Beberapa hari ini Alexandra selalu memanggil Christian dengan panggilan Tian. Christian benar-benar asing dengan panggilan tersebut. Tapi, entah mengapa dia ingin mendengar alasan Alexandra memanggilnya Tian.“Jadi sekarang kamu akan terus memanggilku Tian, Sandra?”Alexandra menghentikan aktivitasnya yang ingin mengambil nasi, kemudian kembali duduk.“Apa kamu tidak suka dengan panggilan itu?” tanya Alexandra sedikit takut.Christian menatap intens pada sang istri.“Aku sangat asing dengan panggilan itu, tapi aku suka karena hanya kamu yang memanggilku seperti itu,” jujur Christian kemudian meminta Alexandra untuk mengambilkan nasi ke dalam piringnya.Alexandra dengan sigap mengambilkan nasi untuk suami dan juga dirinya sendiri.“Mari kita berdoa dulu.” Dengan tenang Christian memimpin doa.“Aku hanya mengikuti jejakmu, Sayang. Karena kamu memanggilku Sandra, tak pernah ada yang memanggilku seperti itu. Aku merasa sangat spesial,” ujar Alexandra.Christian mengangguk, “Bagus kalau b
Mendengar pertanyaan dari Nikita, Harry hanya diam, dia tak ingin mengambil resiko, Alexandra jauh lebih penting saat ini.Bukan pilih kasih tapi hanya ingin melindungi Alexandra yang selama belasan tahun ini dia abaikan. Rasanya bersalahnya pada Alexandra jauh lebih besar ketimbang simpatinya pada Nikita.Nikita mengangkat kepalanya, terlihat sekali wajah putus asa wanita itu.“Papa hanya diam saja? Aku sudah bisa menangkap jawabannya.”Harry hanya bisa memandang memelas ke arah anak tirinya.“Jangan memandangku seperti itu, Papa. Papa cukup rawat Mamaku dengan baik. Kelak kalau Mamaku sembuh dan aku keluar dari tempat ini, aku akan menjemput Mamaku pergi dari hadapanmu, Papa,” kata Nikita dengan suara yang lantang.Emosinya mulai naik, nafasnya tersengal.“Pulanglah, Pa.”Nikita berdiri dan berjalan menjauh dari sang ayah. Dua petugas sudah menunggunya di pintu.Harry sama sekali tak memandang kepergian Nikita. Dia pun keluar dari tempat itu tanpa menoleh sedikitpun. Harry berusaha
Alexandra menghembuskan nafas pelan setelah mendengar penjelasan dari Anna.Alexandra memilih diam dan memandang ke luar jendela. Pemandangan sore di kota saat ini cukup bagus.Nanti, Alexandra akan mencoba bertanya pada Christian saat di rumah.Anna melirik sekilas ke arah Alexandra, ada rasa kasihan, tapi dia bisa apa jika memang atasannya tidak menginginkan istrinya mengetahui informasi tentang saudara tirinya.Menurut Anna memang lebih baik Alexandra tidak tahu tentang wanita itu. Hati Alexandra terlalu baik, bisa saja dia akan meminta pengampunan untuk Nikita.Mobil melesat masuk ke basement parkiran, ada parkiran khusus untuk Christian dan semua anak buahnya jadi mereka tak perlu khawatir kesulitan mencari parkiran.“Mari, Nona. Kita sudah sampai.” Anna menyadarkan Alexandra dari lamunannya.Dua wanita itu turun dari mobil, kemudian berjalan menuju lift. “Nona, kalau boleh tahu, apa kamu menyayangi saudara tirimu?”“Tentu saja aku menyayanginya, terlepas dari semua yang telah d
Samar-samar Christian mendengar suara langkah sepatu high heels mulai mendekat ke arahnya. Fokus pria itu masih pada gadget pipihnya.Beberapa detik kemudian dua pasang kaki wanita berdiri di depannya.“Tuan Christian, sambutlah, ratu Anda telah tiba,” ujar si penata rias.Christian mengangkat kepalanya, memandang ke arah Alexandra. Pria itu sungguh mengagumi paras cantik istrinya, yang terlihat begitu elegan dengan gaun pilihannya. Gaun dengan bahan serat poliester dengan perpaduan bordir bunga yang indah berwarna emas di luarnya, leher berbentuk bulat, lengan pendek, serta panjang selutut. Tak lupa tali di pinggang sebagai pelengkap. Alexandra terlihat begitu elegan. Tak lupa make up natural yang menampakkan wajah asli Alexandra semakin membuatnya bersinar.Alexandra menyunggingkan senyum manisnya, sejujurnya dalam hati dia menunggu reaksi suaminya.“Ayo, kita bisa terlambat,” ajak Christian dengan wajah datar.Jelas saja hal itu menimbulkan kekecewaan di hati si penata rias dan
“Selamat malam Ayah, Ibu. Bagaimana kabar kalian?” sapa Christian pada kedua orang tuanya.Alexandra pun melakukan hal yang sama seperti Christian.“Aku pikir kamu sudah lupa dengan rumah ini!” Hardik Anthony.“Bagaimana mungkin aku melupakan rumah yang penuh kemewahan ini, Ayah?”“Hai, menantuku, setidaknya kamu harus mengingatkan suamimu untuk datang ke rumah ini,” ucap Anthony pada Alexandra.“Baik, Tuan Anthony,” balas Alexandra dengan sopan.“Rupanya kamu tahu tentang tata krama meski berasal dari keluarga rendahan,” sarkas Amanda–ibu Christian.Pandangan Alexandra dan Amanda bertemu. Alexandra tersenyum ramah kemudian berkata,”Terima kasih, Nyonya Amanda.”Christian cukup terkesan dengan cara Alexandra menanggapi intimidasi dari ibunya. Selama menikah dengan Christian, diam-diam Alexandra mendapat pelajaran tata krama ala konglomerat dari David.Alexandra juga mendapat detail informasi tentang sifat Amanda. Sekarang dia memiliki bekal untuk menghadapi Amanda.Setelah menyapa k
“Tuan besar James tengah menuju kemari, Tuan.” Kepala pelayan memberi informasi pada Anthony dan orang-orang yang berada di ruangan tersebut.James adalah kepala keluarga Hoover, kakek dari Christian.Bukan hanya Alexandra yang tegang, yang lain pun sama, tak terkecuali Amanda.Yang terlihat tenang hanya Christian dan Anthony.Seluruh anggota keluarga sudah berdiri untuk menyambut kedatangan James.Tak berapa lama, orang yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Pria tua yang masih terlihat energik dengan tongkat kayu di tangannya. Di belakang James berjalan seorang asisten pribadi yang tampak seumuran dengan Christian.James langsung berjalan ke arah Christian dan Alexandra.“Selamat malam, Kakek. Bagaimana kabarmu? Saya datang ke mari bersama istri tercinta, Alexandra.”“Alexandra beri palam pada Kakek.” Alexandra dengan patuh memberi salam pada James dengan lembut.Pria tua itu hanya menatap datar pada Alexandra, tatapan yang hampir sama den
Alexandra sibuk memilih makanan pembuka untuk dia nikmati, hingga sebuah seruan memanggil namanya.“Nona Alexandra!”Alexandra pun menoleh ke sumber suara, orang tersebut adalah Leo. Pria yang sempat bersitegang dengan suaminya.“Selamat malam, Tuan Leo,” sapa Alexandra dengan ramah.“Ternyata kamu memang sesuai rumor yang beredar,” kata Leo.Alexandra mengernyitkan keningnya, tidak paham maksud pembicaraan pria itu.“Mohon maaf, Tuan Leo. Saya tidak mengerti maksud Anda.”Leo berjalan dua langkah mendekat ke arah Alexandra. Alexandra reflek mundur dua langkah untuk membuat jarak dengan Leo.Leo tersenyum miring, kemudian berkata, “Kamu terlalu waspada, Nona Alexandra. Aku tidak akan berbuat jahat kepadamu.”Alexandra hanya memandang Leo.“Bukankah kita belum berkenalan secara resmi, Nona Alexandra?”Leo mengulurkan tangannya, mengajak Alexandra untuk berjabat tangan.Demi tata krama dan penghormatan, Alexandra pun membalas uluran tang
Christian menatap tajam pada Giselle–keponakannya. Remaja itu memang selalu membuat masalah dengannya.Terkadang Christian menyesali dirinya sendiri, kenapa harus hidup di antara banyak wanita. Wanita-wanita di keluarganya cukup membuat Christian pusing. Christian mendengus kesal.“Hei, tutup mulutmu bocah tengil atau aku tidak akan pernah memberimu uang jajan lagi, dan aku pastikan kamu akan merengek meminta uang itu,” ujar Christian.Christian memang selalu memberi jatah uang jajan bulan pada keempat keponakannya.Baginya uang yang dia berikan pada keempat keponakannya itu tidaklah berarti hanya sebagian kecil dari uang pribadinya. Tapi berbeda dengan keempat keponakannya, uang itu sangat berharga, bahkan uang saku yang diberikan oleh orang tuanya tak sebanyak yang Christian berikan.“Cih, perhitungan sekali jadi laki-laki, tidak akan ada wanita yang betah hidup bersama pria sepertimu, Paman Chris. Aku yakin Kakak Alexandra akan meninggalkanmu, karena kamu terlalu dingin, datar, dan