Fikri dari kecil dibesarkan oleh kedua orang tuanya dengan rasa tanggung jawab.Maka begitu juga dengan saat ini, Fikri akan bertanggung jawab atas apa yang sudah diperbuatnya.Tanpa gentar sedikitpun Fikri memenuhi panggilan Zidan yang memintanya datang.Di perusahaannya, kini Fikri adalah pewaris utama di keluarga Agatha Sanjaya.Dan Zidan menunggunya di sana.Duduk di sofa menatapnya tajam yang masih berdiri di ambang pintu.Zidan pun bangkit dari duduknya, menghampiri Fikri."Aku tahu semua yang kau lakukan, sampai memasuki kamar putri ku pun, aku tahu," papar Zidan.Huuuufff.Sejenak Fikri menegang, tapi itu memang benar adanya.Seperti kata awal.Fikri siap menanggung semua perbuatannya, kecuali tidak untuk menjauhi Mentari."Aku tidak tahu, apakah Ayah mu tahu hal ini atau tidak. Tapi satu hal yang aku ingin beritahu, aku tidak suka cara mu mendekati putri ku dengan cara seperti tadi. Dia sangat ketakutan," Papar Zidan.Menatap Fikri dari ujung kaki hingga ke atas."Aku mencinta
Sesampainya di rumah Fikri pun bergegas menemui kedua orang tuanya, ingin berbicara perihal pertunangannya yang akan dilangsungkan esok hari dengan Diva."Bunda, Fikri tidak bisa bertunangan dengan Diva.""Enak sekali kau berbicara seperti itu! Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri besok. Diva itu anak Tante Serena, mau tahu siapa dia. Tante Serena itu sudah seperti saudara kandung Bunda, dia yang membantu Bunda merawat kamu. Jangan pernah mempermalukan Bunda, apa lagi Tante Serena!" Papar Kinanti.Kinanti pun segera menuju kamarnya, tidak ingin lagi membahas perihal pertunangan yang ingin dibatalkan oleh putranya tersebut.Fikri pun mencoba melihat Adam, mungkin saja bisa membantunya.Sayangnya Adam hanya menggerakkan bahunya lalu menyusul Kinanti.Fikri pun meninju udara, tampaknya pertunangan tersebut harus benar-benar terjadi.Fikri mencintai Mentari, bukan Diva.Namun, malah karena insiden itu Kinanti menyimpulkan bahwa dirinya dan Diva sudah melakukan hal di luar batas.Sej
Semua tamu undangan tampak memenuhi acara pertunangan malam hari ini, menyaksikan saat-saat berlangsungnya proses pertunangan Fikri dan Diva.Yang dilangsungkan di rumah keluarga besar Fikri.Sejenak Fikri terdiam menatap wajah-wajah para tamu undangan, tampaknya mencari seseorang yang mungkin begitu berarti baginya.Fikri Mencari keberadaan Mentari.Sampai akhirnya dirinya menemukan wanita tersebut.Mentari tersenyum menatap ke depan, malam ini terlihat begitu anggun dengan gaun pesta berwarna merah menyala.Bibirnya tersenyum bahagia, sebab sebentar lagi musuh bebuyutannya akan segera bertunangan.Artinya tidak akan mengusiknya terus-menerus.Senang sekali tanpa Fikri yang mengganggu setiap hari-hari indahnya."Tari," Kinanti menghampiri Mentari, jangankan para lelaki. Dirinya saja terkagum-kagum melihat kecantikan Mentari yang hampir sempurna tanpa kekurangan."Bunda," Mentari pun tersenyum menyapa kembali."Aduh cantiknya," Kinanti memegang wajah Mentari seakan mengagumi."Terima
Fikri pun berdiri di atas anak tangga terakhir, tatapannya lulus ke depan.Menyaksikan banyaknya tamu yang sedang berdansa. Bola mata elangnya terus mencari seseorang.Seorang wanita yang bernama Mentari, bukan Diva, yang padahal sudah menjadi tunangannya sendiri.Sampai akhirnya menemukan yang dicarinya, Mentari berdansa bersama dengan Kenan."Apakah calon suamiku ini ingin berdansa dengan ku?" Goda Diva.Diva tersenyum bahagia puas melihat wajah Fikri yang menahan kemarahan.Tentu saja Fikri sangatlah kesal, dan Diva tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal dan harus menahan emosi."Ahahahha," Diva pun semakin tertawa melihat Fikri yang menatapnya dengan tajam.Dari sana Mentari pun tiba-tiba melihat Fikri, Mentari menjulurkan lidahnya seakan kesal saat melihat wajah Fikri saja.Mentari tengah bahagia, karena setelah ini tidak akan mungkin lagi diganggu oleh Fikri.Menurutnya begitu!Lantas bagaimana dengan Fikri?Bisakah Fikri tanpa Mentari?Sulit!"Ayo berdansa dengan ku, calon
Aluna musik pun terdengar dengan merdunya, pesta dansa pun kembali berlanjut.Bertapa terkejutnya Mentari saat melihat siapa yang menjadi teman dansanya saat ini.Fikri!Lelaki sialan yang selalu saja berusaha dihindarinya."Tidak ada yang boleh pergi dari tempatnya, siapapun pasangan dansanya harus menerima," kata pembawa acara dari depan sana, "siapa yang menolak akan diberikan hukuman, yaitu mencium pasangan dansanya."Mentari pun terkejut mendengarnya.Sedangkan Fikri tersenyum. Tama memang sangat berbakat untuk menjadi sahabat sejatinya.Sebab, itu semua Tama yang merencanakan. Sesuai dengan keinginan Fikri yang ingin berdansa dengan Mentari.Saat berada di kamarnya beberapa saat lalu, Tama pun menyusulnya.Kemudian mengatakan Mentari berdansa dengan Kenan."Kau harus membuat Mentari berdansa dengan ku, atau burung playboy mu aku potong!" Ancam Fikri lalu pergi.Tama pun memegangi celananya, merasa ngilu. Apa lagi itu adalah modalnya selama ini untuk mendekati para wanita di luar
Di waktu yang sama dan di tempat lainnya, di mana pesta masih terus berlangsung dengan meriahnya."Berdansa dengan ku?" Kenan pun mengulurkan tangannya pada Diva, berharap calon Kakak iparnya tersebut tidak menolak.Sejenak Diva terdiam untuk menimbang, tapi merasa Kenan begitu berharap. Akhirnya Diva pun tersenyum, dan meraih tangan Kenan.Keduanya pun berdansa dalam diam.Hanya mendengarkan alunan musik yang terus saja diputar.Di saat-saat Diva akan menjadi milik Kakaknya ini, Kenan berharap bisa lebih dekat.Anggap saja untuk membuatnya bahagia, sebab setelah pernikahan Fikri dan Diva terjadi, maka Kenan akan melupakan Diva.Menghapus perasaan yang ada meskipun begitu sulit.Sakit, tentunya. Kenan ingin menunggu saat-saat dimana Diva lulus kemudian melamar. Bahkan Kenan, sudah membeli cincin yang akan diberikan untuk Diva.Lagi-lagi Kenan hanya bisa mengelus dada, apa lagi mendengar pengakuannya Diva yang juga menyukai Fikri.Tentunya Kenan ingin melihat Diva bahagia, sekalipun bu
"Selamat pagi sayang," Serena membangunkan putrinya yang masih saja berada di bawah selimut."Umi! Apaan sih! Masih ngantuk!" Diva pun menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya, sebab gorden yang di buka membuatnya terkena cahaya matahari.Mendadak dirinya menjadi vampir yang takut pada cahaya mata hari."Bangun, katanya hari ini mau ke kampus," ujar Serena mengingatkan putrinya."Iya, sih," Diva pun mengingat dirinya harus bertemu dosen pembimbing, tidak lain adalah Kenan."Ya sudah, ayo bangun!""Mi, bisa nggak satu kilometer lagi aja. Sekali belokan, sekali tanjakan," tawar Diva yang masih belum ingin keluar dari selimut hangatnya."Dasar, anak ini. Ada-ada saja, cepat bangun!" Serena menarik selimut putrinya, agar segera bangun."Mi!""Kamu sudah mau menikah, kebiasaan buruk ini sudah waktunya di rubah!""Huuueekkk!" Diva pun ingin muntah mendengarnya.Sebab, menikah dengan Fikri bukanlah impian.Tetapi Serena malah berpikir lain, "Kami nggak hamil kan?" Serena ingin sekali mem
Terus aku gimana?" Diva pun terlupakan, saat dirinya turun dari mobil tiba-tiba ada mobil yang melaju dari arah berlawanan.Ciiit!"Aaaaaa!" Teriak Diva dengan tangan yang menyilang di depan wajahnya.Sesaat kemudian Diva menyadari tidak ada merasakan apa-apa, membuka matanya dengan perlahan, kemudian melihat ke depan.Kakinya terasa lemas, seketika itu juga. Tetapi masih beruntung tidak tertabrak."Kamu baik-baik saja?" Bayu segera memeluk putrinya, memastikan bahwa tidak ada yang harus dikhawatirkan."Diva, maaf. Aku juga terkejut, kamu tiba-tiba ada di tengah jalan," Kenan pun merasa tidak enak hati.Diva pun menyadari siapa yang hampir saja menabraknya."Kenan, hampir saja jantungku copot!" Kata Diva dengan memegang dadanya."Om, maaf ya," Kenan pun tersenyum pada Bayu.Sedangkan Bayu menyadari jika yang salah adalah putrinya, lagi pula tidak ada yang harus dipermasalahkan melihat Diva baik-baik saja."Kamu ke kampus sama Kenan saja," Bayu pun memberikan saran pada Diva.Akhirnya