“Racun apa yang Vina masukan dalam minumanku? Padahal sudah kumuntahkan, tapi efeknya masih ada.” Yuna membatin kesal, seraya mempertahankan kesadarannya.Pandangannya semakin kabur. Tangannya mencoba meraih apa pun yang bisa dijangkau agar tubuhnya tak tumbang. Tiba-tiba dari sisi kanan dan kirinya diapit seseorang yang tak dikenal berpakaian serba hitam, memakai topi serta masker.“Siapa ka–” ucap Yuna terpotong.Kedua orang misterius itu membekap mulutnya seraya mencekal tubuhnya. Yuna tak kuasa berontak. Tenaga serta pengaruh obatnya sudah bekerja.Ponsel Yuna yang dalam mode memanggil Jason terjatuh. Jason bahkan sudah menjawabnya, tetapi salah satu dari mereka meraihnya dan langsung mematikan panggilan teleponnya. Yuna dibawa paksa memasuki mobil.“Siapa kalian?” pekik Yuna keras seraya mempertahankan kesadarannya.“Tak usah banyak tanya!” hardik salah satu dari mereka seraya mendorong tubuh Yuna agar ia bisa masuk dan langsung menutup pintu mobil keras. Yuna dihimpit oleh dua
“Apa yang terjadi, Yuna?” tanya Jason semakin menatapnya cemas.Yuna merasakan perubahan pada dirinya. Ia tahu apa itu, dan yakin sekali yang terjadi masih berhubungan dengan minuman campuran dari Vina. Dokter cantik itu lantas memberi isyarat pada Jason untuk memasuki kamarnya.Dokter cantik itu pun menutup rapat pintu, lalu berdiri tepat di hadapan lelaki itu menatap kedua netra Jason. Tentu saja Jason menatapnya bingung dan cemas. Ia bisa melihat jelas wajah cantik Yuna, termasuk pipinya yang merah karena tamparan penculik itu.“Mereka menyakitimu?” ucap Jason dengan tatapan tak terima.Sontak saja Yuna langsung menutupi pipinya yang merah. Mungkin ia terlalu lega hingga tak menyadari sakit dan perih bekas tamparannya. “Ini tak terl
Yuna tak segera menjawab panggilan telepon dari Vina. Ia bahkan mematikan nada dering ponselnya, lalu membalikkan benda pipih tersebut di atas nakas samping ranjangnya. Dokter cantik itu memilih mengatur napasnya berkali-kali.Benar, dokter cantik itu tak boleh terpancing marahnya. Ia harus bisa mengontrolnya agar tubuhnya tak memanas dan berakibat pada reaksi obat perangsang yang belum sepenuhnya ternetralkan. Yuna bahkan harus memeluk tubuhnya sendiri seraya duduk di atas ranjang, memfokuskan hati dan pikirannya. Kedua bola matanya tertutup sempurna, memudahkan dirinya bisa lebih fokus.Ponselnya terus berdering hingga kelima kalinya, barulah Yuna membuka kedua bola matanya. Garis kecemasan dan gelisahnya berkurang. Dokter cantik itu berhasil, walaupun keringat dingin sebesar biji jagung membasahi wajahnya.“Anak itu pantang menyerah,” ucap Yuna seraya menoleh ke arah nakas. Nama Vina memanggil, tertulis jelas di layar ponselnya setelah ia membalik benda tersebut,Yuna berdesis sini
“Aku masuk perangkap yang siapkan untuk Yuna.”“Apa maksudnya?” tanya Ryan menghentikan gerakan bibirnya yang tengah mencumbu leher Vina.Wanita itu sedikit tersentak. Bukan karena pertanyaan Ryan, tetapi lelaki itu menghentikan kesenangannya. Ia segera mendorong kasar tubuh Ryan dan menjauh darinya.“Jika kamu tak mau membuatku lega, pergilah!” kesal Vina dengan napas memburu dan mata memerah.Tangannya langsung meraih tas tangannya mengeluarkan ponselnya. Ia masih memiliki Arka yang selalu memperlakukannya ganas. Lelaki itu pasti akan senang hati meredamkan libidonya saat ini. Vina yakin masih bisa menahannya. Wanita itu kesal, Ryan masih mementingkan Yuna, padahal saat ini dirinya membutuhkan kepuasan agar tak tersiksa karena pengaruh racun tersebut. Padahal ia selalu ada jika lelaki itu memerlukan dirinya untuk melepaskan rasa frustasinya.“Okeh, maafkan aku! Janji, tak akan bertanya tentang Yuna lagi,” ucap Ryan menyadari wanita itu marah.Tentu saja, ia tak ingin kehilangan kes
“Aku hanya memastikan Vina tetap denganku dan tak menaruh curiga padaku,” ucap Yuna yang berada dalam sandaran Jason. “Aku akan tetap memakai peran seperti dulu ... wanita polos yang bisa ia kelabui saat bersamanya,” sambungnya yakin.Kemudian dokter cantik bangkit dan memutar punggungnya hanya untuk memberikan senyuman penuh keyakinan pada Jason. “Kamu tak usah cemas, Jason! Aku akan lebih hati-hati lagi,” ujarnya sungguh-sungguh.“Baiklah, kali ini aku percaya padamu. Tapi, jika kejadian seperti ini terulang lagi ... aku akan mengurungmu dalam mansion dan tak akan kuizinkan keluar, mengerti!” tegas Jason dengan tatapannya yang tanpa ragu.“Aku mengerti,” sahut Yuna disusul senyuman manisnya.Tentu saja Jason m
Wajah penuh amarah Ryan tiba-tiba memudar. Terlintas sebuah ide yang menurutnya bisa menjadi jalan terbaik, memanfaatkan suasana yang tengah keruh. Ia lantas menatap Vina yang menunduk cemas dan takut padanya.“Apa tuan Arka mengancammu?” tanya Ryan hati-hati.Sontak saja Vina sedikit tersentak. Ia bahkan refleks menaikkan wajahnya menatap wajah lelaki yang sama-sama tak mengenakan sehelai benang pun, hanya bagian tubuh bawahnya tertutup selimut yang sama dengannya. Vina seolah menyelidik wajah Ryan. Tak seperti biasanya, pikir Vina. Lelaki itu sulit mengendalikan emosinya. Hanya dengan memasang wajah tunduk hingga ocehan Ryan mereda, tetapi kali ini? Vina yakin lelaki itu belum tuntas dengan amarahnya, tapi sudah bisa bersuara lembut.“A—aku tahu siapa tuan Arka, dia itu lebih arogan dari tuan Jason. Pasti dia mengancammu hingga kamu tak punya pilihan, benarkan?” jelas Ryan sedikit gagap mencoba menyembunyikan niat buruknya.Ya, dia harus mendapatkan informasi keburukan serta kelema
“Aku mendapatkan laporan dari Nisa, sekretarisnya Arka. Wanita itu pernah mendapatkan pelecehan seksual dari Arka, lalu dia merekam tindakannya untuk mengancam melaporkan perbuatannya padamu,” jelas Adam seraya merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel miliknya. Adam lantas melanjutkan penjelasannya seraya menyerahkan ponselnya pada Jason. “Bu Nisa bisa terbebas dan itulah sebabnya dulu Arka sering keluar kantor di jam kerjanya hanya untuk membuang penatnya. Hingga akhirnya dia menemukan wanita baru yang rela dilecehkan dan menjadi tempat pelampiasannya.”“Aku memintanya memasangkan kamera pengintai di ruangan kerja Arka di tempat yang tak diketahuinya,” sambung Adam lagi. “Maafkan aku jika tindakanku lancang, Jason. Tapi, aku tak punya pilihan lain ... saat itu kamu susah dihubungi sewaktu di Hongkong.Jason sedikit terkejut dengan dengan penjelasan Adam yang terkesan berani tanpa berkonsultasi dulu dengannya. Yuna tak tinggal diam. Ia mendekat pada Jason untuk melihat laporan Adam
“Apa kamu sedang bermimpi?”Ryan tersentak dengan ucapan Jason. Bahkan kedua bola matanya hampir keluar dari tempatnya. Jason memajukan kursi rodanya agar lebih dekat dengan Ryan.“Sebaiknya kamu bangun dan berhentilah bermimpi, Pak Ryan,” ucap Jason berbisik, tetapi tegas dengan nada meledek.Jason lantas kembali menjauhkan kursi rodanya. “Sayang sekali, aku tak berencana menerima seorang pembohong!” desisnya meledek.“Jadi, Anda menolak tawaranku, Tuan Jason?” Ryan bertanya dengan tatapan penuh kekesalan.Kedua tangannya mengepal kuat dan kedua giginya beradu. Ia tak terima dengan ucapan Jason yang terkesan meremehkannya. Ingin rasanya ia melayangkan pukulan pada l