"Kenan!""Apa?""Aku bisa melaporkan mu, pada polisi!""Benarkah?"Kenan terkekeh geli mendengar apa yang di katakan oleh istrinya tersebut.Bagaimana bisa istrinya itu melupakan status mereka saat ini.Lagi pula bukankah itu adalah hal yang wajib terjadi jika sudah menikah?"Kenan, geli!" Diva menyingkirkan tangan Kenan yang semakin menjadi-jadi."Tapi, geli-geli nikmat itulah yang di cari," ujar Kenan dengan santainya."Maksudnya?""Ya begitulah," Kenan terus tersenyum melihat kekonyolan Diva, "kamu mau tidak aku bantu soal yang tadi?""Iya, mau!" Jawab Diva cepat.Siapa yang tidak mau menyelesaikan pendidikannya, Diva pun sudah bosan terus-menerus harus memikirkan tugas-tugas menumpuk."Ya sudah, kalau begitu. Mas, butuh suntikan semangat dari kamu," goda Kenan sambil menindih Diva."Kenan! Kamu mau apa?" Peluh pun mulai bercucuran, udara terasa begitu sulit untuk di dapatkannya.Tak pernah sedekat ini membuatnya benar-benar tidak nyaman, tanpa jarak sama sekali."Kenan?" Diva sema
"Kamu mesum banget sih! Aku ini masih perawan, gara-gara kamu aku jadi ternodai!" Seru Diva dengan suara yang menggebu-gebu.Marah dan kesal atas apa yang di lakukan oleh Kenan, sehingga tak dapat menahan amarah yang meninggi."Belum, kalau cuma begitu kamu belum ternodai," kata Kenan sambil terkekeh kecil."Maksud kamu?""Masih nanggung itu, kalau yang ternodai sesungguhnya itu seperti ini," Kenan pun membopong tubuh Diva.Membuat sang pemilik tubuh panik, sambil meronta-ronta ingin diturunkan.Sesaat kemudian Kenan pun menurunkannya, tetapi di atas ranjang dan segera menindihnya."Kenan!""Aku sudah menurunkan mu.""Tapi, kamu mau apa?" Diva semakin panik dan menegang."Diva, aku sudah tidak bisa lagi menahannya. Semakin hari kamu semakin menjadi fantasi liar di otak ku, aku mohon." Wajah Kenan tampak begitu menginginkan, tetapi bagaimana dengan Diva."Kenan, tolong mengerti. Aku belum bisa.""Aku ini suami mu, ingat itu. Jangan melupakan, atau kamu tidak menganggap ku begitu?" Kena
Bagaimana jika ternyata nanti Kenan pergi dengan keadaan marah, kecewa dan malah tak bisa dihubungi seperti beberapa waktu lalu.Bagaimana jika Kenan menghilang tiba-tiba dan kemana nanti Diva mencarinya?Pikiran Diva benar-benar kacau karena memikirkan Kenan.Diva sudah pernah merasa rindu saat Kenan menghilang begitu saja, bagaimana dengan status pernikahan mereka jika saja terjadi lagi saat ini.Tidak.Itu adalah mimpi buruk, sehingga tak ingin merasakan untuk kedua kalinya.Mungkin jika pun Kenan pergi ke luar kota tanpa dirinya boleh saja, namun tidak dalam keadaan seperti ini."Kenan, aku ikut ya," mata Diva berkaca-kaca berharap Kenan mengijinkannya untuk ikut, dirinya tak ingin jauh dari Kenan."Tidak usah, aku tidak lama."Diva pun menundukkan kepalanya kemudian meneteskan air matanya, membuat Kenan merasa tidak enak hati."Diva, aku tidak ingin kehilangan kendali. Kamu belum siap, sedangkan aku melihat kamu itu adalah cobaan terberat," jelas Kenan agar Diva mengerti, mungkin
Diva memeluk Kenan di bawah selimut tebal yang menutupi tubuh polos keduanya, "Mas Kenan, nggak akan lari dari tanggung jawabkan?""Lari? Tanggung jawab?" Kenan bingung dengan pertanyaan istrinya tersebut."Kan, kalau Diva tiba-tiba hamil gimana?" "Tiba-tiba? Dari mana datangnya tiba-tiba hamil, kalau tidak dihamili?" "Ish!" Diva pun mencubit perut Kenan, kesal sekali rasanya ulah manusia yang sudah membuatnya tak suci lagi itu."Tapi kamu lebih cantik dari yang di foto itu ternyata," Kenan membayangkan kembali saat dirinya tanpa sengaja melihat Diva hanya dengan bikini di kolam renang, tetapi juga mengabadikan gambar tersebut.Sedangkan Diva malah bingung dengan perkataan suaminya itu."Kamu punya wanita lain ya?" Wajah Diva pun berubah masam, dirinya takut jika benar Kenan memiliki wanita yang lain selain dirinya.Belum lagi dirinya sudah tak perawan lagi akibat suaminya tersebut."Iya, sih. Wanita itu cantik dan mirip dengan mu.""Apa?""Tunggu dulu, mau kemana? Lihat dulu orangn
Ponsel Kenan terus saja bergetar, membuat Diva meliriknya.Sesaat kemudian panggilan pun mati, malah terlihat ada 20 panggilan tidak terjawab.Membuat Diva merasa penasaran, apa lagi yang menghubungi adalah Fikri.Apa ada yang terjadi di rumah pikirnya sehingga begitu banyak panggil dari Fikri."Mas, Kak Fikri. Takutnya ada yang penting, soal Bunda mungkin, takutnya mau ngabarin apa gitu," Diva menggerakkan tangan Kenan.Hingga akhirnya mata pria itu terbuka dengan paksa, padahal dirinya begitu lelah.Tetapi ponselnya lagi-lagi berbunyi, dan Kenan pun menerimanya."Bajingan, kau ada di mana? Apa kau lupa tadi sudah mengatakan bahwa kau yang berangkat?" Cerca Fikri dari sebrang sana dengan penuh kekesalan.Kenan pun mengacak rambutnya, kesal pada Fikri dan dirinya sendiri yang malah lupa dengan keberangkatannya.Itu semua terjadi karena Diva, wanita sexi yang membuatnya kehilangan akal sehat dalam sekejap saja.Begitu pun saat ini.Apapun akan di tinggalkan oleh seorang Kenan jika tawa
Keesokan harinya."Ya ampun, gini amat nasib ku," Nada terus saja menggerutu kesal, karena pekerjaannya tidak juga selesai sampai saat ini.Menjadi seorang cleaning service bukanlah cita-citanya.Karena cita-citanya adalah menjadi seorang guru, tapi apa daya yang terjadi justru begitu sulit untuk ditebak.Sebab kini masih terus menjalani hukumannya sebagai orang biasa, bahkan di perusahaan milik Kakaknya sendiri.Sampai tiba-tiba ada yang menyenggol ember berisi air pel, yang membuat lantai menjadi basah seketika itu juga.Nada seakan berubah menjadi seekor serigala yang siap memangsa manusia yang sudah lancang mengganggunya.Lelahnya kini semakin menjadi-jadi, pekerjaan yang hampir selesai malah semakin banyak karena ulah orang lain."Kamu punya otak nggak sih? Kamu nggak lihat ini ember? Mata kamu di mana?" "Apa hubungannya otak sama ember?" Tanya pria tersebut."Kamu itu benar-benar menjengkelkan!" Dila melemparkan pel di tangannya, hingga akhirnya melayang di udara.Beruntung Tam
"Ayah!" Pekik Nada shock."Bik Sum, anak ini beberapa bulan ke depan terserah pada mu. Dia akan tinggal di rumah mu," kemudian Adam beralih menatap Nada, "sampai kamu bisa sopan pada orang tua, sepertinya Ayah dan Bunda terlalu memanjakan mu selama ini!" Kata Adam.Kemudian Adam pun pergi dengan membawa Kinanti."Ayah!" Seru Nada dengan cepat, berharap Adam membatalkan hukumannya.Tapi tidak, hukum yang didapatkan jauh lebih parah.Karena Adam ingin Nada menjadi lebih baik, Adam terlalu menyayangi anaknya itu sehingga tak ingin sampai mengulangi apa yang sudah di tetapkannya.Lagi pula selama ini Nada terus saja membatah dan berbuat sesukanya, membuatnya kian semakin khawatir akan masa depan Nada nantinya."Kalau gitu Nada nggak mau ada bodyguard lagi, atau Nada bakalan tambah sesukanya!" Seru Nada juga mengajukan syarat.Langkah kaki Adam pun terhenti, Nada yakin Ayah tak akan pernah bisa untuk itu."Baik!" Jawab Adam menyetujui keinginan anaknya."Apa?" Pekik Nada tak menyangka jika
"Tama, sampai kapan kamu akan seperti ini? Mama, sudah tua begini. Sakit-sakitan, Mama ingin memiliki teman, kamu harapan Mama satu-satunya, anak Mama hanya kamu saja. Kalaupun Mama mati, Mama ingin melihat kamu menikah terlebih dahulu dan memberikan Mama seorang cucu."Malam ini hujan deras turun begitu deras, tetapi tetap saja tak mengalahkan segala kesedihan seorang Ibu mengenang nasib percintaan anaknya yang begitu malang. Sedangkan Tama berdiri di jendela kaca kamar Mamanya.Melihat hujan turun yang kian semakin membasahi bumi, di luar sana.Membuat perasaan Mira semakin tidak karuan menatap putra tunggalnya yang terus larut dalam kesenangan diri tanpa memikirkan masa depannya kelak.Tetapi sejenak Tama pun mengingat kembali masa lalunya, masa-masa yang menyeretnya masuk ke dalam sebuah kesenangan sesaat bersama dengan banyaknya wanita di luar sana.Lantas bagaimana dengan perasaannya, siapa pun tak pernah tahu kecuali Mira."Mama tahu, kamu pernah kecewa. Tapi tidak selayaknya k