hoover dalam waktu satu tahun, jika tidak aku harus meninggalkanmu. Bukankah waktunya pas sekali dengan masa perjanjian kita?" Alexandra tersenyum getir.Tidak ada perjanjian seperti itu di antara Christian dan kakeknya. Christian yakin Nyonya Amanda hanya ingin memisahkannya dengan Alexandra, kemudian menikahkannya dengan wanita pilihannya."Kamu benar sekali. Waktu yang sangat

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 9 Makan Malam Romantis

    Alexandra dan Christian kompak melihat ke arah sumber suara.Erinna!Erinna menatap nanar pada sepasang tangan yang saling mengikat. Erinna segera merubah air mukanya dan tersenyum semanis mungkin pada Christian."Sedang apa kamu di sini?" tanya Erinna, suaranya terdengar lembut."Kamu tidak lihat? Aku sedang bersama istriku, sudah pasti kami akan makan malam bersama," jawab Christian terdengar begitu dingin.Erinna menyelipkan rambut ke daun telinganya, merasa mati kutu dengan jawaban Christian. Namun, wanita itu tak habis akal untuk bisa bersama Christian."Kebetulan kalau begitu, aku juga ingin makan di sini, bagaimana kalau aku bergabung dengan kalian?"Christian mengeratkan tubuhnya pada Alexandra, kemudian memeluk tubuh ramping istrinya dari samping. Menciptakan kemesraan di antara keduanya.Meski canggung, Alexandra mencoba mengikuti permainan suaminya."Aku tidak yakin kamu akan kuat melihat kemesraan kami, Erinna.""Benar begitu, Sayang? Kamu pasti tidak setuju jika ada orang

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 10 Kembali ke Mode Awal

    Malam semakin beranjak, alunan musik klasik yang menggema ke seluruh sudut restoran menambah suasana di ruangan privat itu kian romantis. Setelah menghabiskan seluruh hidangan yang ada, Christian memutuskan mengakhiri sesi makan malam itu."Ada tempat yang ingin kamu kunjungi sebelum kita pulang?" tanya Christian pada istrinya."Apa boleh kita mampir ke supermarket sebentar? Bahan makanan di kulkas sudah tak ada lagi.""Tentu saja, kenapa tidak?" balas Christian.Christian melajukan kendaraannya menuju supermarket yang tak jauh dari apartemen.Sepanjang perjalanan itu, Christian kembali ke mode awal, diam dan dingin. Kemana hilangnya kehangatan yang tadi tercipta saat di restoran? Entahlah, hanya pria itu sendiri yang tahu.Melihat suaminya yang kembali menjadi papan kayu, Alexandra hanya mengikuti alur yang suaminya ciptakan, dia memandang gemerlap dan padatnya kota dari jendela kaca di samping kirinya."Kapan kamu akan berangkat kuliah?" Perta

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 11 Malam Pertama (21+)

    Di sinilah sekarang Alexandra berada, di balkon kamarnya. Dengan menyilangkan kedua tangannya, Alexandra memandang keramaian kota dari ketinggian. Udara malam kota tak seberapa dinginnya dibandingkan dengan suasana apartemen mewah itu.Setelah pulang dari supermarket, Christian langsung berganti pakaian dan pergi entah kemana, tanpa sempat Alexandra bertanya.Bertanya? Bolehkah Alexandra melakukan hal itu? Entahlah. Christian benar-benar tidak bisa ditebak, pria itu terkadang hangat dan terkadang dingin.Alexandra masuk dalam lamunannya. Memikirkan bagaimana nasibnya nanti setelah menjadi janda dari seorang Christian Hoover. Kehidupan percintaan setelah dia menyandang gelar janda."Janda, ya?" Gumam Alexandra, kemudian menertawakan dirinya sendiri.Alexandra menghela nafas, berat. Alexandra melakukan peregangan agar tubuhnya lebih terasa santai."Hah." Alexandra mengeluarkan nafas sambil mengayunkan tangannya. Kemudian memegang pembatas balkon, melihat ke bawah, dan bergidik ngeri."T

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 12 Melanjutkan Kegiatan

    Menjelang pagi, Alexandra terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa remuk redam bagai orang yang baru saja mengalami sebuah kecelakaan, lelah masih merajai hingga enggan membuka mata.'Aduh, kenapa badanku pegal-pegal. Apa semua orang mengalami hal yang sama denganku setelah melakukannya?' monolog Alexandra dalam hati.Alexandra mengangkat tangan suaminya yang melingkar di tubuhnya."Ssss." Alexandra mendesis, saat merasakan bagian inti tubuhnya terasa nyeri."Apa sakit sekali?" tanya Christian, mengejutkan Alexandra.Wanita itu menoleh pada suami yang matanya masih tertutup rapat itu"Iya, Mas. Apa aku membangunkanmu?" jawab Alexandra dengan malu-malu.Christian memeluk erat tubuh istrinya,  mendaratkan kecupan di pipi Alexandra. Kecupan itu berpindah ke bibir dan menjadi sebuah ciuman hangat."Tunggu sebentar, aku akan siapkan air hangat untuk mandi."Christian bangkit dari tidurnya, berjalan menuju lemari khusus untuk keperluan mandi, mengambil

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 13 Kekasih Christian

    Melihat siapa yang datang, membuat dada Alexandra mendadak sesak. Bagaimana tidak wanita itu adalah wanita yang mengantar suaminya di malam pengantinnya dalam kondisi mabuk. Lalu, saat di restoran ketara sekali jika wanita itu ingin bersama suaminya.Alexandra tak berminat untuk membukakan pintu, lalu memutar tubuhnya, berjalan meninggalkan pintu, namun suara bel itu kembali berbunyi. Kali ini, terdengar seperti tak sabar dan menuntut untuk segera dibukakan pintu.Alexandra menghembuskan nafas dengan cepat. Dengan berat hati dia membuka pintu untuk orang yang menekan bel seperti orang kesetanan itu."Ada perlu apa, Nona? Tidak bisakah Anda menekan bel dengan lebih sopan?" tanya Alexandra.Ya, Alexandra adalah penghuni apartemen ini sekarang, maka dia berhak melakukan apapun demi kenyamanannya.Tanpa permisi wanita itu mendorong Alexandra lalu berjalan masuk ke dalam apartemen. Alexandra hanya bisa menghembuskan nafas pelan.Dengan wajah yang tak ramah, w

Latest chapter

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 117 Ekstra Part 2

    Gagal sudah rencana Alexandra untuk pulang ke rumahnya dan juga berpesta bersama Fiona. Terlihat jelas dalam guratan wajah wanita itu jika saat ini dia sedang kesal.“Apa seperti itu wajah yang seharusnya kamu tunjukkan pada suamimu setelah lima tahun tidak bertemu!” protes Christian. Alexandra hanya diam dan melirik pada pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Pria itu sibuk menyiapkan minuman di dalam Limousine mewahnya.Tak ubahnya dengan sang ibu, Aldrich pun berwajah tak bersahabat, tangannya menyilang di dada dan menatap ayahnya dengan tajam sama persis seperti Christian.Kini Aldrich ingat jika pria tampan berwajah tegas itu adalah pria sukses yang ada di televisi, yang membuat ibunya bahkan tidak berkedip memandangnya, namun ketika di dalam kesunyian ibunya menangis karena teringat dengan pria itu.Pria itu juga yang fotonya berada dalam dompet kesayangan ibunya. Aldrich tahu karena pernah sengaja mencari tahu tentang ayahnya.Alexandra bukan tak pernah memberi tahu se

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 116 Ekstra Part 1

    Lima tahun kemudian. Alexandra dapat melewati waktu lima tahun ini hidup bertiga dengan ayah dan juga anaknya. Pria kecil yang tampan, lincah, dan juga cerdas itu dia beri nama Aldrich Tian. Aldrich yang artinya laki-laki bangsawan yang berkarakter dan berbudi luhur, sedangkan Tian diambil dari penggalan nama ayahnya, Christian. Lima tahun yang lalu Alexandra dan ayahnya memutuskan untuk meninggalkan kota itu dan memilih menetap di kota tanah kelahiran sang ayah. Meninggalkan semua kenangan pahit yang pernah mereka lalui, memulai hidup baru dan juga bisnis baru di tempat tinggal yang baru. Lima tahun berlalu Alexandra dan Aldrich baru saja menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi. Alexandra akan menghadiri sebuah pertemuan besar dalam dunia bisnis, perusahaannya masuk dalam undangan khusus di acara tersebut. “Jadi ini kota kelahiranmu, Ma? Lebih semrawut dari dugaanku,” kata Aldrich. Alexandra membulatkan mata. “Kamu berkomentar terlalu pedas Al, jangan sampai orang l

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 115 Perpisahan

    Alexandra akhirnya membuka suara dengan sebuah pertanyaan.Christian tersenyum samar mendengar pertanyaan dari istrinya itu.“Kita bahas itu besok saja, kita tidak perlu buru-buru. Silakan kamu coba susu almond buatanku, kalau enak aku akan rajin buatkan untukmu.”Alexandra menghela nafas pelan, kemudian mengambil gelas yang berisi susu almond itu. Aromanya sungguh menggoda.Alexandra menyeruput susu tersebut, rasanya sangat segar berbeda dengan susu hamil pada umumnya yang membuat eneg.Sedangkan Christian menatap Alexandra dengan antusias menunggu wanita itu berkomentar.“Bagaimana rasanya?”“Enak,” jawab Alexandra singkat.“Kamu suka?” Alexandra hanya mengangguk dengan senyuman setipis tisu.“Baiklah aku akan rajin membuatkannya untuk,” seru Christian.Alexandra tersenyum tipis kemudian kembali meminum susu itu lagi.“Setelah ini kita makan malam, aku sudah buatkan sup salmon untukmu.”Mereka menikmati makan malam bersama dengan menu spesial buatan Christian.Bagaimana Alexandra ti

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 114 Rumah Impian

    Seraya menggiring Alexandra ke mobil, Christian menghubungi seseorang.“Dave, berhentilah bermain-main, dia sudah bersamaku sekarang!” titah Christian.“Tanggung, Tuan. Aku ingin sedikit membuatnya tergores,” balas Dave.“Terserah kamu saja!” Christian langsung memutus panggilan tersebut.Di dalam mobil mewah itu begitu sunyi, baik Alexandra maupun Christian tak ada yang membuka suara.Alexandra tidak tahu akan dibawa ke mana yang dia tahu jalan itu tidak menuju ke apartemen Christian.Sedangkan Christian mati-matian menahan diri agar tidak kelepasan, dia ingin sekali memeluk Alexandra, mengucapkan kata rindu, mengecup bibirnya, dan juga menyapa janin dalam kandungan Alexandra, tapi egonya masih begitu tinggi.Setelah melewati perjalanan yang cukup memakan waktu, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua yang berada di dekat pantai.Saat keluar dari mobil Alexandra bisa mencium aroma pantai yang khas. Alexandra menghentikan langkah kemudian menghirup dalam-dalam udara d

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 113 Manjemput Alexandra

    David menyeringai, dengan sigap dia menghalau tangan Dave, sebuah tembakan melayang entah ke mana.Doorrr!!!Buuugghhh!!!Satu sikutan keras menghujam tepat perut Dave. “Uugghhh!!!”David langsung mengambil alih senjata itu dari tangan Dave.Dave memang ahli dengan senjata api, tapi tak setangkas David dengan tangan kosongnya.“Jangan membuat keributan, Dave. Aku sedang tidak ingin meladenimu!” David mengulang kalimatnya memberi penegasan.Dave meringis, serangan David ternyata cukup kuat, beberapa saat kemudian Dave menegakkan tubuhnya dan bertepuk tangan pelan.“Hebat! Kecepatanmu memang tidak ada tandingannya!” puji Dave.“Ayo kita sedikit bermain-main, aku sudah menantikan pertarungan ini sejak lama!” ungkap Dave.“Tidak denganku, Dave! Aku tidak memiliki banyak waktu,” David langsung masuk ke dalam mobil dan memacu kendaraannya menuju ke rumahnya.Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak, David merasa Dave datang hanya ingin mengulur waktunya saja. Dalam perjalanan David

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 112 Kedatangan Amanda

    David masuk ke dalam ruang rawat inap Alexandra dengan membawa makanan kesukaan Alexandra seperti biasanya.“Aku ada kabar gembira untukmu!” Ucap David pada Alexandra.“Apa itu?”“Jika sore ini hasil pemeriksaanmu bagus semua, dini hari kita bisa keluar dari sini.”“Benarkah?” tanya Alexandra dengan wajah semringah.“Tentu saja, aku tidak pernah berbohong padamu. Tapi….” David menjeda ucapannya.“Tapi apa?”“Tapi aku butuh tahu persiapanmu.”“Persiapan?” tanya Alexandra bingung.“Iya, persiapan. Cepat atau lambat Christian pasti akan menemukan kita. Aku ingin kamu juga bersiap secara fisik dan mental jika tiba-tiba dia menemukan kita, terutama kamu. Aku sendiri tidak yakin akan bisa melindungimu sepenuhnya kali ini,” jujur David.David sendiri juga sedang mempersiapkan diri andai saja Christian melakukan serangan. “Iya, aku sudah mempersiapkan diri, David. Kamu tak perlu khawatir. Justru aku mengkhawatirkanmu, dia orang yang tidak memiliki hati, aku takut gara-gara aku, kamu send

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 111 Kucing-kucingan Lagi

    Christian menyeringai mendengar ucapan ayah mertuanya.“Benar Ayah Mertua, aku memang tidak butuh perusahaanmu itu. Kalau begitu jaminkan saja nyawa Anda,” ucap Christian dengan dingin dan tanpa belas kasih.“A-apa?” Harry Davendra pun terkejut. Isi tempurung kelapanya baru saja berpikir seperti itu, lalu pria mengerikan di depannya ini berkata hal yang sama.“Apa Anda tuli?” Christian pun berdiri tanpa menunggu jawaban dari ayah mertuanya, kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membawa Harry dengan paksa.Harry tak bisa berbuat apa-apa, memangnya dia bisa berbuat apa? Dalam hati Harry hanya bisa berdoa semoga Alexandra dalam keadaan baik-baik saja setelah ini.Bisa dikatakan hidupnya begitu sial bisa berurusan dengan Christian Hoover.Harry digelandang keluar dari rumahnya.“Tuan Christian, Anda tidak bisa membawa ….”Belum sempat anak buah David itu selesai bicara sebuah tembakan melesat ke tubuh itu. “Merepotkan sekali!” kesal Christian.Sedangkan tubuh Harry mulai gemetar,

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 110 Jaminan Lagi

    Mendengar panggilan Anna, David pun menghentikan langkahnya dan menoleh.“Ya?”“Kembalilah dengan selamat. Melawan Pak Chris dan Tuan Dave pasti tidak akan mudah,” pesan Anna dengan nada khawatir.“Kamu tak perlu khawatir. Aku tidak akan bertengkar dengan mereka,” balas David lalu kembali melanjutkan langkahnya.“Sayangnya aku tak percaya ucapanmu, Tuan David,” gumam Anna. Lalu masuk ke dalam kamar inap Alexandra.“Anna!”“Ya, Nona?”“Apa David akan baik-baik saja karena melindungiku?” tanya Alexandra dengan nada khawatir. Baik Christian dan David sama-sama manusia tidak mempunyai hati, bedanya Christian masih memiliki kekuatan yang lain, sedangkan David tidak.“Percaya pada Tuan David, Nona. Dia pasti akan baik-baik saja,” Anna mencoba menenangkan Alexandra, kendati dirinya sendiri tidak yakin.“Aku hanya tidak ingin ada pertumpahan darah di antara mereka. Mereka adalah partner dan juga sahabat, aku tidak ingin hanya karena wanita sepertiku mereka terpecah belah,” ujar Alexandra.An

  • Istri Jaminan sang Konglomerat   Bab 109 Pergi

    “Aaarrggghhh!!!!” Christian mengerang kesal. Dia meluapkan emosi dengan meluluh lantakkan kamar itu.“Brengsek! Bajingan! David sialan!” Maki Christian.“Alexandra, jadi kamu lebih memilih bersama David setelah mengetahui semua fakta yang ada? Hahahah!” Christian tertawa frustasi.“Hanya orang bodoh yang tetap mau bersama orang yang telah membunuh ibu kandungnya sendiri, ya, orang bodoh. Kamu harus sadar diri Christian, lihatlah semua ini akibat dari ulahmu sendiri,” Christian bermonolog setelah memporak-porandakan kamar tersebut.“Alexandra!” gumam Christian.“Aku ingin menjadi orang egois yang ingin terus bersamamu walaupun kamu tak akan pernah memaafkanku. Sungguh aku mencintaimu, Alexandra!” Monolog Christian lagi kemudian tertawa seperti orang gila.Ya, Christian telah gila. Gila karena kebenciannya telah berbalik arah menjadi cinta, dan sebaliknya untuk Alexandra.Menyesal? Tentu saja dia menyesal, andai dia tahu lebih awal, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Dari mana Davi

DMCA.com Protection Status