Kiran berbalik meninggalkan lobi depan sambil berlari ke kamarnya. Ia mengurung diri dan menangis sejadinya. Hati Kiran begitu sakit begitu melihat suaminya datang meminta maaf dengan berlutut. Kiran sebenarnya ingin memberikan kesempatan pada Shawn untuk bisa menjelaskan yang sebenarnya.
Tapi seakan suara di dalam dirinya tak menginginkan hal itu. Shawn benar-benar sudah berbohong dengan semua bukti yang sudah diberikan oleh Yousef, Ayahnya.
Kiran tak pernah menyangka jika dirinya hanyalah sebuah jaminan. Ia tak ubahnya sebuah kertas kontrak yang tak berharga. Bibi Shimla yang berusaha mengetuk pintu untuk masuk, bahkan tak diindahkan oleh Kiran sama sekali. Ia terus menangis dan tak perduli pada apapun.
Sementara Shawn yang sedang berlutut di depan mansion Kanishka dihampiri oleh Yousef dengan senyuman kemenangan.
“Aku sudah bilang, jika kamu takkan pernah menang melawanku, Admiral Miller!” Shawn menaikkan pandangannya dan menatap Yousef den
Usai James bicara, Jayden merebut kertas yang baru saja dibaca oleh James. Ia ikut membaca lalu menoleh pada Shawn yang masih menggenggam garpu.“Kita harus tenang dan tidak boleh gegabah. Tapi aku setuju pada James, jika Kanishka memang harus dihabisi!” sahut Jayden dengan nada tenang namun menakutkan. Blue masih diam saja memperhatikan Shawn dan teman-temannya.“Jadi dia sekarang menyasar pada daftar yang sedang kamu pegang, Shawn. Dan menukarnya dengan ancaman akan membeberkan pernikahanmu ke publik. Luar biasa! Aku tidak pernah menemukan Ayah macam itu!” Arjoona menimpali sambil duduk di dekat Jayden dan Blue.Shawn masih diam saja. Ia terus memikirkan Kiran dan cara untuk mendekatinya lagi. Sesungguhnya Shawn hampir tak perduli dengan rahasia pernikahannya. Jika statusnya dilepaskan ke publik sekalipun maka Shawn tak perduli.Namun ia tak bisa serta merta bersikap seperti itu. Kebohongannya akan memberikan dampak domino tak ha
“Siapa dia?” tanya Amy tiba-tiba sudah berdiri di belakang Shawn.“Aahh!” Shawn benar-benar kaget dan langsung memekik kaget. Ia nyaris melompat dari kursinya dan langsung memegang dadanya.“Oh, Tuhan ... AMY APA YANG KAU LAKUKAN DISINI!” Shawn benar-benar menghardik Amy yang tiba-tiba datang tanpa disadari oleh Shawn. Lagipula sejak kapan gadis itu menyusup masuk tanpa suara sama sekali?Amy yang sebenarnya ikut kaget malah memajukan bibirnya dan menatap cemberut pada Shawn.“Aku sudah berada di sini beberapa menit yang lalu, kamu tidak tau aku masuk?” Amy malah balik bertanya dan membuat Shawn kesal setengah mati.“Amy ... sudah berapa kali aku bilang, jangan ganggu aku jika sedang di kantor!” Amy langsung tersenyum.“Berarti aku boleh menganggumu di rumah kan? Berikan alamatmu!” Amy sampai menengadahkan tangan seperti meminta sesuatu dengan cengiran tanpa dosa sama se
Mulut Amy masih terbuka dengan mata melotot mendengar Shawn ternyata berpacaran dengan Jaksa Kiran Kanishka. Tunggu dulu, bukannya itu Jaksa yang dulu pernah dikenalkan padanya saat pesta di gedung putih? Tapi kapan mereka berpacaran sebenarnya?“Kenapa?” Shawn balik bertanya dengan santainya. Ada rasa sakit di hari Amy yang tak bisa ia jelaskan tiba-tiba muncul saat tau jika Shawn memang telah memiliki kekasih. Ia kira sebelumnya itu hanya gosip yang dibuat agar tak ada lagi yang mendekati Shawn Miller.“Aku kira kamu bercanda,” gumam Amy dengan nada sangat rendah. Terlihat kentara jika ia memang kecewa.“Aku tidak pernah bercanda!”“Lalu kenapa kamu menyembunyikan hubunganmu? Dan berapa lama kalian sudah berpacaran?” Amy balik bertanya dan Shawn pun menghela napasnya.“Huff ... inilah yang paling aku benci. Karena aku harus menjelaskan dari awal segala sesuatunya padamu,” jawab Shawn jug
Kiran Kanishka mulai curiga pada perkataan Amy Baker yang menurutnya sangat aneh. Apa dia kini menjadi suruhan Kakaknya, Shawn Miller untuk mendekati Kiran? Tapi bukankah Amy tak mengetahui jika Shawn adalah Kakaknya?“Aku tidak mengerti maksudmu, Nona Baker,” ujar Kiran mencoba memperjelas.“Panggil saja aku, Amy!” potong Amy dengan cepat dan masih menyengir. Kiran menarik napas dan ikut tersenyum.“Baiklah, Amy. Tapi aku tidak mengerti apa hubungan kuliahmu dan aku,” sambung Kiran lagi. Amy langsung berpikir cepat dan masih menyengir sambil menjawab.“Aku sebenarnya tidak berminat di bidang design. Aku ingin menjadi pengacara, jadi diam-diam aku mendaftar di fakultas hukum. Jika tidak percaya, aku bisa menunjukkan kartu identitasnya!” Kiran langsung menggeleng dan menolak. Untung saja! Fuih... Amy rasanya ingin menarik napas lega. Dia memang berbohong soal kartu identitas mahasiswa itu.&ldquo
Entah mimpi apa Amy Baker hari ini. Ia berhasil membuat Shawn melakukan hal yang paling Amy inginkan yaitu mencium. Hatinya bersorak gembira saat Shawn menyetujui hadiah kecil yang pantas ia dapatkan karena sudah berhasil membawa Kiran Kanishka ke restoran tersebut.Tentu saja Shawn harus membayar dengan harga lumayan mahal untuk sebuah pertemuan dengan Kiran. Dan Shawn tak ragu memberikannya.Shawn menundukkan wajahnya semakin mendekat. Ia sedikit memiringkan posisinya agar lebih pas jika mengulum bibir indah Amy nantinya. Wajah Amy benar-benar semringah, ia tak menyangka jika hari ini akhirnya datang.‘Oh sedikit lagi!’ teriak Amy dalam hatinya. dan matanya pun mulai terpejam.“Ouch!” pekik Amy kesakitan karena kepalanya malah dijitak Shawn. Sontak Amy membuka matanya dan wajah kesal Shawn terpampang jelas di sana.“Jangan pernah berpikir aku akan mencium bibirmu. Dasar anak nakal! Apa kamu juga seperti itu
“Berikan ponsel kalian!” Shawn menengadahkan tangannya pada kedua tamu yang sempat merekamnya itu. Awalnya mereka tak mau melakukannya. Bahkan salah satunya sempat berdebat dengan Shawn.“Maaf ini privasi, anda tidak boleh mengambil ponsel sembarangan!” tolak tamu laki-laki yang menyembunyikan ponselnya dan pasangannya. Shawn jadi menyengir sinis.“Anda bicara soal privasi? Yang baru anda rekam ada privasiku dengan pasangan, apa itu bukan melanggar hal orang lain!” hardik Shawn. Ia benar-benar kesal dan masih memaksa untuk meminta ponsel.Jayden tiba-tiba muncul dari ujung koridor bersama dua orang anak buahnya di Golden Dragon lalu menghampiri Shawn.“Ada apa ini?” tanya Jayden sudah memandang Shawn. Sesungguhnya Jayden sudah melihat semuanya termasuk saat Shawn berlutut pada Kiran. dan ia baru keluar ketika ada tamu lain yang melewati koridor itu.“Pria itu meminta ponselku dengan paksa!&rdquo
Shawn masih murung dan sangat kecewa dengan yang terjadi pada makan malamnya dan Kiran. Sekarang ia menyesali semuanya, menyesal karena sudah berbohong serta menyesal karena terlalu tamak.“Sudah, jangan terlalu bersedih. Arjoona sedang kemari bersama James dan yang lainnya,” ujar Jayden sambil menyodorkan air mineral pada Shawn. Shawn mengambil gelas air tersebut lalu minum untuk membasahi tenggorokannya.“Kiran benar-benar marah padaku. Bagaimana caranya aku bisa mendekatinya lagi,” ucap Shawn dengan wajah kecewa dan nada menyesal. Jayden hanya bisa menepuk pundak Shawn sambil memberikannya semangat.“Aku tahu ini akan sulit untukmu. Tapi kamu harus bersabar. Aku akan hubungi Han dan Blake dulu. Mereka sedang memata-matai Kanishka sekarang!” Jayden pun mengambil ponsel dan menghubungi kedua asisten pribadi itu.“Apa yang kalian temukan?” tanya Jayden begitu sambungan ponsel tersambung.“Aparte
Kiran mual bukan main. Sudah nyaris 10 menit ia berada di toilet kamarnya lalu muntah tanpa jeda. Setelah merasa lebih baik, Kiran membersihkan mulutnya dan berdiri kembali.Dengan kepala terhuyung, ia keluar dari kamar mandi dan menenangkan diri duduk di pinggir ranjang. Sambil mengurut dadanya, Kiran masih tersengal dan membersihkan bekas air disudut bibirnya. Ia masih menenangkan diri setelah tiba-tiba muntah.“Apa aku salah makan malam?” gumam Kiran bertanya pada dirinya. Beberapa hari ini, ia memang agak tidak enak badan. Mungkin karena akan segera datang bulan, biasanya memang ia jadi sedikit lelah.Rasanya ingin sekali berbaring lagi dan tidur. Badannya pegal dan kepalanya juga pusing. Namun jadwal Kiran hari ini cukup padat, jadi ia tak mungkin meninggalkan pekerjaannya begitu saja.Kiran pun menarik napas dan melepaskannya perlahan. Ia memang harus lebih tenang karena belakangan dia jadi makin stress karena rumah tangganya.&ld
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia