Karena acara pertunangan Fikri dan Diva akan dilangsungkan dua hari lagi, maka persiapan pun perlu dilakukan."Tari, cepat Nak!" Renata mendatangi kamar putri sulungnya, sebab sudah menunggu di teras dari tadi. Anehnya Mentari tidak juga keluar dari kamarnya.Mentari masih memilih berada di bawah selimut, sebab dirinya tidak berminat untuk datang ke rumah Kinanti.Kecuali saat Fikri tidak ada.Barulah bersemangat, selain ada Nada juga ada Kinanti dengan masakannya yang menjadi favorit dari lidah Mentari.Dan saat ada Fikri Mentari sangat tidak berminat ke rumah Kinanti."Mom, Tari nggak usah ikut," Mentari tidak berpindah sedikitpun yang ada semakin memeluk guling yang jauh lebih menyenangkan."Kenapa begitu?" "Ada Fikri, Tari nggak mau kalau ketemu sama laki-laki paling menyebalkan itu. Mom tahukan Tari musuhan sama Fikri, tiap ketemu Tari selalu terjolomi." Renata pun tersenyum mendengar keluhan putrinya, tetapi sebenarnya Renata merasa jika Fikri memiliki perasaan terhadap Mentar
Terus saja mengompres lehernya yang terkena gigitan nyamuk nakal, entah mengapa selalu saja dirinya menjadi korban dari kejailan seorang Fikri.Sambil berdiri di depan cermin untuk melihat benda merah keunguan dilehernya, tangannya yang memegang kain pun terus berusaha bergerak agar bekas tersebut segera menghilang.Apa kata dunia jika ada yang melihatnya, terutama Renata.Oh tidak.Mom nya itu pasti akan sangat marah jika saja melihatnya."Apa maunya coba? Kenapa dia selalu saja semena-mena pada ku. Aku ini juga manusia, sejak dulu sampai sekarang selalu saja aku di lecehkan oleh pria gila itu! Kenapa?" Mulut Mentari terus saja menggerutu kesal, sambil memandangi diri di balik pantulan cermin yang lebar di hadapannya.Lagi-lagi Mentari mendesus, otaknya terus saja mencari jawaban atas Fikri yang sangat suka mengganggunya. Sehingga selalu saja Mentari berusaha menghindari untuk bertemu Fikri.Namun, anehnya selalu saja bertemu walau sudah menghindar, tidak tahu mengapa begitu."Kalau
"Kenapa? Apa Kurangnya aku?" Bisik Fikri di telinga Mentari.Mentari semakin kesal, kedua tangannya mencengkram erat masing-masing tangan Fikri berharap Fikri kesakitan dan mau melepaskan diri nya.Tapi sepertinya tidak sama sekali, karena Fikri terlihat tenang dan tidak merasakan apa-apa."Kamu jelek, jahat, yang paling penting, aku nggak suka sama kamu!" Teriak Mentari di depan wajah Fikri.Fikri tersenyum dan mencium bibir Mentari yang menggemaskan itu, di matanya Mentari selalu saja terlihat cantik tanpa ada yang bisa merubah pandangannya tersebut."Kamu apaan sih?" Mentari mendorong wajah Fikri agar menjauh."Yakin aku tidak tampan?" Bisik Fikri dengan suara begitu lembut."Iya memang!" Teriak Mentari pada daun telinga Fikri.Fikri lagi-lagi tersenyum, dirinya memeluk Mentari dengan eratnya karena sangat merindukan, selama berbulan-bulan tidak melihat langsung wajah Mentari."Fikri lepas! Ini sudah pelecehan! Aku bilangin kamu ke Daddy, atau ke Om Adam!" Kali ini Mentari mengeluar
"Mom!" Mentari terkejut melihat Renata yang berhasil membuka pintu kamar nya.Sejenak merasa pintar terkunci, tapi kenapa bisa terbuka.Mata Mentari pun menatap pintu yang terbuka, terlihat ada kunci di sana artinya Renata mencari kunci cadangan.Tapi masalahnya sekarang bukan itu, Mentari pun mengingat ada Fikri di kamarnya.Tamat sudah riwayat hidupnya saat ini juga, Renata pasti marah besar melihatnya bersama laki-laki di kamarnya.Tidak mungkin Renata percaya bahwa Fikri masuk sendiri.Pastinya siapapun akan berpikir jika Mentari sendiri yang mengundang."Kamu kenapa?" Renata pun merasa bingung melihat MentariWajah panik dan ketakutan tentu saja tidak bisa dibohongi."Kamu kenapa? Seperti dikejar setan saja!" Kata Renata lagi.Kebingungan melihat kelakuan aneh anaknya.Mentari pun mulai melihat ke belakang, barusan Fikri berada di sana.Tapi sekarang tidak ada, sehingga membuatnya benar-benar pening.Bukankah barusan Fikri berada di sana juga, ataukah dirinya yang sedang berhalus
Keesokan harinya Mentari pun bersiap-siap untuk berangkat bekerja.Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di rumah sakit.Bibirnya terus saja tersenyum bahagia sebab, apa yang di cita-citakan sudah tercapai dengan baik.Sekali lagi Mentari memastikan penampilannya di cermin.Rok span berpadu kemeja putih adalah pakaian pakaian favorit nya, tapi tidak begitu ketat sebab Renata sangat tidak suka melihat Mentari menggunakan pakaian yang terlalu menonjol.***Berbeda lagi dengan Diva, hari ini dirinya bersiap-siap untuk berangkat menuju kampus, kesukaannya adalah pakaian ketat yang sangat menonjolkan bentuk tubuhnya.Rok mini berpadu dengan kemeja coklat menonjolkan dadanya yang memang besar.Itulah pakaian yang selalu membuatnya begitu percaya diri."Diva," Serena pun memasuki kamar putrinya, seperti biasanya. Tanpa ijin."Umi!" Seru Diva dengan kesal.Serena pun mengibas-ngibaskan tangannya, kemudian memperhatikan penampilan putrinya."Kamu mau ke kampus atau ke club?" Serena sangat ti
Dengan anggunnya Mentari turun dari mobilnya, mobil baru dibelikan oleh Zidan sebagai hadiah karena Mentari adalah lulusan terbaik.Dengan langkah kaki perlahan mulai berjalan masuk.Ruangan sudah tersedia untuknya, walaupun Zidan sudah berhenti bekerja dan memutuskan untuk mengurus perusahaan keluarga tetapi tetap saja Mentari dikenal sebagai putri Dokter Zidan.Mantan presiden direktur rumah sakit Pelita Bunda."Anaknya Dokter Zidan cantik ya."Beberapa dokter berbisik-bisik seakan memuji kecantikan seorang Mentari.Padahal dirinya tidak sedang tebar pesona, tapi entah mengapa masih banyak lelaki yang meliriknya.Mentari pun mulai memasuki ruangannya, hingga akhirnya memeriksa pasien.Hari ini benar-benar bersemangat, apa lagi anak-anak itu sangat menggemaskan. Sampai akhirnya sampai pada pasien terakhir."Silahkan duduk ibu, Adek nya sakit apa?" Mentari belum melihat ke depan, karena berusaha mengambil bolpoin yang terjatuh di lantai.Sampai akhirnya berhasil dan bertapa terkejutny
Mentari pun mengambil ponselnya dari dalam tas, dan melihat sosial media yang menjadi hiburan dikala lelah bekerja ataupun dalam keadaan apapun.Tapi sesaat kemudian taxi yang ditumpanginya mendadak berhenti, membuat Mentari kebingungan."Ada apa Pak?" Tanya Mentari.Belum lagi sekitarnya yang mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.Ditambah lagi dengan hari mulai gelap, hujan rintik-rintik pun turun."Itu Bu, ada segerombolan preman yang menghentikan mobil kita," supir taxi itupun merasa takut, sebab para preman itu membawa benda tajam.Mentari pun melihat ke depan, kemudian ada yang menggedor-gedor kaca taxi tersebut."Turun!" Pinta Preman yang bahkan menggoyangkan taxi itu, "atau kaca taxi ini aku pecahkan!" Ancaman pun terdengar hingga sang sopir taxi merasa takut."Ya ampun, anak ku sakit. Kalau sampai taxi ini kenapa-kenapa nantinya bagaimana?" Supir taxi itu pun berbicara sendiri dengan rasa ketakutannya.Mentari pun mendengar suara itu, kemudian membuka pi
Fikri dari kecil dibesarkan oleh kedua orang tuanya dengan rasa tanggung jawab.Maka begitu juga dengan saat ini, Fikri akan bertanggung jawab atas apa yang sudah diperbuatnya.Tanpa gentar sedikitpun Fikri memenuhi panggilan Zidan yang memintanya datang.Di perusahaannya, kini Fikri adalah pewaris utama di keluarga Agatha Sanjaya.Dan Zidan menunggunya di sana.Duduk di sofa menatapnya tajam yang masih berdiri di ambang pintu.Zidan pun bangkit dari duduknya, menghampiri Fikri."Aku tahu semua yang kau lakukan, sampai memasuki kamar putri ku pun, aku tahu," papar Zidan.Huuuufff.Sejenak Fikri menegang, tapi itu memang benar adanya.Seperti kata awal.Fikri siap menanggung semua perbuatannya, kecuali tidak untuk menjauhi Mentari."Aku tidak tahu, apakah Ayah mu tahu hal ini atau tidak. Tapi satu hal yang aku ingin beritahu, aku tidak suka cara mu mendekati putri ku dengan cara seperti tadi. Dia sangat ketakutan," Papar Zidan.Menatap Fikri dari ujung kaki hingga ke atas."Aku mencinta