Setelah mobil mewah suaminya kembali melaju, Alexandra segera berjalan menuju gedung di mana dia akan mengikuti perkuliahan.
“Alexandra!”Alexandra menghentikan langkah setelah mendengar seseorang berseru memanggil namanya.“Kak Fandy.”“Apa kabar? Lama tidak berjumpa di kampus,” tanya pria itu dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.“Kabar baik. Kakak sendiri?”“Aku juga sama sepertimu, baik.”'Lebih baik lagi karena aku bisa melihatmu sepagi ini,’ batin Fandy.Alexandra tersenyum lalu melanjutkan langkah. Fandy mengimbangi langkah, berjalan di samping Alexandra.Keduanya membicarakan hal yang membosankan, seputar kegiatan kuliah, praktikum, dan pendaftaran asisten dosennya. Fandy mengatakan ingin mendaftar menjadi asisten dosen.“Itu sangat cocok dengan Kakak, Asisten Dosen.”'Pasti akan lebih banyak lagi wanita yang tergila-gila padanya,’ monolog Alexandra dalam hati.“Benarkah?” Alexandra mengangguk dan memberikan dua jempol.Alexandra menggerakkan pipinya yang terasa pedih dan nyeri akibat tamparan wanita penggemar fanatik Fandy.“Aku tidak apa-apa, David. Lebih baik Kita segera pergi, aku khawatir Christian akan segera pulang.”“Baik, Nona.”“Hei, mau kemana kamu dasar jalang!” Wanita itu seperti belum menyerah.Wanita itu mencekal tangan Alexandra, segera David memegang tangan wanita yang menamparnya istri bosnya itu.Sontak wanita itu melepas cekalannya karena David mencengkramnya terlalu kuat.“David, tolong lepas.” David dengan melepaskan cengkramannya.Alexandra berbalik, menatap wajah wanita itu dalam remang-remang.“Dengarkan Nona. Aku dan Kak Fandy tidak memiliki hubungan apapun. Jika kamu memang menyukainya, katakan langsung padanya, jangan berbuat seperti ini, aku yakin Kak Fandy tak akan menyukai perbuatanmu yang seperti ini,” ujar Alexandra.“Tahu apa kamu, hah? Aku tak percaya ucapanmu, banyak wanita sepertimu mengatakan hal yang sama, nyatanya mereka me
"Apa tidak pegal tidur dengan posisi duduk seperti itu?" monolog Christian, pria itu menggelengkan kepala, heran.Christian hendak mengangkat tubuh istrinya, yang tidur dengan posisi duduk di kursi dan kepala menelungkup di atas kedua tangannya di atas meja.Tiba-tiba sebuah pesan masuk, terbaca dari notif bar.“Cih, siapa malam-malam mengirim pesan, dasar tidak sopan,” Christian menggerutu.[Alexandra, ini aku Fandy. Aku menggunakan nomor baru–]Hanya sebagian dari pesan itu yang bisa terbaca."Dasar bocah tengik! Beraninya mengusik milikku," gumam Christian.Tak habis akal, Christian menempelkan jari Alexandra ke ponsel tersebut, lalu membaca pesan tersebut.[Alexandra, ini aku Fandy. Aku menggunakan nomor baru. Bisakah besok pukul 12.30 bertemu di cafe xxx? Sebagai permintaan maaf aku akan mentraktir makan.]Setelah selesai membaca pesan tersebut, Christian langsung menghapusnya agar tidak ada jejak yang tersisa.Dia menunda untuk menggendong Alexandra dan memotret pesan dan nomor
Ponsel canggih Christian bergetar, ada sebuah pesan masuk dari David. Pria itu begitu murka setelah melihat isi pesan dari orang kepercayaannya itu.Christian melambaikan tangan pada Eric, menyuruh pria itu mendekat."Tolong kamu handle rapat ini sampai aku kembali, jika aku terlalu lama kamu boleh mengakhirinya, aku akan keluar sebentar.""Baik, Pak.Sebelum berdiri, Christian menginterupsi dengan menaikkan tangannya, setelah semua peserta rapat mengarahkan pandangan padanya, pria itu berpamitan."Silakan kalian lanjutkan rapat ini bersama Pak Eric dan Pak Reezal, saya akan menelpon sebentar."Semua peserta rapat mau tak mau harus setuju, tapi mereka memandang remeh pada Eric yang baru saja mendapat jabatan, terlebih pria itu tidak memiliki riwayat bekerja di perusahaan itu sebelumnya.Dengan tenang Christian kembali ke ruangannya, begitu menutup pintu pria itu langsung menghubungi David.“Halo, David.”“Ya, Pak.”“Lindungi Alexandra, jangan sampai dia tertangkap.”“Baik, Pak.”“Atur
Melihat Alexandra yang sudah mulai tenang, David mengajaknya untuk segera meninggalkan kampus.“Tapi aku masih ada kuliah, David,” tolak Alexandra.“Ini perintah Pak Christian, Nona. Anda tahu jika beliau tidak suka dibantah.”Alexandra menghembuskan nafas pelan.Fiona menepuk bahu Alexandra, dan meminta wanita itu untuk menuruti apa yang diperintahkan oleh suaminya.“Terima kasih, Fio.” Ucap Alexandra sebelum meninggalkan kampus.“Sama-sama, Alexa. Nanti aku akan share material apa yang diberikan oleh dosen. Kamu memang harus menenangkan diri lebih dulu.” Alexandra mengangguk.Mau tak mau Alexandra mengikuti kata-kata David.“Kita mau kemana? Ini arah yang berlawanan dengan apartemen,” tanya Alexandra.“Kita akan ke rumah sakit.”“Untuk apa? Aku baik-baik saja. Lebih baik kita pulang saja.”“Fisik Anda memang baik-baik saja, tapi tidak dengan psikologi. Pak Christian meminta saya untuk mengantar Anda untuk konseling. Karena kejadian yang baru saja Anda alami bisa saja menyebabkan tra
Malam itu Nikita dan Marco masih menikmati tidur setelah pergulatan panas mereka. Namun, suara yang begitu familiar membangunkan Nikita.“Nikita, bangun!”Suara itu terdengar sangat murka.“Bangun dasar anak tak tahu diri.” Suara dari orang berbeda yang terdengar begitu terluka.Nikita mencoba membuka matanya, tubuhnya begitu lelah.“Bangun!” Tangan itu langsung menyeret tubuh Nikita yang polos tak berbenang.“Papa, Nikita tidak menggunakan pakaian, kenapa ditarik.” Protes Astari pada suaminya.“Lihatlah kelakuan anak yang selalu kamu bangga-banggakan dan kamu manjakan.”Harry memungut pakaian Nikita yang berserak di lantai, lalu melempar ke wajah wanita itu.“Cepat pakai!” Bentak Harry pada Nikita.Astari membantu anaknya untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri.Selain Harry dan Astari, di kamar itu Ada juga petugas hotel, yang langsung memalingkan wajah saat melihat Nikita diseret oleh Harry.Harry yang penuh amarah juga membangunkan Marco yang masih terbuai mimpi indah.
Setelah mendapat pengusiran, Nikita mau tak mau harus mencari tempat tinggal. Dia pergi dengan tak membawa fasilitas apapun dari ayah sambungnya.[Untuk sementara waktu, jangan tunjukan wajah di depan Papa sampai Mama mendapatkan fasilitas Mama kembali. Kamu pikir kamu saja yang susah? Mama juga susah gara-gara ulahmu. Dasar anak tidak tahu diri!]Sebuah pesan itu dikirim oleh Astari pads Nikita."Mama keterlaluan, tega sekali dia berkata seperti itu pada anaknya sendiri!" Gumam Nikita dengan kesal."Semua ini gara-gara Alexandra, aku akan membuat perhitungan dengannya."Nikita menyeringai, sebelum mencari apartemen untuk tempat tinggal, dia akan menemui Alexandra lebih dulu.Nikita menekan nomor Alexandra untuk menghubunginya.Kesal! Sebab sampai panggilan ketiga saudara tirinya itu tak kunjung mengangkat teleponnya."Sial! Dia benar-benar ingin bermain-main denganku."Tanpa terpikirkan oleh Nikita jika Ariana saat ini sedang di kelas mengikuti perkuliahan.Nikita mencoba mencari taks
Orang di seberang sana kembali terkekeh saat mendengar permintaan Nikita.“Kalau kau berikan tubuh molekmu itu padaku secara cuma-cuma aku akan dengan senang hati membantumu, Sayang.”Nikita mengumpat, lalu memutus panggilan telepon tersebut. Hatinya sangat marah, dia bergegas datang ke apartemen sahabatnya, setidaknya dia ingin menitipkan kopernya lebih dulu.Di sela-sela makan siangnya, ponsel Alexandra kembali berdering. Meski malas, Alexandra memeriksa siapa gerangan yang meneleponnya.Alexandra bersyukur karena orang itu bukanlah Nikita, melainkan Ayah kandungannya.“Papa?”Alexandra meminta izin pada Fiona untuk mengangkat telepon dari ayahnya. Meski khawatir, gadis itu mempersilakan Alexandra untuk pergi sebentar.“Jangan terlalu jauh,” pesan Fiona.“Iya, kamu tenang saja, Fio.”Sembari berjalan, Alexandra mengangkat telepon dari Harry.“Halo, Papa?” Suara Alexandra terdengar semringah.Bagaimana tidak ini kali pertamanya setelah Alexandra menikah, Harry mau menelponnya.“Apa k
“Kak Fandy!” Pekik Alexandra.Mendengar suara Alexandra, membuat Nikita tersadar. Wanita itu menatap tangannya yang masih berada di perut Fandy. Seketika Nikita melepas tangannya dari belati yang digunakan untuk menusuk Fandy, tangannya telah bersimbah darah.Nikita memundurkan langkah, “Sial!” umpatnya.Tak ada penyesalan sama sekali dari raut wajah wanita itu. Fandy masih bisa menundukkan tubuhnya, dia mengerang kesakitan. Alexandra memegang tubuh Fandy, membantu pria itu duduk dengan perlahan.Nikita mencoba melarikan diri, tapi dirinya sudah terlambat, orang-orang yang tadi dipanggil oleh Fandy berhasil menangkapnya.“Lepaskan!” Teriak Nikita.Alexandra segera memanggil ambulance dengan smartphone miliknya.“Nona Alexandra!”Sembari menelpon, Alexandra menoleh ke arah sumber suara.“David tolong, David.”David mencoba memahami keadaan dia bergegas memanggil polisi, setelah melumpuhkan Nikita yang terus memberontak.David benar-benar kecolongan kali ini, entah trik apa yang dilakuk
Gagal sudah rencana Alexandra untuk pulang ke rumahnya dan juga berpesta bersama Fiona. Terlihat jelas dalam guratan wajah wanita itu jika saat ini dia sedang kesal.“Apa seperti itu wajah yang seharusnya kamu tunjukkan pada suamimu setelah lima tahun tidak bertemu!” protes Christian. Alexandra hanya diam dan melirik pada pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Pria itu sibuk menyiapkan minuman di dalam Limousine mewahnya.Tak ubahnya dengan sang ibu, Aldrich pun berwajah tak bersahabat, tangannya menyilang di dada dan menatap ayahnya dengan tajam sama persis seperti Christian.Kini Aldrich ingat jika pria tampan berwajah tegas itu adalah pria sukses yang ada di televisi, yang membuat ibunya bahkan tidak berkedip memandangnya, namun ketika di dalam kesunyian ibunya menangis karena teringat dengan pria itu.Pria itu juga yang fotonya berada dalam dompet kesayangan ibunya. Aldrich tahu karena pernah sengaja mencari tahu tentang ayahnya.Alexandra bukan tak pernah memberi tahu se
Lima tahun kemudian. Alexandra dapat melewati waktu lima tahun ini hidup bertiga dengan ayah dan juga anaknya. Pria kecil yang tampan, lincah, dan juga cerdas itu dia beri nama Aldrich Tian. Aldrich yang artinya laki-laki bangsawan yang berkarakter dan berbudi luhur, sedangkan Tian diambil dari penggalan nama ayahnya, Christian. Lima tahun yang lalu Alexandra dan ayahnya memutuskan untuk meninggalkan kota itu dan memilih menetap di kota tanah kelahiran sang ayah. Meninggalkan semua kenangan pahit yang pernah mereka lalui, memulai hidup baru dan juga bisnis baru di tempat tinggal yang baru. Lima tahun berlalu Alexandra dan Aldrich baru saja menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi. Alexandra akan menghadiri sebuah pertemuan besar dalam dunia bisnis, perusahaannya masuk dalam undangan khusus di acara tersebut. “Jadi ini kota kelahiranmu, Ma? Lebih semrawut dari dugaanku,” kata Aldrich. Alexandra membulatkan mata. “Kamu berkomentar terlalu pedas Al, jangan sampai orang l
Alexandra akhirnya membuka suara dengan sebuah pertanyaan.Christian tersenyum samar mendengar pertanyaan dari istrinya itu.“Kita bahas itu besok saja, kita tidak perlu buru-buru. Silakan kamu coba susu almond buatanku, kalau enak aku akan rajin buatkan untukmu.”Alexandra menghela nafas pelan, kemudian mengambil gelas yang berisi susu almond itu. Aromanya sungguh menggoda.Alexandra menyeruput susu tersebut, rasanya sangat segar berbeda dengan susu hamil pada umumnya yang membuat eneg.Sedangkan Christian menatap Alexandra dengan antusias menunggu wanita itu berkomentar.“Bagaimana rasanya?”“Enak,” jawab Alexandra singkat.“Kamu suka?” Alexandra hanya mengangguk dengan senyuman setipis tisu.“Baiklah aku akan rajin membuatkannya untuk,” seru Christian.Alexandra tersenyum tipis kemudian kembali meminum susu itu lagi.“Setelah ini kita makan malam, aku sudah buatkan sup salmon untukmu.”Mereka menikmati makan malam bersama dengan menu spesial buatan Christian.Bagaimana Alexandra ti
Seraya menggiring Alexandra ke mobil, Christian menghubungi seseorang.“Dave, berhentilah bermain-main, dia sudah bersamaku sekarang!” titah Christian.“Tanggung, Tuan. Aku ingin sedikit membuatnya tergores,” balas Dave.“Terserah kamu saja!” Christian langsung memutus panggilan tersebut.Di dalam mobil mewah itu begitu sunyi, baik Alexandra maupun Christian tak ada yang membuka suara.Alexandra tidak tahu akan dibawa ke mana yang dia tahu jalan itu tidak menuju ke apartemen Christian.Sedangkan Christian mati-matian menahan diri agar tidak kelepasan, dia ingin sekali memeluk Alexandra, mengucapkan kata rindu, mengecup bibirnya, dan juga menyapa janin dalam kandungan Alexandra, tapi egonya masih begitu tinggi.Setelah melewati perjalanan yang cukup memakan waktu, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua yang berada di dekat pantai.Saat keluar dari mobil Alexandra bisa mencium aroma pantai yang khas. Alexandra menghentikan langkah kemudian menghirup dalam-dalam udara d
David menyeringai, dengan sigap dia menghalau tangan Dave, sebuah tembakan melayang entah ke mana.Doorrr!!!Buuugghhh!!!Satu sikutan keras menghujam tepat perut Dave. “Uugghhh!!!”David langsung mengambil alih senjata itu dari tangan Dave.Dave memang ahli dengan senjata api, tapi tak setangkas David dengan tangan kosongnya.“Jangan membuat keributan, Dave. Aku sedang tidak ingin meladenimu!” David mengulang kalimatnya memberi penegasan.Dave meringis, serangan David ternyata cukup kuat, beberapa saat kemudian Dave menegakkan tubuhnya dan bertepuk tangan pelan.“Hebat! Kecepatanmu memang tidak ada tandingannya!” puji Dave.“Ayo kita sedikit bermain-main, aku sudah menantikan pertarungan ini sejak lama!” ungkap Dave.“Tidak denganku, Dave! Aku tidak memiliki banyak waktu,” David langsung masuk ke dalam mobil dan memacu kendaraannya menuju ke rumahnya.Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak, David merasa Dave datang hanya ingin mengulur waktunya saja. Dalam perjalanan David
David masuk ke dalam ruang rawat inap Alexandra dengan membawa makanan kesukaan Alexandra seperti biasanya.“Aku ada kabar gembira untukmu!” Ucap David pada Alexandra.“Apa itu?”“Jika sore ini hasil pemeriksaanmu bagus semua, dini hari kita bisa keluar dari sini.”“Benarkah?” tanya Alexandra dengan wajah semringah.“Tentu saja, aku tidak pernah berbohong padamu. Tapi….” David menjeda ucapannya.“Tapi apa?”“Tapi aku butuh tahu persiapanmu.”“Persiapan?” tanya Alexandra bingung.“Iya, persiapan. Cepat atau lambat Christian pasti akan menemukan kita. Aku ingin kamu juga bersiap secara fisik dan mental jika tiba-tiba dia menemukan kita, terutama kamu. Aku sendiri tidak yakin akan bisa melindungimu sepenuhnya kali ini,” jujur David.David sendiri juga sedang mempersiapkan diri andai saja Christian melakukan serangan. “Iya, aku sudah mempersiapkan diri, David. Kamu tak perlu khawatir. Justru aku mengkhawatirkanmu, dia orang yang tidak memiliki hati, aku takut gara-gara aku, kamu send
Christian menyeringai mendengar ucapan ayah mertuanya.“Benar Ayah Mertua, aku memang tidak butuh perusahaanmu itu. Kalau begitu jaminkan saja nyawa Anda,” ucap Christian dengan dingin dan tanpa belas kasih.“A-apa?” Harry Davendra pun terkejut. Isi tempurung kelapanya baru saja berpikir seperti itu, lalu pria mengerikan di depannya ini berkata hal yang sama.“Apa Anda tuli?” Christian pun berdiri tanpa menunggu jawaban dari ayah mertuanya, kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membawa Harry dengan paksa.Harry tak bisa berbuat apa-apa, memangnya dia bisa berbuat apa? Dalam hati Harry hanya bisa berdoa semoga Alexandra dalam keadaan baik-baik saja setelah ini.Bisa dikatakan hidupnya begitu sial bisa berurusan dengan Christian Hoover.Harry digelandang keluar dari rumahnya.“Tuan Christian, Anda tidak bisa membawa ….”Belum sempat anak buah David itu selesai bicara sebuah tembakan melesat ke tubuh itu. “Merepotkan sekali!” kesal Christian.Sedangkan tubuh Harry mulai gemetar,
Mendengar panggilan Anna, David pun menghentikan langkahnya dan menoleh.“Ya?”“Kembalilah dengan selamat. Melawan Pak Chris dan Tuan Dave pasti tidak akan mudah,” pesan Anna dengan nada khawatir.“Kamu tak perlu khawatir. Aku tidak akan bertengkar dengan mereka,” balas David lalu kembali melanjutkan langkahnya.“Sayangnya aku tak percaya ucapanmu, Tuan David,” gumam Anna. Lalu masuk ke dalam kamar inap Alexandra.“Anna!”“Ya, Nona?”“Apa David akan baik-baik saja karena melindungiku?” tanya Alexandra dengan nada khawatir. Baik Christian dan David sama-sama manusia tidak mempunyai hati, bedanya Christian masih memiliki kekuatan yang lain, sedangkan David tidak.“Percaya pada Tuan David, Nona. Dia pasti akan baik-baik saja,” Anna mencoba menenangkan Alexandra, kendati dirinya sendiri tidak yakin.“Aku hanya tidak ingin ada pertumpahan darah di antara mereka. Mereka adalah partner dan juga sahabat, aku tidak ingin hanya karena wanita sepertiku mereka terpecah belah,” ujar Alexandra.An
“Aaarrggghhh!!!!” Christian mengerang kesal. Dia meluapkan emosi dengan meluluh lantakkan kamar itu.“Brengsek! Bajingan! David sialan!” Maki Christian.“Alexandra, jadi kamu lebih memilih bersama David setelah mengetahui semua fakta yang ada? Hahahah!” Christian tertawa frustasi.“Hanya orang bodoh yang tetap mau bersama orang yang telah membunuh ibu kandungnya sendiri, ya, orang bodoh. Kamu harus sadar diri Christian, lihatlah semua ini akibat dari ulahmu sendiri,” Christian bermonolog setelah memporak-porandakan kamar tersebut.“Alexandra!” gumam Christian.“Aku ingin menjadi orang egois yang ingin terus bersamamu walaupun kamu tak akan pernah memaafkanku. Sungguh aku mencintaimu, Alexandra!” Monolog Christian lagi kemudian tertawa seperti orang gila.Ya, Christian telah gila. Gila karena kebenciannya telah berbalik arah menjadi cinta, dan sebaliknya untuk Alexandra.Menyesal? Tentu saja dia menyesal, andai dia tahu lebih awal, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Dari mana Davi