Alexandra sibuk memilih makanan pembuka untuk dia nikmati, hingga sebuah seruan memanggil namanya.
“Nona Alexandra!”Alexandra pun menoleh ke sumber suara, orang tersebut adalah Leo. Pria yang sempat bersitegang dengan suaminya.“Selamat malam, Tuan Leo,” sapa Alexandra dengan ramah.“Ternyata kamu memang sesuai rumor yang beredar,” kata Leo.Alexandra mengernyitkan keningnya, tidak paham maksud pembicaraan pria itu.“Mohon maaf, Tuan Leo. Saya tidak mengerti maksud Anda.”Leo berjalan dua langkah mendekat ke arah Alexandra. Alexandra reflek mundur dua langkah untuk membuat jarak dengan Leo.Leo tersenyum miring, kemudian berkata, “Kamu terlalu waspada, Nona Alexandra. Aku tidak akan berbuat jahat kepadamu.”Alexandra hanya memandang Leo.“Bukankah kita belum berkenalan secara resmi, Nona Alexandra?”Leo mengulurkan tangannya, mengajak Alexandra untuk berjabat tangan.Demi tata krama dan penghormatan, Alexandra pun membalas uluran tangChristian menatap tajam pada Giselle–keponakannya. Remaja itu memang selalu membuat masalah dengannya.Terkadang Christian menyesali dirinya sendiri, kenapa harus hidup di antara banyak wanita. Wanita-wanita di keluarganya cukup membuat Christian pusing. Christian mendengus kesal.“Hei, tutup mulutmu bocah tengil atau aku tidak akan pernah memberimu uang jajan lagi, dan aku pastikan kamu akan merengek meminta uang itu,” ujar Christian.Christian memang selalu memberi jatah uang jajan bulan pada keempat keponakannya.Baginya uang yang dia berikan pada keempat keponakannya itu tidaklah berarti hanya sebagian kecil dari uang pribadinya. Tapi berbeda dengan keempat keponakannya, uang itu sangat berharga, bahkan uang saku yang diberikan oleh orang tuanya tak sebanyak yang Christian berikan.“Cih, perhitungan sekali jadi laki-laki, tidak akan ada wanita yang betah hidup bersama pria sepertimu, Paman Chris. Aku yakin Kakak Alexandra akan meninggalkanmu, karena kamu terlalu dingin, datar, dan
Alexandra dan Christian saling pandang, mereka menebak kira-kira apa yang akan pria tua itu katakan.James Hoover mematikan tembakaunya di dalam asbak, dia memberi kode pada Christian dan Alexandra untuk duduk berhadapan dengannya.“Jadi apa yang Kakek inginkan dari kami?” tanya Christian yang tak lagi sabar menghadapi sang kakek.“Anak muda memang penuh semangat dan tidak sabaran.” James memberi isyarat pada asisten pribadinya untuk mendekat. Pria itu terlihat membawa sebuah dokumen.“Sebelum membahas tentang hal itu–,” James meminta dokumen itu dari asisten pribadinya, kemudian melempar ke depan Christian.Dengan wajah datar Christian mengambilkan dokumen tersebut.“Kamu harus lebih berhati-hati lagi jika bertindak. Jangan sampai wanita ini menjadi titik kelemahan untukmu. Dia bisa saja menjadi celah orang-orang itu menjatuhkanmu,” James melanjutkan ucapannya.Dokumen itu berisi tentang orang-orang yang sedang menyelidiki Alexandra. Ada sebagian yang sudah mendapatkan informasi ten
Christian mengunci Alexandra di dinding lift, kemudian mendekatkan wajahnya di depan Alexandra seraya tersenyum miring, membuat wanita itu gugup dan salah tingkah.“Aku tidak memikirkan apapun, Tian.” Bohong Alexandra.“Oh, ya?” Mata hazel Christian menelisik.Mau tidak mau Alexandra membuang muka, mengalihkan pandangan ke segala arah.Christian semakin mendekat, kemudian bertanya, “Apa kamu sudah tidak sabar?” Alexandra pun membulatkan mata sempurna serta mengomeli dirinya sendiri dalam hati, sebab dirinya begitu mudah ditebak oleh Christian.Ting! Lift berbunyi tanda telah sampai di lantai tujuan, perlahan pintu mulai terbuka.Christian menegakkan tubuhnya lalu menggandeng Alexandra keluar dari dalam lift.Akibat perbuatan Christian tadi, Alexandra menjadi sibuk menetralkan detak jantungnya.Pintu apartemen terbuka usai Christian menekan tombol kunci.“Bersihkan dirimu, aku ada urusan, jadi aku akan keluar sebentar,” ujar Christian.Christian masuk ke kamar hanya untuk mengganti t
Alexandra bukannya menjawab dia justru memejamkan mata. Christian yang cemas akhirnya mengubah posisi Alexandra, mereka saling menghadap, pandangan pria itu tak lepas dari istrinya.“Katakan, Sandra. Apa yang kamu pikirkan?” Alexandra tersenyum.“Tidak ada, Tian. Aku hanya membayangkan anak-anak yang lucu keluar dari perutku.” Kata Alexandra.Christian memicingkan sebelah alisnya, kemudian kembali menatap Alexandra.'Anak, ya?’ batin Christian.Pria itu tertawa dalam hati saat ikut membayangkan anak yang lucu-lucu bermain bersamanya.Christian mengecup kening istrinya.“Beristirahatlah sebentar lagi.” Christian kembali menarik selimut.Suara bel berbunyi, Alexandra segera membuka pintu apartemen tersebut setelah melihat siapa yang datang.“Apa Pak Chris belum bangun, Nona Alexandra?” tanya David.Alexandra meringis kemudian mengangguk.David segera berjalan menuju kamar Christian, tapi Alexandra menghalangi.“Biar aku saja yang bangunkan.”David mengernyitkan keningnya, dia tak tahu ji
Mendengar ocehan saudara tirinya, Alexandra menghentikan langkahnya.“Apa maksud perkataannya?” gumam Alexandra.“Sudah, Nona. Kamu tidak perlu mendengar kata-katanya, dia pasti hanya ingin membuat masalah. Mari kita jalan!”Anna berbisik pada Alexandra agar tidak terpengaruh dengan ucapan Nikita.Alexandra hendak melangkahkan kaki, namun Nikita kembali mengoceh.“Dengar Alexandra, bagaimana jika suamimu itu bukan orang yang baik, bagaimana jika suamimu yang merencanakan kecelakaan ibuku?”Deg!Alexandra menarik nafas pelan seraya memejamkan mata.Bukan hal yang tabu jika Christian adalah orang yang tak akan mengampuni orang yang telah mengusik hidupnya. Tapi, apakah Astari masuk dalam daftar itu? Alexandra mencoba menenangkan diri.“Ayo, Nona. Lebih baik kita segera tinggalkan tempat ini.” Anna kembali membujuk sebelum Nikita semakin mengatakan hal yang bisa mengganggu pikiran Alexandra.“Sebentar, Anna.”Alexandra memutar tubuhnya, lalu tersenyum tipis.“Apa kamu sedang mengadu dom
“Bagaimana dengan Yohan, David? Apa dia sudah mentransfer kekurangan dari hutangnya?” tanya Christian.“Sudah, Pak. Tapi hanya setengahnya saja.”“Setengahnya? Apa dia bercanda? Ambil semua asetnya, terutama tanah yang berada di dekat pantai itu.”David mengernyitkan dahi, sejak kapan Christian menyukai lokasi yang seperti itu.“Baik, Tuan.”Christian langsung mengajak David untuk menemui Yohan dan menunda kedatangannya ke kantor.Biasanya dia hanya akan mengandalkan David untuk melakukan hal itu, tapi kali ini berbeda, orang tersebut memiliki tanah yang luas dan lokasinya cukup bagus di dekat pantai. Itu sebabnya Christian sampai turun tangan secara langsung. Christian akan langsung meninjau tanah itu setelah mendapatkan semua surat-suratnya. Rencananya tanah itu kelak akan dia bangun sebuah rumah yang impian yang megah. Rumah pribadi yang akan dia jadikan hunian kelak.David sedikit heran mengapa Christian mau terjun langsung untuk mengambil surat-surat dan akan langsung meninjau
Alexandra menelan salivanya dengan susah payah, meski dia tak berhadapan dengan Christian secara langsung, namun hawa dingin dan kemarahannya seakan menyusup melalui sela-sela ponselnya.“Maafkan aku, Tian. Lain kali aku tidak akan menemui Nikita tanpa seizinmu. Dan aku akan segera pulang,” ujar Alexandra.Tak ada jawaban dari Christian selain memutus panggilan tanpa sepatah kata pun.Alexandra menarik nafas panjang kemudian menghembuskan secara perlahan.“Ayo, kita pulang Anna,” beo Alexandra dengan tidak bersemangat.“Mari, Nona.”Sepanjang jalan menuju apartemen, Alexandra hanya diam dan menatap keluar jendela dengan sesekali menghembuskan nafas berat.David dapat merasakan kemarahan yang sedang melanda Christian.“Sekarang kita mau ke mana, Pak? Kantor atau apartemen?” tanya David untuk memastikan ke mana mereka akan pergi.“Kantor!” jawab Christian dengan singkat.Meski dalam keadaan marah, akal sehat Christian masih jalan, dia tidak mungkin pulang dalam keadaan seperti itu atau
“Lamban!” Hardik Christian setelah mengangkat panggilan tersebut.“Maaf, Pak, ada sedikit masalah di luar kendali. Saya baru bisa menyelesaikan semuanya.”Christian melihat jam tangan mewahnya, waktu menunjukkan pukul 11.00 malam.“Di mana kalian?” Dari seberang sana David menyebutkan lokasinya berada.Setelah memutuskan sambungan telepon Christian segera menyuruh Eric untuk menuju lokasi yang diberikan oleh David.Pukul 2.00 dini hari Christian barulah sampai di apartemen dengan penampilan yang kacau meski jiwanya telah kembali tenang.Christian segera masuk ke dalam kamar, melihat Alexandra yang tidur tanpa berselimut, dia pun menarik selimut sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Christian keluar dari kamar mandi, memandangi wajah polos Alexandra dengan sesuka hatinya.Acap kali berdekatan dengan Alexandra Christian hampir tak bisa menahan diri.Christian hendak mengeringkan rambutnya, tapi pendengarannya teralihkan pada
Gagal sudah rencana Alexandra untuk pulang ke rumahnya dan juga berpesta bersama Fiona. Terlihat jelas dalam guratan wajah wanita itu jika saat ini dia sedang kesal.“Apa seperti itu wajah yang seharusnya kamu tunjukkan pada suamimu setelah lima tahun tidak bertemu!” protes Christian. Alexandra hanya diam dan melirik pada pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Pria itu sibuk menyiapkan minuman di dalam Limousine mewahnya.Tak ubahnya dengan sang ibu, Aldrich pun berwajah tak bersahabat, tangannya menyilang di dada dan menatap ayahnya dengan tajam sama persis seperti Christian.Kini Aldrich ingat jika pria tampan berwajah tegas itu adalah pria sukses yang ada di televisi, yang membuat ibunya bahkan tidak berkedip memandangnya, namun ketika di dalam kesunyian ibunya menangis karena teringat dengan pria itu.Pria itu juga yang fotonya berada dalam dompet kesayangan ibunya. Aldrich tahu karena pernah sengaja mencari tahu tentang ayahnya.Alexandra bukan tak pernah memberi tahu se
Lima tahun kemudian. Alexandra dapat melewati waktu lima tahun ini hidup bertiga dengan ayah dan juga anaknya. Pria kecil yang tampan, lincah, dan juga cerdas itu dia beri nama Aldrich Tian. Aldrich yang artinya laki-laki bangsawan yang berkarakter dan berbudi luhur, sedangkan Tian diambil dari penggalan nama ayahnya, Christian. Lima tahun yang lalu Alexandra dan ayahnya memutuskan untuk meninggalkan kota itu dan memilih menetap di kota tanah kelahiran sang ayah. Meninggalkan semua kenangan pahit yang pernah mereka lalui, memulai hidup baru dan juga bisnis baru di tempat tinggal yang baru. Lima tahun berlalu Alexandra dan Aldrich baru saja menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi. Alexandra akan menghadiri sebuah pertemuan besar dalam dunia bisnis, perusahaannya masuk dalam undangan khusus di acara tersebut. “Jadi ini kota kelahiranmu, Ma? Lebih semrawut dari dugaanku,” kata Aldrich. Alexandra membulatkan mata. “Kamu berkomentar terlalu pedas Al, jangan sampai orang l
Alexandra akhirnya membuka suara dengan sebuah pertanyaan.Christian tersenyum samar mendengar pertanyaan dari istrinya itu.“Kita bahas itu besok saja, kita tidak perlu buru-buru. Silakan kamu coba susu almond buatanku, kalau enak aku akan rajin buatkan untukmu.”Alexandra menghela nafas pelan, kemudian mengambil gelas yang berisi susu almond itu. Aromanya sungguh menggoda.Alexandra menyeruput susu tersebut, rasanya sangat segar berbeda dengan susu hamil pada umumnya yang membuat eneg.Sedangkan Christian menatap Alexandra dengan antusias menunggu wanita itu berkomentar.“Bagaimana rasanya?”“Enak,” jawab Alexandra singkat.“Kamu suka?” Alexandra hanya mengangguk dengan senyuman setipis tisu.“Baiklah aku akan rajin membuatkannya untuk,” seru Christian.Alexandra tersenyum tipis kemudian kembali meminum susu itu lagi.“Setelah ini kita makan malam, aku sudah buatkan sup salmon untukmu.”Mereka menikmati makan malam bersama dengan menu spesial buatan Christian.Bagaimana Alexandra ti
Seraya menggiring Alexandra ke mobil, Christian menghubungi seseorang.“Dave, berhentilah bermain-main, dia sudah bersamaku sekarang!” titah Christian.“Tanggung, Tuan. Aku ingin sedikit membuatnya tergores,” balas Dave.“Terserah kamu saja!” Christian langsung memutus panggilan tersebut.Di dalam mobil mewah itu begitu sunyi, baik Alexandra maupun Christian tak ada yang membuka suara.Alexandra tidak tahu akan dibawa ke mana yang dia tahu jalan itu tidak menuju ke apartemen Christian.Sedangkan Christian mati-matian menahan diri agar tidak kelepasan, dia ingin sekali memeluk Alexandra, mengucapkan kata rindu, mengecup bibirnya, dan juga menyapa janin dalam kandungan Alexandra, tapi egonya masih begitu tinggi.Setelah melewati perjalanan yang cukup memakan waktu, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua yang berada di dekat pantai.Saat keluar dari mobil Alexandra bisa mencium aroma pantai yang khas. Alexandra menghentikan langkah kemudian menghirup dalam-dalam udara d
David menyeringai, dengan sigap dia menghalau tangan Dave, sebuah tembakan melayang entah ke mana.Doorrr!!!Buuugghhh!!!Satu sikutan keras menghujam tepat perut Dave. “Uugghhh!!!”David langsung mengambil alih senjata itu dari tangan Dave.Dave memang ahli dengan senjata api, tapi tak setangkas David dengan tangan kosongnya.“Jangan membuat keributan, Dave. Aku sedang tidak ingin meladenimu!” David mengulang kalimatnya memberi penegasan.Dave meringis, serangan David ternyata cukup kuat, beberapa saat kemudian Dave menegakkan tubuhnya dan bertepuk tangan pelan.“Hebat! Kecepatanmu memang tidak ada tandingannya!” puji Dave.“Ayo kita sedikit bermain-main, aku sudah menantikan pertarungan ini sejak lama!” ungkap Dave.“Tidak denganku, Dave! Aku tidak memiliki banyak waktu,” David langsung masuk ke dalam mobil dan memacu kendaraannya menuju ke rumahnya.Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak, David merasa Dave datang hanya ingin mengulur waktunya saja. Dalam perjalanan David
David masuk ke dalam ruang rawat inap Alexandra dengan membawa makanan kesukaan Alexandra seperti biasanya.“Aku ada kabar gembira untukmu!” Ucap David pada Alexandra.“Apa itu?”“Jika sore ini hasil pemeriksaanmu bagus semua, dini hari kita bisa keluar dari sini.”“Benarkah?” tanya Alexandra dengan wajah semringah.“Tentu saja, aku tidak pernah berbohong padamu. Tapi….” David menjeda ucapannya.“Tapi apa?”“Tapi aku butuh tahu persiapanmu.”“Persiapan?” tanya Alexandra bingung.“Iya, persiapan. Cepat atau lambat Christian pasti akan menemukan kita. Aku ingin kamu juga bersiap secara fisik dan mental jika tiba-tiba dia menemukan kita, terutama kamu. Aku sendiri tidak yakin akan bisa melindungimu sepenuhnya kali ini,” jujur David.David sendiri juga sedang mempersiapkan diri andai saja Christian melakukan serangan. “Iya, aku sudah mempersiapkan diri, David. Kamu tak perlu khawatir. Justru aku mengkhawatirkanmu, dia orang yang tidak memiliki hati, aku takut gara-gara aku, kamu send
Christian menyeringai mendengar ucapan ayah mertuanya.“Benar Ayah Mertua, aku memang tidak butuh perusahaanmu itu. Kalau begitu jaminkan saja nyawa Anda,” ucap Christian dengan dingin dan tanpa belas kasih.“A-apa?” Harry Davendra pun terkejut. Isi tempurung kelapanya baru saja berpikir seperti itu, lalu pria mengerikan di depannya ini berkata hal yang sama.“Apa Anda tuli?” Christian pun berdiri tanpa menunggu jawaban dari ayah mertuanya, kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membawa Harry dengan paksa.Harry tak bisa berbuat apa-apa, memangnya dia bisa berbuat apa? Dalam hati Harry hanya bisa berdoa semoga Alexandra dalam keadaan baik-baik saja setelah ini.Bisa dikatakan hidupnya begitu sial bisa berurusan dengan Christian Hoover.Harry digelandang keluar dari rumahnya.“Tuan Christian, Anda tidak bisa membawa ….”Belum sempat anak buah David itu selesai bicara sebuah tembakan melesat ke tubuh itu. “Merepotkan sekali!” kesal Christian.Sedangkan tubuh Harry mulai gemetar,
Mendengar panggilan Anna, David pun menghentikan langkahnya dan menoleh.“Ya?”“Kembalilah dengan selamat. Melawan Pak Chris dan Tuan Dave pasti tidak akan mudah,” pesan Anna dengan nada khawatir.“Kamu tak perlu khawatir. Aku tidak akan bertengkar dengan mereka,” balas David lalu kembali melanjutkan langkahnya.“Sayangnya aku tak percaya ucapanmu, Tuan David,” gumam Anna. Lalu masuk ke dalam kamar inap Alexandra.“Anna!”“Ya, Nona?”“Apa David akan baik-baik saja karena melindungiku?” tanya Alexandra dengan nada khawatir. Baik Christian dan David sama-sama manusia tidak mempunyai hati, bedanya Christian masih memiliki kekuatan yang lain, sedangkan David tidak.“Percaya pada Tuan David, Nona. Dia pasti akan baik-baik saja,” Anna mencoba menenangkan Alexandra, kendati dirinya sendiri tidak yakin.“Aku hanya tidak ingin ada pertumpahan darah di antara mereka. Mereka adalah partner dan juga sahabat, aku tidak ingin hanya karena wanita sepertiku mereka terpecah belah,” ujar Alexandra.An
“Aaarrggghhh!!!!” Christian mengerang kesal. Dia meluapkan emosi dengan meluluh lantakkan kamar itu.“Brengsek! Bajingan! David sialan!” Maki Christian.“Alexandra, jadi kamu lebih memilih bersama David setelah mengetahui semua fakta yang ada? Hahahah!” Christian tertawa frustasi.“Hanya orang bodoh yang tetap mau bersama orang yang telah membunuh ibu kandungnya sendiri, ya, orang bodoh. Kamu harus sadar diri Christian, lihatlah semua ini akibat dari ulahmu sendiri,” Christian bermonolog setelah memporak-porandakan kamar tersebut.“Alexandra!” gumam Christian.“Aku ingin menjadi orang egois yang ingin terus bersamamu walaupun kamu tak akan pernah memaafkanku. Sungguh aku mencintaimu, Alexandra!” Monolog Christian lagi kemudian tertawa seperti orang gila.Ya, Christian telah gila. Gila karena kebenciannya telah berbalik arah menjadi cinta, dan sebaliknya untuk Alexandra.Menyesal? Tentu saja dia menyesal, andai dia tahu lebih awal, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Dari mana Davi