Seperti janji, Shawn akan menemani Kiran merayakan hari besar Deepawali di New York. Shawn sampai mencari tau dimana komunitas India perantauan melakukan adat istiadat budayanya itu.
Dengan bantuan Bryan dan Jayden yang kenal dengan berbagai multi ras di pusat New York. Salah satu sudut Manhattan akan menjadi pusat perayaan Deepawali tahun ini.
Kiran memakai Lehengga Choli yaitu pakaian khas wanita India yaitu semacam rok panjang mengembang yang dipadankan dengan atasan blus ketat crop dan sebuah Choli yaotu kain selendang yang juga panjang sebagai pelengkap.
Ia memakai warna Lehengga baby pink yang sangat cantik sementara Shawn memakai Kurta, yaitu pakaian panjang pria sampai lutut dengan celana bahan kain yang nyaman.
Perayaan Deepawali adalah perayaan cahaya yang dilakukan selama lima hatri berturut-turut. Karena ini hari pertama maka Kiran bersama orang-orang India lainnya akan bersembahyang di kuil yang sudah dipersiapkan.
Sementara Shawn hany
“Mana Kiran!” hardik Yousef pada seorang pegawai Kejaksaan yang ia temui. Pegawai itu mengernyitkan keningnya.“Uhm...!” tak sabar Yousef langsung menarik kerah jas si pegawai itu dan mengancamnya.“Jika tidak bicara aku akan membongkar seluruh ruangan di kantor ini!” ancam Yousef dengan nada menggeram rendah.“Anda tidak bisa sembarangan, Tuan. Kami punya CCTV!” tunjuk pria yang tengah diancam oleh Yousef tersebut pad asebuah sudut yang memasang kamera pengawas. Yousef sedikit mendongak dan melihat sebuah kamera tengah merekamnya. Ia pun kesal lalu menghempaskan pria itu dari pegangannya.“Brengsek! Ke mana anak itu!” umpat Yousef kemudian. Beberapa petugas keamanan kantor lantas menghampiri Yousef untuk mengusirnya keluar dari kantor tersebut.Sedangkan Shawn terus mengintip Yousef dari balik tembok. Setelah tau jika Yousef berhasil diusir keluar, barulah ia kembali ke koridor kamar keci
Kiran Kanishka sekarang diikuti oleh 10 orang mata-mata yang ditugaskan Shawn Miller tanpa diketahui oleh Kiran sama sekali. Ia bahkan tak mengetahui jika kamar kerjanya di Kejaksaan telah dipasangi oleh kamera-kamera pengintai yang langsung terakses pada Shawn.Esok adalah hari pelantikan Kiran menjadi Kepala Jaksa Muda di Kejaksaan Tinggi New York. Kiran akan menempati posisi barunya sebagai salah satu jaksa termuda.Sementara Shawn Miller juga memperoleh undangan untuk pelantikan tersebut. Meskipun sebenarnya ia boleh tak menghadirinya karena itu hanya pelantikan internal biasa, tapi Shawn pasti tak akan melewatkannya.Jadi malam ini, untuk merayakannya, Shawn pulang lebih cepat untuk memasak bagi Kiran. Ia akan membuat makanan spesial menggunakan daging terbaik.Daging panggang Roast Meat khas Inggris, pie dan bir peterseli, Yorkshire pudding hingga Bubble and Squake adalah deretan makanan yang sedang diolah oleh Shawn di dapurnya. Bibi Shimla hanya m
KANTOR KEJAKSAAN NEW YORKKiran Kanishka sedang dilantik menjadi Kepala Jaksa Muda yang akan membawahi puluhan Jaksa yang akan bertugas setiap harinya pada pengadilan-pengadilan sipil di New York.Pelantikan itu dihadiri pula oleh Shawn Miller yang diundang sebagai perwakilan dari pihak militer. Itu dilakukan karena Kiran merupakan salah satu pengajar tetap di Navy saat ini.Semua jadi spesial karena kedatangan Shawn. Meski ada kecurigaan, tapi Shawn menutupinya dengan beralasan mengantarkan pesan serta karangan bunga dari Presiden.“Selamat atas pelantikanmu, Nona Kanishka atau mungkin saat ini aku harus memanggilmu sebagai Jaksa Kanishka,” sapa Shawn setelah acara pelantikan tersebut. Kiran tersenyum pada pujian suaminya itu. Banyak orang yang hadir di sana termasuk rekan kerja dari Boston yaitu Phillip Anderson dan Robert Grisham.“Terima kasih, Admiral,” balas Kiran sedikit membungkuk tanda memberikan hormat. Shawn pun m
Shawn memang gila karena sudah menawarkan 100 juta dolar hanya untuk membuat Kiran terlepas dari sang Ayah. Tak tanggung-tanggung, jika memang harus, ia akan menyerahkan separuh dari kekayaan keluarga Matsui untuk Yousef.Shawn tak ingin melakukan kekerasan sama sekali. Ia sadar, Yousef masih bisa mengancamnya lewat perjanjian yang sempat ia tanda tangani sebelumnya. Kertas itu menjadi semacam bumerang terselubung yang bisa saja kembali menghantam Shawn suatu hari.Yousef yang tengah merasa di atas angin tentu takkan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia pun mendekat dan menyodorkan kembali cek tersebut.“Ambil uangmu dan serahkan putriku!” balas Yousef dengan nada rendah. Shawn menarik oksigen lalu menghembuskannya dengan kesal sambil tersenyum sinis.“Bukan seperti itu perjanjiannya!” ujar Shawn dengan wajah dingin. Yousef ikut tersenyum dan mengangguk.“Kalau begitu kita akan melakukan seperti yang sudah kita sepak
Shawn tiba di kediaman ibunya setelah terbang sekitar 1,5 jam dan mendarat dengan selamat. Sementara Kiriko memang tidak kemana-mana. Ia berbohong pada Shawn dengan mengatakan jika tengah bersama teman-temannya. Kiriko tak ingin membuat putranya itu curiga, jadi ia ingin terlihat seperti sedang menikmati hidup seperti biasa.Dari jauh terlihat Shawn keluar dari pesawat latih kecil miliknya itu dan berjalan separuh berlari ke arah dalam mansionnya. Setelah masuk, sang Ibu terlihat keluar dan dengan manisnya menyambutnya."Kamu sudah tiba, Shawn. Ayo masuk ... sebaiknya kita bersiap untuk makan malam." Shawn menggelengkan kepala pada ajakan ibunya itu. Kiriko terdiam, Shawn tak pernah lagi mau makan dengannya kecuali saat terakhir ia datang bersama Kiran."Apa kamu tidak lapar?""Aku perlu bicara denganmu!" jawab Shawn dengan nada dingin dan dengusan sedikit keras seperti biasa. Ia berjalan begitu saja melewati ibunya dan berjalan ke ruang salah satu ruanga
Sekarang setelah Shawn gagal memberikan uang pada Yousef Kanishka, ia jadi lebih sedikit paranoid dan gampang cemburu. Bagaimana caranya agar ia bisa mengurung Kiran di rumah tanpa keluar bekerja? Tapi apa itu mungkin.Kiran pasti akan curiga. Meski tanpa sepengetahuan Shawn, Kiran memang sudah mulai curiga. Ia merasa seperti sudah diikuti oleh beberapa orang. Tapi kecurigaan itu terus ditepisnya. Sampai ketika ia dibantu oleh seseorang saat beberapa berkasnya jatuh, sepertinya ia pernah melihat wajah pria tersebut.Kiran mencoba mengingat sampai akhirnya ia tahu jika pria itu adalah salah satu siswa di akademi militer. Kiran memang sudah curiga jika suaminya mungkin memerintahkan beberapa orang untuk mengikutinya namun ia belum memiliki bukti. Sampai akhirnya, Kiran membuat Shawn mengakui semuanya.Malam itu, Kiran membuatkan susu madu seperti biasa dan masuk ke dalam ruang kerja Shawn. Shawn yang tengah berbicara dengan teman-temannya lalu tersenyum saat melih
Shawn sebenarnya cukup lelah hari ini. Selain karena ia harus rapat internal mengenai latihan bersama negara-negara yang tergabung dalam pakta atlantik utara NATO, juga karena hal-hal administratif lainnya yang menyita seluruh waktunya hari ini. Tapi begitu ia sedikit lenggang dan bisa pulang untuk beristirahat, Shawn tak lupa membeli bunga dan beberapa makanan untuk Kiran di rumah. Setidaknya Kiran pasti sudah pulang dari pekerjaannya mengingat belakangan Shawn memang sangat sibuk. Ia kerap pulang malam. “Sampai jumpa besok, Blue!” ujar Shawn begitu Blue mengantar hingga lobi apartemen. “Selamat malam, Admiral!” balas Blue memberikan buket bunga dan sebuah paper bag berisi beberapa cemilan kesukaan Kiran. Shawn lalu berbalik dan berjalan ke arah lift sambil menenteng paper bag dan membawa bunga. Setelah memastikan Shawn masuk ke dalam lift barulah Blue pergi dari lobi apartemen mewah tersebut. Sementara Shawn dengan senyuman dan rasa lelah yang membu
Kiran tau jika firasatnya memang benar. Shawn menyembunyikan sesuatu darinya dan itu melibatkan ayahnya. Kiran sesungguhnya mulai curiga dengan pernikahannya sejak awal. Tapi ia tak ingin menduga apapun sama sekali. Tak ada bukti yang menyatakan jika pernikahannya palsu. Ia menandatangani semua surat dan akta pernikahan yang sah di mata hukum. Lalu apa yang salah?Firasat akan terjadinya sesuatu yang aneh dirasakannya kembali saat malam pengantinnya. Ketika Shawn bahkan tak mau melihat wajahnya sama sekali. Tapi semuanya seperti sirna saat ia dan Shawn dipertemukan dalam pertemuan yang manis setelahnya.Cinta pada pandangan pertama, itulah yang dirasakan Kiran saat melihat Shawn untuk pertama kali. Ia mungkin memang Jaksa yang sudah bertemu banyak orang, namun baru kali itu Kiran melihat foto seorang pria dalam balutan seragam putih Navy yang gagah dan membuat hatinya berdegup.Jantungnya bahkan hampir copot ketika Shawn pertama kali memergokinya di ruang sauna
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia