Christian mengunci Alexandra di dinding lift, kemudian mendekatkan wajahnya di depan Alexandra seraya tersenyum miring, membuat wanita itu gugup dan salah tingkah.“Aku tidak memikirkan apapun, Tian.” Bohong Alexandra.“Oh, ya?” Mata hazel Christian menelisik.Mau tidak mau Alexandra membuang muka, mengalihkan pandangan ke segala arah.Christian semakin mendekat, kemudian bertanya, “Apa kamu sudah tidak sabar?” Alexandra pun membulatkan mata sempurna serta mengomeli dirinya sendiri dalam hati, sebab dirinya begitu mudah ditebak oleh Christian.Ting! Lift berbunyi tanda telah sampai di lantai tujuan, perlahan pintu mulai terbuka.Christian menegakkan tubuhnya lalu menggandeng Alexandra keluar dari dalam lift.Akibat perbuatan Christian tadi, Alexandra menjadi sibuk menetralkan detak jantungnya.Pintu apartemen terbuka usai Christian menekan tombol kunci.“Bersihkan dirimu, aku ada urusan, jadi aku akan keluar sebentar,” ujar Christian.Christian masuk ke kamar hanya untuk mengganti t
Alexandra bukannya menjawab dia justru memejamkan mata. Christian yang cemas akhirnya mengubah posisi Alexandra, mereka saling menghadap, pandangan pria itu tak lepas dari istrinya.“Katakan, Sandra. Apa yang kamu pikirkan?” Alexandra tersenyum.“Tidak ada, Tian. Aku hanya membayangkan anak-anak yang lucu keluar dari perutku.” Kata Alexandra.Christian memicingkan sebelah alisnya, kemudian kembali menatap Alexandra.'Anak, ya?’ batin Christian.Pria itu tertawa dalam hati saat ikut membayangkan anak yang lucu-lucu bermain bersamanya.Christian mengecup kening istrinya.“Beristirahatlah sebentar lagi.” Christian kembali menarik selimut.Suara bel berbunyi, Alexandra segera membuka pintu apartemen tersebut setelah melihat siapa yang datang.“Apa Pak Chris belum bangun, Nona Alexandra?” tanya David.Alexandra meringis kemudian mengangguk.David segera berjalan menuju kamar Christian, tapi Alexandra menghalangi.“Biar aku saja yang bangunkan.”David mengernyitkan keningnya, dia tak tahu ji
Mendengar ocehan saudara tirinya, Alexandra menghentikan langkahnya.“Apa maksud perkataannya?” gumam Alexandra.“Sudah, Nona. Kamu tidak perlu mendengar kata-katanya, dia pasti hanya ingin membuat masalah. Mari kita jalan!”Anna berbisik pada Alexandra agar tidak terpengaruh dengan ucapan Nikita.Alexandra hendak melangkahkan kaki, namun Nikita kembali mengoceh.“Dengar Alexandra, bagaimana jika suamimu itu bukan orang yang baik, bagaimana jika suamimu yang merencanakan kecelakaan ibuku?”Deg!Alexandra menarik nafas pelan seraya memejamkan mata.Bukan hal yang tabu jika Christian adalah orang yang tak akan mengampuni orang yang telah mengusik hidupnya. Tapi, apakah Astari masuk dalam daftar itu? Alexandra mencoba menenangkan diri.“Ayo, Nona. Lebih baik kita segera tinggalkan tempat ini.” Anna kembali membujuk sebelum Nikita semakin mengatakan hal yang bisa mengganggu pikiran Alexandra.“Sebentar, Anna.”Alexandra memutar tubuhnya, lalu tersenyum tipis.“Apa kamu sedang mengadu dom
“Bagaimana dengan Yohan, David? Apa dia sudah mentransfer kekurangan dari hutangnya?” tanya Christian.“Sudah, Pak. Tapi hanya setengahnya saja.”“Setengahnya? Apa dia bercanda? Ambil semua asetnya, terutama tanah yang berada di dekat pantai itu.”David mengernyitkan dahi, sejak kapan Christian menyukai lokasi yang seperti itu.“Baik, Tuan.”Christian langsung mengajak David untuk menemui Yohan dan menunda kedatangannya ke kantor.Biasanya dia hanya akan mengandalkan David untuk melakukan hal itu, tapi kali ini berbeda, orang tersebut memiliki tanah yang luas dan lokasinya cukup bagus di dekat pantai. Itu sebabnya Christian sampai turun tangan secara langsung. Christian akan langsung meninjau tanah itu setelah mendapatkan semua surat-suratnya. Rencananya tanah itu kelak akan dia bangun sebuah rumah yang impian yang megah. Rumah pribadi yang akan dia jadikan hunian kelak.David sedikit heran mengapa Christian mau terjun langsung untuk mengambil surat-surat dan akan langsung meninjau
Alexandra menelan salivanya dengan susah payah, meski dia tak berhadapan dengan Christian secara langsung, namun hawa dingin dan kemarahannya seakan menyusup melalui sela-sela ponselnya.“Maafkan aku, Tian. Lain kali aku tidak akan menemui Nikita tanpa seizinmu. Dan aku akan segera pulang,” ujar Alexandra.Tak ada jawaban dari Christian selain memutus panggilan tanpa sepatah kata pun.Alexandra menarik nafas panjang kemudian menghembuskan secara perlahan.“Ayo, kita pulang Anna,” beo Alexandra dengan tidak bersemangat.“Mari, Nona.”Sepanjang jalan menuju apartemen, Alexandra hanya diam dan menatap keluar jendela dengan sesekali menghembuskan nafas berat.David dapat merasakan kemarahan yang sedang melanda Christian.“Sekarang kita mau ke mana, Pak? Kantor atau apartemen?” tanya David untuk memastikan ke mana mereka akan pergi.“Kantor!” jawab Christian dengan singkat.Meski dalam keadaan marah, akal sehat Christian masih jalan, dia tidak mungkin pulang dalam keadaan seperti itu atau
“Lamban!” Hardik Christian setelah mengangkat panggilan tersebut.“Maaf, Pak, ada sedikit masalah di luar kendali. Saya baru bisa menyelesaikan semuanya.”Christian melihat jam tangan mewahnya, waktu menunjukkan pukul 11.00 malam.“Di mana kalian?” Dari seberang sana David menyebutkan lokasinya berada.Setelah memutuskan sambungan telepon Christian segera menyuruh Eric untuk menuju lokasi yang diberikan oleh David.Pukul 2.00 dini hari Christian barulah sampai di apartemen dengan penampilan yang kacau meski jiwanya telah kembali tenang.Christian segera masuk ke dalam kamar, melihat Alexandra yang tidur tanpa berselimut, dia pun menarik selimut sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Christian keluar dari kamar mandi, memandangi wajah polos Alexandra dengan sesuka hatinya.Acap kali berdekatan dengan Alexandra Christian hampir tak bisa menahan diri.Christian hendak mengeringkan rambutnya, tapi pendengarannya teralihkan pada
“Aku ingat waktu aku masih kecil, Mama berjanji padaku akan membuat rumah di dekat pantai, agar setiap pagi kami bisa bermain di pantai dan menghirup udara segar jauh dari hiruk pikuk bisingnya keramaian kota.”Anna hanya diam, tak tahu harus menanggapi seperti apa, salah-salah akan membuat Alexandra semakin bersedih.“Maafkan aku, Anna. Aku jadi merusak suasana,” ujar Alexandra.“Tidak apa-apa, Nona. Bagaimana mana kalau kita bermain air?” Anna tahu perubahan suasana hati Alexandra pun mengalihkan perhatian wanita itu dengan mengajaknya bermain air.Alexandra dengan senang hati mengangguk kemudian berjalan menuju ke air.Dua wanita itu asik bermain air dengan sesekali saling berpegangan saat ombak menghampiri keduanya.“Anna, apa kamu tahu apa yang dilakukan Pak Chris di sini? Aku pikir datang ke sini memang spesial untukku, ternyata aku salah mengira, aku terlalu percaya diri,” ucap Alexandra kemudian tersenyum hambar.Sudah satu jam lebih lamanya
Monica menoleh ke sumber suara, dia melihat sosok wanita yang tadi duduk bersama Alexandra, tiba-tiba sudah berada di belakangnya.Wajahnya begitu berbeda dengan saat bersama Alexandra, saat ini Anna terlihat dingin dan menakutkan.“Maafkan saya, Nona. Sepertinya saya salah mengenali seseorang,” ujar Monica.Anna menatap tajam ke arah Monica, dia sudah tahu jika wanita itu sejak tadi mengikuti Christian dan memperhatikan gerak-gerik mereka.“Oh, ya?” tanya Anna.Monica terlihat gugup, dia tak berkutik pandangannya seakan dikunci oleh Anna.Sebuah mobil berhenti tak jauh dari mereka.Pria itu turun dari mobil, lalu menghampiri anaknya. Anna ingat pria itu yang berada dalam daftar merah dan pemilik tanah yang telah diambil alih oleh Christian. Sepertinya pria itu masih bernegosiasi dengan Christian, dasar bodoh percuma saja, pikir Anna.“Apa ada sesuatu yang terjadi, Nona?” tanya Yohan pada Anna.“Tidak ada, katanya anak Anda salah mengena