Pagi hari ini Nada merasa lebih baik, setelah istirahat kemarin hari benar-benar membuatnya menjadi lebih segar."Kamu udah sembuh?" Tanya Sarah yang membawakan secangkir teh hangat."Udah, Sarah. Bunda, nggak tahu kan kemarin aku sakit?""Tenang, aman," Sarah pun tersenyum menyakinkan Nada.Bahwa dirinya menuruti semua keinginan Nada, sebab tahu Nada masih harus bekerja untuk Tama dan kalau sampai pulang ke rumah tentunya Adam pun pasti tahu apa yang sudah diperbuat putri tercintanya hingga akhirnya harus menebus kesalahan."Makasih ya, kamu memang terbaik.""Tidak masalah, minum dulu tehnya."Nada mengangguk dan menyeruput teh buatan Sarah yang pastinya sangat segar."Hari ini mau istirahat atau berangkat ke rumah Om Tama?""Berangkat aja, lebih cepat masalah ku selesaikan artinya aku bisa mendapatkan sebuah kebebasan yang sebenarnya."Ya udah, aku juga hari ini ada acara.""Hayo, acara apaan?" Goda Nada."Apaan sih!" Sarah pun tersenyum saat Nada menggodanya."Cie......""Nada, men
"Om, kamar mandinya di mana? Nada, kebelet pipis nih."Tama pun menunjukan arah kamar mandi, dengan senyuman miringnya Nada pun berlari menuju kamar mandi.Sesaat kemudian pintu pun terbuka, tampak Fikri dengan seorang asistennya yang masuk.Wajah Fikri tampak begitu serius, sedangkan Tama malah tersenyum melihat kedatangan Fikri dengan wajah kesalnya."Ini ada yang salah," Fikri menunjukkan dokumen yang dimaksudkannya, membuat Tama langsung memeriksanya."Nanti asisten ku yang memperbaikinya, setelah itu aku minta langsung diantarkan pada mu," jawab Tama.Fikri pun melihat ada banyak makanan di atas meja, sejenak mengedarkan pandangannya.Tetapi tidak ada siapapun selain dari mereka."Aku harus pergi! Banyak pekerjaan, ingat dalam waktu 30 menit berkas ini harus sampai di tangan ku lagi!" Tegas Fikri.Mengingat Tama sekarang sangat tidak tepat waktu.Membuat Fikri harus tegas, karena mereka bisa kehilangan triliun rupiah. Tentunya Adam akan sangat kesal jika pekerjaannya tidak ada ya
"Om," Nada pun melingkarkan tangannya pada tengkuk Tama, menikmati sesuatu yang tengah menusuknya dengan penuh kebahagiaan.Rasanya begitu indah dan nikmat tanpa tanpa ada yang bisa menandinginya.Hingga mendadak ada yang aneh, saat merasa ada tangan yang melingkar di pinggangnya.Lamunan gila Tama pun mendadak buyar karena seorang wanita sedang menggoda dirinya.Saat ini Tama sedang berada di club'malam seperti malam-malam sebelumnya, hanya saja bedanya Tama tidak ingin ditemani wanita.Dirinya hanya memikirkan Nada seorang tanpa ada yang bisa menggantikan sama sekali."Menyingkir!" Tama pun memilih untuk pergi, tidak ingin disentuh sama sekali kecuali wanita yang bernama Nada.Tama pun meninggalkan club'malam kemudian menuju rumah Nada.Rumah sederhana yang dipikirkannya benar-benar tempat Nada dibesarkan.Tidak ada yang aneh, semuanya tampak biasa saja.Suasana begitu hening karena semua orang sedang beristirahat, kecuali tidak dengan dirinya.Hingga akhirnya Tama pun memutuskan un
"Om!" Nada pun berseru tepat di depan wajah Tama, hingga membuat duda lapuk tersebut tersadar dari lamunanya.Kembali membetulkan duduknya kemudian bersiap-siap untuk mengemudi."Om, musik dangdut," Nada langsung memutar musik kesukaannya, bernyanyi dan berteriak dengan sesukanya.Suara cempreng Nada membuat gendang telinga Tama hampir pecah, meskipun demikian tetap saja Tama terpaksa mendegar dengan perasaan tidak tulus sama sekali.Percuma saja mengecilkan volume suara, karena pada akhirnya Nada akan kembali menaikan volume sesuai dengan keinginannya bahkan bisa lebih keras dari sebelumnya.Sesampainya di kantor, Tama merasa lebih baik, sebab musik yang hampir membuat gendang telinganya pecah akhirnya tidak lagi terdengar.Malahan merasa perjalanan menuju kantor terasa begitu lama."Om, Nada ngapain sih di sini? Bosan tau Om!" Nada pun melemparkan tubuhnya pada sofa, kemudian menghitung berapa jumlah uang yang diberikan oleh Tama pagi tadi.Tama tersenyum miring melihatnya, baginya
"Akhirnya Nada kenyang juga, makasih ya Om," Nada cengengesan karena perutnya benar-benar sudah sangat kenyang."Kita pulang," Tama pun menuju mobilnya.Begitu juga dengan Nada yang menyusul, hingga akhirnya Tama pun membawanya ke sebuah apartemen."Om? Kita ngapain ke sini?" Nada tidak mengerti mengapa Tama membawanya ke apartemen tersebut, bahkan Nada tahu jika apartemen tersebut bersebelahan dengan apartemen milik Kakaknya--Fikri.Bagaimana jika tiba-tiba berpapasan nanti saat keluar, ataupun masuk.Habislah dirinya."Apa kau lupa?" Tama pun melemparkan jasnya dengan asal, kemudian duduk dan menyalakan televisi."Lupa?" Nada ikut duduk di samping Tama karena tidak mengerti dengan maksud dari Tama saat ini.Tama menatap Nada dari ujung kaki sampai ujung rambut, pikirannya memang sangat tidak baik-baik saja."Ambilkan minuman di kulkas!" Titah Tama.Dengan segera Nada pun bangkit dan mencari letak dapur, kemudian kembali dengan membawa banyak minuman, meletakan pada meja kemudian Tam
Nada pun sampai di rumah dengan menumpangi taxi, kemudian memasuki rumah dan langsung menuju kamar."Nada, kamu dari mana aja? Aku khawatir tau, untung aja tadi malam Ibu percaya kalau kamu udah tidur aku bilang, padahal aku bohong lho, untung juga ibu kecapean banget, makanya nggak meriksa kamar dan nggak liat kamu nggak ada di kamar! Sampai Ibu nggak liat kamu di kamar, terus abis aku sama Ibu!" langsung saja Sarah menyambut kepulangan Nada dengan berbagai macam ocehan dan juga kekhawatiran.Bayangkan saja semalaman Nada tidak pulang, sedangkan dirinya bertanggung jawab atas keselamatan Nada."Berarti Ibu nggak tahu aku nggak pulang semalam?""Nggak, pagi tadi juga Ibu langsung ke rumah kamu."Nada pun bernapas lega, setelah mendengarkan penjelasan dari Sarah.Namun Sarah yang masih begitu penasaran dengan Nada.Tidak pulang ke rumah semalam entah kemana perginya."Kamu ke mana, semalam nggak pulang nginep di mana?" Tanya Sarah lagi, jika saja tidak dijawab dirinya bisa mati berdiri
"Om, seharusnya Om tahu gimana rasanya jatuh cinta, Om pernah muda dong?" Tanya Nada.Tama diam saja melihat bibir Nada yang komat kamit tidak jelas, dan malah mendadak membuatnya merasa gemas.Entah apa yang dikatakan oleh wanita tersebut, yang jelas Tama hanya perduli pada bibir itu.Bibir yang seakan menantang tanpa rasa bersalah sama sekali."Pasti pernah 'kan?" Nada yang bertanya tapi dia juga yang menjawab pertanyaan tersebut.Kemudian lanjut mengomel tanpa jeda sama sekali.Sebab Nada sangat ingin membuang Tama dari muka bumi ini.Atau paling tidak sampai mereka tidak akan pernah bertemu lagi, karena bertemu dengan Tama adalah kesialan yang hakiki."Kalau Om jadi Nada gimana? Sedih dong! Pantes saja Om jadi duda, kelakuan Om memang sangat menjengkelkan!" "Lalu?" Tanya Tama dengan santainya, percayalah saat ini tidak perduli dengan apa yang diucapkan oleh Nada.Tama memilih hanya fokus melihat bibir Nada yang sangat menggemaskan tersebut.Mendadak ingin membuat bibir itu menjad
"Dengar nggak sih!" Sulit sekali bagi Nada untuk berbicara dengan seorang Tama.Selain karena sulit mendapatkan jawaban benar, sulit juga untuk dimengerti mengapa lelaki aneh itu suka senyum-senyum sendiri tanpa alasan yang jelas.Padahal menurut Nada tidak ada yang lucu sama sekali.Tetapi malah laki-laki aneh itu lagi-lagi tersenyum melihatnya marah."Om, dari pada gila. Mendingan beliin Nada eskrim," Nada pun membentuk tangannya sedemikian rupa sehingga terlihat seperti seseorang yang bersiap-siap menembak sesuatu.Sesuai arah yang ditunjuk, yaitu penjual es krim yang tak jauh dari penjual bakso dimana barusan keduanya menikmati bakso sederhana namun begitu nikmat.Tama seperti seorang yang sedang mengasuh seorangpun anak kecil.Nada adalah anak kecil dadakan yang mendadak membuatnya menjadi pengasuh dadakan pula."Om, beli es krim!" "Ya."Dengan segera Nada pun berlari menuju penjual es krim, tak disangka ternyata si penjual begitu tampan membuat mata Nada tak mampu berkedip sed