Almira mendongak melihat ke lantai dua, lalu ia berjalan ke sana untuk menemui Liora, mungkin Liora butuh sedikit tau kisah masalalunya dengan Kevin.
Tok... tok... tok...
Liora yang sedang membaca buku panduan menjadi ibu yang baik menoleh. Meletakkan buku ke meja lalu berseru. “Masuk aja, Mbak.” katanya mempersilahkan karena Liora tidak bisa berjalan untuk membukakan pintu berkat kakinya yang masih membengkak. Liora tau jika itu Kevin pasti tidak mungkin mengetuk pintu lebih dulu.
Cklek.! Almira membuka pintu, Liora menyambut dengan senyum ramah.
“Mbak Mira ada apa ya?&rd
Dua jam pasca melahirkan, Liora masih belum sadarkan diri, box bayi beserta sang bayi dan Kevin yang menemani tak cukup membuat Liora segera bangun.Kevin benar-benar merasa terharu, melihat bayi berkulit merah yang kini sedang tertidur. Padahal seharusnya bayi itu harus meminum asi dari Liora tapi Liora bahkan masih belum sadarkan diri sejak dua jam setelah melahirkan.Bayi yang sedang memejamkan mata itu kembali membuat Kevin matanya mengembun, kembali bulir bening merembes melewati ujung kelopak matanya. Tersenyum tipis ketika apa yang Altar katakan waktu itu benar. Bayinya lahir laki-laki dan sangat sehat.“Aku jadi ayah.” gumam Kevin saat menatapi wajah bayinya, meski masih bayi tapi Kevin tau jika sebagian besar kemiripan dari bayi itu lebih ke ayah dari pada ibu. Mungkin saat Liora bangun, dia akan kesal saat melihat bayinya lebih mirip dengan Kevin.Dari hidung sama bibir persis dengan milik Kevin, bagian alis dan mata masih belu
Hanya beberapa saat Kevin melihat Liora menyusui Varka dengan tenang, tepat setelah Varka menerima asi dari Liora, Liora meringis, Kevin memberanikan diri mengambil Varka dari pangkuan Liora lalu di pindah ke boks bayi.Setelahnya Kevin membuka selimut tipis, kedua bola mata Kevin membola saat darah cukup banyak di bawah kaki Liora.Kevin langsung menekan tombol darurat di dekat tempat tidur, tak butuh waktu lama sampai seorang dokter di temani dua perawat datang. Kevin di persilahkan keluar, dan sebelum keluar Kevin sempat melihat Liora yang kembali kesakitan.Menunggu dengan cemas di luar ruangan, tak lama Sandra datang melihat Kevin. “Liora kenapa, Vin?”“Liora berdarah lagi, mah, Darahnya banyak.” Kevin memegangi tangan Sandra. “Ma... Kevin takut terjadi sesuatu dengan Liora, ma.” ucap Kevin dengan sendu.“Kita berdoa yang terbaik buat Liora, dokter pasti bisa menangani Liora.” Sandra mengus
Sudah berlalu tiga jam dan Liora belum sadar, sedangkan Varka terus menangis berharap agar bisa mendapat asi dari Liora. Namun karena Liora masih tak kunjung sadar alhasil Varka harus menerima su-su bubuk khusus bayi berumur kurang dari satu hari dari pihak rumah sakit.Kevin masih kepikiran apa yang dokter katakan, Kevin menyesali tindakannya yang meninggalkan Liora, harusnya tadi ia meminta pak Said atau yang lain untuk membeli makanan yang Liora mau agar Kevin bisa sepenuhnya menjaga Liora.Sekarang, bahkan tanpa Kevin tau apa yang terjadi dengan Liora, sampai Liora mendapat luka cukup serius didinding rahimnya, setidaknya Kevin bersyukur Liora berhasil menjaga Varka sampai lahir selamat.Varka sudah tidak menangis lagi. Kevin menatap wajah Varka yang masih kemerahan, lalu pada Liora yang masih belum sadar. Kevin takut jika sampai Liora harus menerima pengangkatan rahim yang artinya Liora tidak akan bisa mengandung ataupun melahirkan lagi.Merasa sanga
Pukul sepuluh pagi, Kevin baru saja memastikan Liora sudah mendapatkan pemeriksaan yang di maksud dokter kemarin, Kevin penasaran apa jawaban dokter, apapun itu semoga saja rahim Liora tidak benar-benar di angkat.Liora kini ada di ruang rawatnya bersama Sandra dan sang bayi, sedangkan Kevin di ruang dokter, bersiap mendengar kemungkinan apapun yang akan ia dengar.Dokter menghela nafas, di bawah meja tangan Kevin sudah gemetar. “Jadi bagaimana, Dok? Istri saya tidak akan kehilangan rahimnya kan?” tanya Kevin yang sudah sangat penasaran.“Pak Kevin ingat apa yang pernah saya katakan saat pertama kali bapak membawa istri bapak yang pingsan ke rumah sakit ini?” tanya dokter, Kevin mengangguk, yang di katakan dokter adalah saat Kevin belum menikahi Liora dan itu adalah hari pertama di mana Kevin tau jika Liora tengah menangandung.“Tapi istri saya bukan anak lima belas tahun, Dok. Dia udah dua puluh dua tahun, saya sendiri
Sementara Kevin dan Liora masih berada di rumah sakit, Almira di rumah Kevin merasa cemas, ia tau kejadian Liora bisa tiba-tiba jatuh karena ulahnya. Tapi bukan karena Liora masuk rumah sakit yang membuat Almira cemas, melainkan ia takut jika Liora mengatakan kebenarannya pada Kevin jika sebelum jatuh Almira adalah orang terakhir yang Liora ajak bicara.“Ngelamun terus, cucian di belakang banyak tuh. Kalau sampai Bu Sandra tau kamu malas-malasan buat kerja, pasti bakalan di pecat kamu.” tegur mbak Husni. Almira sampai terkejut tapi tak sempat untuk memprotes.Almira menghela nafas rendah, ia juga tau jika Liora sempat kritis setelah melahirkan. Entah kenapa tapi Almira merasa akan jauh lebih bagus jika Liora sekalian saja melepaskan nyawanya. Maka dengan begitu Almira punya kesempatan mendekati Kevin lagi, Almira masih sangat yakin jika Kevin juga menyimpan perasaan padanya sisa dari masa lalu.Tidak tau kenapa pikiran kejam muncul di otaknya,
Menjadi orang tua baru jelas bukan perkara mudah, yang tadinya bisa santai dengan mata terpejam nyenyak tanpa di ganggu oleh siapapun kini harus di pinggirkan lebih dulu untuk sementara. Tangis bayi pada pukul dua dini hari mengharuskan Kevin bangun, matanya terbuka melihat Liora yang sudah menggendong Varka.“Varka kenapa?” tanya Kevin serak, bergerak duduk dengan mata menyipit.“Gak tau. Tiba-tiba aja bangun terus rewel, udah aku susui juga tapi Varka tetep gak berhenti nangis.” Liora pun demikian bingung, ia juga baru menjadi orang tua.“Dia gak pipis kan?”“Enggak. Tapi badan Varka agak hangat.”Kevin mengucek sebentar kelopak mata sebelum beranjak turun dari tempat tidur, menyentuh kening Varka yang tidak hangat seperti kata Liora, justru tubuh Liora-lah yang terasa hangat menurut Kevin.“Aku yang gendong, siapa tau kalau Varka di gendong papa-nya mau diam.”
Saat malam, Liora di temani oleh Sandra untuk mengurus Varka. Bayi itu kembali terbangun tepat saat tengah malam seperti kemarin, dan kali ini Liora berhasil menidurkan Varka dan tentunya dengan bantuan Sandra.Tengah malam Varka sudah terbangun dua kali, yang tadinya kelaparan lalu pipis, Liora ekstra sabar menjadi orang tua. Ini adalah kali pertama menjadi ibu bagi Liora. Ke esokan harinya, Sandra terpaksa harus keluar dari rumah dan mempercayakan Liora pada mbak Husni.Sandra pergi untuk menjenguk Karin setelah mendapat kabar dari Altar kalau Karin mengalami kontraksi, entah itu gejala akan melahirkan atau bagaimana sehingga Sandra pagi-pagi sekali sudah pergi ke rumah Karin.Di rumah, Liora berasa sendirian, tak ada yang bisa ia ajak bicara, Varka masih bayi dan ketika bayi itu tidur, Liora hanya bisa menatapinya dengan terkagum-kagum jika saat itu Varka berada di dalam perutnya.Ceklek.! Suara pintu terbuka, Liora pikir itu mbak Husni tapi Liora sala
Tak terasa sudah dua minggu semenjak Liora melahirkan, kakinya yang membengkak sudah mulai pulih sepenuhnya. Hanya pipinya yang gembul belum pulih, masih tetap sama seperti bakpau.Kevin mendorong kereta Varka keluar dari lift, hari ini mereka akan pergi ke rumah Karin yang akhirnya menyusul Liora melahirkan. Lagi-lagi Sandra di berikan cucu laki-laki oleh kedua anaknya, pasti rumah besarnya ini akan selalu ramai oleh peperangan anak-anak beberapa tahun lagi.“Karin sehat kan?” tanya Liora di sela perjalanan menuju rumah Karin.“Dia sehat, bayinya juga sehat. Kita lihat nanti kalau sudah sampai di rumahya Altar, dia pasti seneng banget jadi ayah.”“Terus kamu sendiri seneng gak jadi ayahnya Varka?”“Tak bisa di ungkap dengan kata-kata, yang pasti senengnya kebangetan.” jawab Kevin, Liora tersenyum sampai mereka tiba di kediaman rumah Karin. Di sana sudah ada dua sahabat Karin yang tidak begitu Liora k
Ke esokan harinya, Liora terbangun dengan badan pegal-pegal, kepalanya menoleh melihat sang suami yang masih tidur. Liora sedikit merenggangkan tangannya, sejak permainnya dengan Kevin untuk membuat adik untuk Varka selesai, tubuhnya terasa tidak bersahabat kali ini.Liora turun dari tempat tidur, meraih bajunya yang jatuh di bawah tempat tidur untuk ia pakai sebelum ke kamar mandi, di tatapnya wajah yang sedikit bulat itu di kaca besar.“Aku sudah telat berapa hari ya?” gumamnya. Tanpa sepengetahuan Kevin, Liora mencoba alat tes kehamilan, dalam hitungannya ia sudah tidak mendapatkan bulanan sekitar lima hari, Liora sangat berharap jika sekarang ada yang sudah tumbuh di dalam rahimnya, sudah tujuh belas tahun sejak ia melahirkan Varka, Tuhan masih belum mengijinkannya untuk mengandung lagi.Sembari menunggu hasil tes keluar, Liora kembali menghampiri Kevin yang masih terlelap dalam tidurnya. “Sayang, bagun. Kamu kan harus kerja hari ini.
Seorang remaja memasuki sebuah rumah besar menggunakan kendaraan roda dua, motor hitam dengan sedikit corak berwarna merah tersebut lantas berhenti di depan rumah, helm yang di gunakan remaja tersebut di lepas, lantas ia pun masuk ke dalam rumah yang tak di jaga.“VARKA!” serunya. Namun yang di panggil tak menyahut, remaja itu pun berjalan cepat ke arah kamar Varka namun remaja yang ia cari juga tak ada di kamar, sampai ia kembali turun ke lantai utama, mencari ke belakang rumah di mana ada kolam renang di sana.“Woy! Kamvret lu! Gak ingat ini hari apa!” bentak Saga dengan Varka yang sedang asik bermain air seperti ikan lumba-lumba.Varka berenang menepi, sedikit mendongak melihat ke arah Saga. “Napa sih lo! Pagi-pagi dah ngajak ribut aja!”“Eh sompret! Buruan ganti baju, ini kepala isinya apa sih, dasar tukang lupa padahal masih muda. Tante Liora nyuruh aku buat manggil kamu.”Varka mencebikkan
17 tahun kemudian. “Mami!” seorang remaja berlari setelah memakirkan kendaraannya di depan rumah tanpa peduli jika kendaraan tersebut akan menghalangi kendaraan lain yang akan lewat. “MAMI!” kembali ia meneriaki salah satu penghuni rumah, “Mami kemana sih.” sambil berlarian di rumah yang sangat besar itu sendirian. Sementara itu. Orang yang di cari ada di dalam ruang kerja Kevin, setelah memikirkan cukup panjang akhirnya Kevin dan Liora memutuskan untuk tidak pindah ke jakarta meski hal itu mengharuskan Kevin sering pulang balik jakarta sampai tujuh kali sebulan atau bahkan lebih. “Udah tujuh belas tahun, apa kita akan terus menunda untuk kasih adik buat Varka?” Liora menatap pantulan dirinya di depan cermin yang tergantung di dekat pintu sebelum berbalik mendekati Kevin, suaminya itu akhir-akhir ini sibuk dengan layar laptop, Liora mendengus. Kevin terlihat sangat fokus sampai tidak memperhatikan Liora sedetik pun. Merasa di abaikan, Liora mendekat, menutup layar laptop tanp
“Gimana? Sudah kamu temuin?” Airin duduk di samping Gim yang memangku laptop, keduanya sibuk menjelajah internet bersamaan sampai ada sebuah link web yang mengarahkan Gim mengklik link tersebut sehingga membawanya ke sebuah informasi yang sejak kemarin ia dan Airin cari.Airin menepuk bahu Gim dengan cukup keras. “TUH KAN!” ujarnya, Gim meringis akibat pukulan refleks dari Airin. “Apa aku bilang.” lanjutnya sembari menatap Gim dengan senyum lebar.Saat malam hujan kembali turun, langit gelap dan angin yang ikut serta menggoyangkan dedaunan pohon yang basah. Liora sejak tadi memperhatikan Kevin yang sibuk memeriksa informasi dari orang-orang suruhannya dan juga website yang memposting informasi anak hilang.Sudah semakin larut, ketika Kevin menoleh ia melihat Liora tertidur di sofa dengan posisi meringkuk kedinginan. Matanya sedikit bengkak karena banyak menangis. Kevin berdiri dari duduknya menghampiri Liora, mengangkat istrin
Tiga hari kemudian.Selama itu Kevin jarang pulang untuk mencari keberadaan Varka yang tak kunjung di temukan, padahal sudah cukup banyak informasi yang di sebar, mulai dari internet bahkan koran dengan mencantumkan nominal angka yang cukup banyak bagi siapapun yang berhasil menemukan Varka.Namun Varka masih belum bisa di temukan sampai sekarang.“Kenapa cairan asi yang kamu sedot makin hari makan banyak?” tanya Karin, hari pertama satu botol, dan sekarang hari ke tiga Liora bisa menghasilkan asi tiga botol, Karin bahkan tidak bisa mengeluarkan asi nya sebanyak itu untuk Saga.“Kamu gak lagi maksain diri, kan?” Karin menyentuh tangan Liora. “percaya sama kak Kevin, dia pasti bisa bawa Varka pulang dengan selamat.”“Karin, aku kangen sama Varka. Siapa yang penuhi kebutuhan Varka di luar sana? Ini sudah tiga hari Varka di luar jangkauan aku.”“Percaya deh, Varka pasti kembali.” u
Liora merasakan dadanya nyeri, cairan yang harusnya di habiskan oleh Varka kini menetes sia-sia. Dan dari pada harus membiarkan cairan itu terbuang semakin banyak, Liora mengambilnya menggunakan alat agar bisa di berikan untuk Saga.Sudah pukul sepuluh malam dan Kevin masih belum kembali, di luar juga hujan, Liora cemas jika Varka tidak di temukan. Setelah selesai mengambil asupan gizi bayi, Liora menyimpan cairan putih itu ke tempat khusus agar tetap bisa di pakai sampai besok.Sejam kemudian, suara mobil terdengar, Liora sudah siap berdiri menyambut kedatangan Kevin dan Varka, sejak tadi Liora sangat cemas sampai terus berdebar-debar.“Kamu berhasil membawa Varka?!” seru Liora tepat saat Kevin baru saja membuka pintu, harapan yang terpancar di wajah Liora menghilang begitu melihat Kevin datang seorang diri.“Varka mana, Vin?” Liora berlari keluar, mungkin seseorang yang membawa Varka, tapi sebelum Liora keluar, tangan Kevin
Hari sudah malam, di hari yang sama saat kehilangan sang ibu, Kevin juga harus kehilangan putranya yang di culik oleh Almira. Pihak IT yang Kevin miliki telah melacak posisi terakhir nomor Almira yang menghubunginya berada.Kevin juga tidak jadi menghubungi Polisi, jangan sampai Almira mencelakai Varka saat kondisinya terpojok.“Bawa Varka kembali dengan selamat.” pesan Liora, ia tidak ikut saat Kevin akan pergi, Liora takut jika ia ikut nantinya malah menjadi beban untuk Kevin. Tapi tetap saja Liora cemas, ia tak berhenti berdoa agar nanti Kevin kembali membawa Varka.“Aku akan berusaha bawa Varka pulang.”Kevin mengecup singkat kening Liora sebelum pergi ke lokasi Almira berada setelah tim IT berhasil mendapatkan lokasi perempuan itu.Sementara itu, Almira menatap bayi yang amat mirip dengan Kevin masih menangis di atas tempat tidur, Almira tidak diam saja, ia sudah memberikan su-su untuk Varka dan untuk beberapa saat bayi itu sem
Masalah yang di terima oleh keluarga Kevin tak berhenti begitu saja, sepulangnya mereka dari pemakaman. Seluruh penghuni rumah terlihat panik, termasuk para pembantu di rumah besar tersebut, bahkan pak security yang berjaga di luar pun ikut panik di dalam rumah.Kevin mendekati salah satu pembantu di rumahnya. “Bik, ada apa?” tanya Kevin. Tak lama mbak Nunik lari menuruni tangga dan mbak Husni lari dari arah belakang rumah.“ADEN VARKA HILANG, DEN.” seru mbak Nunik panik, kepanikan itu spontan mempengaruhi keterkejutan Kevin dan Liora.“Kok bisa?! Varka masih dua bulan, gimana caranya bayi dua bulan hilang?” Liora kini ikut mencari, si mbok terlihat mencari di kamar Liora sampai bawah kolong tempat tidur. Meskipun mustahil bayi dua bulan merangkak ke bawah tempat tidur.“Periksa keamanan CCTV!” teriak Kevin memerintah. Dan keamanan pun mulai siaga, mereka sigap mematuhi perintah yang Kevin berikan.
Varka di titpkan ke mbok di saat Kevin dan Liora bergegas ke rumah sakit yang menampung para korban kecelakaan pesawat. Kevin bahkan tidak menoleh ke arah Liora karena fokusnya hanya ke depan untuk segera melihat kondisi ibunya, memastikan Sandra baik-baik saja. Meski kemungkinan itu tipis, Kevin tau ibunya tidak bisa berenang.“Kak Kevin juga di sini?” Kevin menoleh sekilas melihat Karin juga datang bersama Altar. “Keadaan mama bagaimana kak?”Kevin juga tidak tau, ia tidak menjawab pertanyaan Karin dan langkahnya terus mencari ruangan para korban. Karin mengikuti di belakang, Liora juga mengikuti sambil berlari.Mereka tiba di ruangan di mana ada tiga mayat di ruangan tersebut yang tertutup oleh kain berwarna putih. Ada seorang penjaga di luar ruangan, satu dokter yang baru saja keluar setelah memastikan para korban tidak bisa di selamatkan.Karin tanpa takut ataupun ragu membuka satu persatu kain putih itu untuk memastikan Sandr