Ponsel Kenan terus saja bergetar, membuat Diva meliriknya.Sesaat kemudian panggilan pun mati, malah terlihat ada 20 panggilan tidak terjawab.Membuat Diva merasa penasaran, apa lagi yang menghubungi adalah Fikri.Apa ada yang terjadi di rumah pikirnya sehingga begitu banyak panggil dari Fikri."Mas, Kak Fikri. Takutnya ada yang penting, soal Bunda mungkin, takutnya mau ngabarin apa gitu," Diva menggerakkan tangan Kenan.Hingga akhirnya mata pria itu terbuka dengan paksa, padahal dirinya begitu lelah.Tetapi ponselnya lagi-lagi berbunyi, dan Kenan pun menerimanya."Bajingan, kau ada di mana? Apa kau lupa tadi sudah mengatakan bahwa kau yang berangkat?" Cerca Fikri dari sebrang sana dengan penuh kekesalan.Kenan pun mengacak rambutnya, kesal pada Fikri dan dirinya sendiri yang malah lupa dengan keberangkatannya.Itu semua terjadi karena Diva, wanita sexi yang membuatnya kehilangan akal sehat dalam sekejap saja.Begitu pun saat ini.Apapun akan di tinggalkan oleh seorang Kenan jika tawa
Keesokan harinya."Ya ampun, gini amat nasib ku," Nada terus saja menggerutu kesal, karena pekerjaannya tidak juga selesai sampai saat ini.Menjadi seorang cleaning service bukanlah cita-citanya.Karena cita-citanya adalah menjadi seorang guru, tapi apa daya yang terjadi justru begitu sulit untuk ditebak.Sebab kini masih terus menjalani hukumannya sebagai orang biasa, bahkan di perusahaan milik Kakaknya sendiri.Sampai tiba-tiba ada yang menyenggol ember berisi air pel, yang membuat lantai menjadi basah seketika itu juga.Nada seakan berubah menjadi seekor serigala yang siap memangsa manusia yang sudah lancang mengganggunya.Lelahnya kini semakin menjadi-jadi, pekerjaan yang hampir selesai malah semakin banyak karena ulah orang lain."Kamu punya otak nggak sih? Kamu nggak lihat ini ember? Mata kamu di mana?" "Apa hubungannya otak sama ember?" Tanya pria tersebut."Kamu itu benar-benar menjengkelkan!" Dila melemparkan pel di tangannya, hingga akhirnya melayang di udara.Beruntung Tam
"Ayah!" Pekik Nada shock."Bik Sum, anak ini beberapa bulan ke depan terserah pada mu. Dia akan tinggal di rumah mu," kemudian Adam beralih menatap Nada, "sampai kamu bisa sopan pada orang tua, sepertinya Ayah dan Bunda terlalu memanjakan mu selama ini!" Kata Adam.Kemudian Adam pun pergi dengan membawa Kinanti."Ayah!" Seru Nada dengan cepat, berharap Adam membatalkan hukumannya.Tapi tidak, hukum yang didapatkan jauh lebih parah.Karena Adam ingin Nada menjadi lebih baik, Adam terlalu menyayangi anaknya itu sehingga tak ingin sampai mengulangi apa yang sudah di tetapkannya.Lagi pula selama ini Nada terus saja membatah dan berbuat sesukanya, membuatnya kian semakin khawatir akan masa depan Nada nantinya."Kalau gitu Nada nggak mau ada bodyguard lagi, atau Nada bakalan tambah sesukanya!" Seru Nada juga mengajukan syarat.Langkah kaki Adam pun terhenti, Nada yakin Ayah tak akan pernah bisa untuk itu."Baik!" Jawab Adam menyetujui keinginan anaknya."Apa?" Pekik Nada tak menyangka jika
"Tama, sampai kapan kamu akan seperti ini? Mama, sudah tua begini. Sakit-sakitan, Mama ingin memiliki teman, kamu harapan Mama satu-satunya, anak Mama hanya kamu saja. Kalaupun Mama mati, Mama ingin melihat kamu menikah terlebih dahulu dan memberikan Mama seorang cucu."Malam ini hujan deras turun begitu deras, tetapi tetap saja tak mengalahkan segala kesedihan seorang Ibu mengenang nasib percintaan anaknya yang begitu malang. Sedangkan Tama berdiri di jendela kaca kamar Mamanya.Melihat hujan turun yang kian semakin membasahi bumi, di luar sana.Membuat perasaan Mira semakin tidak karuan menatap putra tunggalnya yang terus larut dalam kesenangan diri tanpa memikirkan masa depannya kelak.Tetapi sejenak Tama pun mengingat kembali masa lalunya, masa-masa yang menyeretnya masuk ke dalam sebuah kesenangan sesaat bersama dengan banyaknya wanita di luar sana.Lantas bagaimana dengan perasaannya, siapa pun tak pernah tahu kecuali Mira."Mama tahu, kamu pernah kecewa. Tapi tidak selayaknya k
"Kenapa Tama harus merasakan ini Ma, kenapa Antoni berhiyanat dengan istri Tama sendiri!" Tanya Tama.Mira memeluk anaknya, berusaha untuk memberikan sedikit ketenangan.Mira tahu seperti apa Tama yang sangat mencintai Keyla, bahkan rela melakukan apapun demi kebahagiaan istrinya tersebut.Namun siapa sangka jika ketulusan tak selamanya dibalas dengan ketulusan, malahan Tama harus merasakan bertapa pahitnya mencintai tetapi dikhianati.Sungguh luka tanpa darah jauh lebih menyakiti dari pada luka yang tampak dan berdarah.Semua kenangan indah hancur begitu saja, cinta yang terbina kini hilang tanpa sisa.Di saat Tama memimpikan masa tuanya dengan Keyla bahagia bersama, tetapi tidak dengan sebaliknya.Bahkan anak yang di kandung Keyla pun bukanlah anaknya, padahal selama ini sudah bermimpi akan menjadi seorang Ayah dari wanita yang dicintainya tersebut.Bahkan menceritakan pada teman-temannya, tentang dirinya yang akan menjadi seorang Ayah dengan bangganya."Kamu masih belum bisa melupak
"Nada, kamu yakin?" Tanya Sarah."Ayolah, Sarah. Apa kau pernah pergi ke club malam?" Tanya Nada.Sarah pun menggelengkan kepalanya, sebab selama ini dirinya hanya menjadi anak rumahan yang menurut pada apapun yang dikatakan oleh Ibu dan Ayahnya."Baiklah, sepertinya asik juga," Sarah pun mengangguk setuju.Menurutnya sesuatu yang menantang itu memang sangatlah indah."Tapi rahasiakan dari Ibu dan Ayah ku?""Rahasiakan dari Ayah dan Bunga ku juga?""Setuju!" Keduanya pun berseru, seakan begitu bahagia setelah merencanakan untuk melepaskan penat malam minggu ini.Bahkan Nada menjual tas branded miliknya, sebab dirinya yang tak memiliki uang.Keduanya berteriak setelah memasuki sebuah club'malam, dengan perjanjian tak ada yang boleh minum.Karena tak ingin menjadi masalah, itulah kesepakatan yang diberikan oleh Nada yang takut mendapat masalah lagi.Suara dentuman musik membuat keduanya terus saja berjoget dengan lincahnya, berteriak melepaskan penatnya permasalahan terutama Nada yang k
Sedangkan di tempat lainnya seorang pria dengan kepala yang diperban sedang melihat rekaman cctv club malam.Dimana tampak rekamannya saat dihantam oleh seorang wanita.Beberapa kali Tama mengulangi rekaman agar melihat wajah wanita sialan yang sudah membuat masalah dengannya."Kenapa ada jalang yang berani melakukan ini, aku akan membuatnya menyesal," umpat Tama.Tama pun menutup laptopnya, kemudian menyambar ponselnya.Dirinya ada rapat penting untuk pagi ini, hingga harus segera berangkat.Sedangkan kepalanya terus saja berdenyut nyeri, dalam hati akan mencari kemanapun wanita itu pegi.Bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun, tidak akan ada kata menyerah.Hingga sesampainya di perusahaan milik Fikri dan sialnya malah menertawainya."Kau tahu? Ini karena seorang wanita jalang," kata Tama."Jalang?" "Iya, biasanya wanita di sana yang menjajakan tubuhnya pada ku. Tapi, kali ini?" Tama mendesus kesal, sambil terus berusaha mengingat wajah wanita tersebut."Aku tidak menyangka ada juga
Tangisan Nada membuat Tama merasa iba, seketika itu bangkit dari atas tubuh wanita tersebut.Begitu pun dengan Nada yang segera menuruni ranjang, kedua tangannya meremas kemejanya. Sedangkan wajahnya begitu sembab.Tatapan mata Tama yang tajam seakan menatapnya penuh intimidasi."Kamu yakin masih perawan?" Tanya Tama dengan suara beratnya.Sulit sekali ingin merasakan tubuh wanita itu saja, karena banyaknya drama.Saat ini Tama hanya ingin dihargai, sebab malam tadi dirinya merasa direndahkan oleh seorang wanita di hadapan orang banyak.Bahkan Tama berencana untuk membawa Nada ke tempat hiburan malam itu, kemudian melayani banyak pria hidung belang di sana.Benar-benar untuk membuktikan bahwa seorang wanita memang tidak pantas untuk dihargai."Om, Nada benar-benar minta maaf."Tama pun terdiam sambil menimbang sesuatu, meyakinkan dirinya bahwa apa yang dikatakan oleh wanita itu benar adanya atau hanya sekedar mengelabuinya saja.Sebab wanita adalah racun dunia, sangat suka menipu deng