Dua hari kemudian keadaan Renata jauh lebih baik, walaupun masih membutuhkan seseorang untuk menolongnya dalam segala kebutuhan.Walaupun begitu Zidan selalu ada, siap dalam segala keadaan untuk membantu istrinya.Renata tersenyum dengan tubuhnya yang duduk di atas kursi roda, melihat anaknya yang masih berada di dalam inkubator."Kasihan sekali dia, padahal belum waktunya untuk lahir. Maaf ya Nak, Mom tidak kuat seperti wanita lain di luar sana," Renata menitihkan air mata, menatap iba putranya.Kedua kalinya ini terjadi, apa daya semua harus terjadi, beruntung Mentari dapat berjuang dan akhirnya bisa melewati masa-masa dimana berusia 7 Bulan tapi sudah harus dikeluarkan dari rahimnya.Namun, putranya jauh lebih kasihan, sebab belum genap 7 Bulan sudah harus dikeluarkan dari kandungannya.Semoga anak-anaknya kelak menjadi anak-anak yang pintar, sukses dalam segala perjuangannya."Kamu juga hebat, bahkan mengalahkan mereka diluar sana. Jangan sedih, dia pun pasti mengerti keadaan ini,
"Aku kan udah minta maaf Abang."Bayu sebenarnya tidak pernah marah, hanya saja dirinya sangat suka melihat wajah Serena yang tiba-tiba menjadi manja.Dan itu akan terjadi saat melakukan kesalahan-kesalahan, berikut kata maaf yang terlontar.Sampai di rumah pun Bayu hanya diam saja, berbeda dengan Serena yang masih saja meminta maaf pada Bayu."Bayu maaf.""Bereskan pakaian mu!"Serena pun mendadak memucat, Serena tidak bisa jika Bayu menceraikannya.Apa cerai?Otaknya yang berpikir negatif pun kembali berputar.Apakah Bayu memintanya membereskan pakaiannya untuk dicarikan?Untuk dipulangkan ke rumah kedua orang tuanya.Tidak!Bagaimana kalau Serena ingin dipeluk?Serena tidak bisa tanpa Bayu.Ingin rasanya menangis berteriak kencang."Bayu maaf, aku udah minta maaf. Tapi kenapa kamu malah mau ceraikan aku!" Seru Serena dengan terus saja menangis tanpa hentinya.Seketika raut wajah Bayu terlihat berubah mendengar kata cerai yang diutarakan oleh Serena.Mengapa istrinya bisa menyimpulk
Beberapa jam kemudian, Serena pun terbangun dan tersadar sudah sampai ditempat tujuan.Setelah memasuki pesawat beberapa saat lalu Serena sudah mulai terlelap, apa lagi pelukan Bayu yang begitu hangat tentunya mudah membuatnya segera tertidur.Tidur indah dengan hangat nya.Serena bisa gila jika sudah menyangkut soal Bayu."Abi, kita udah nyampe, ya?""Turun yuk."Keduanya pun turun dari pesawat dan memasuki mobil yang sudah menjemput.Lalu membawa menuju hotel berbintang.Serena terperangah saat Bayu membawanya ke sebuah hotel yang sangat mewah.Terbilang sangat bagus dan cukup bergengsi.Tapi bagaimana dengan biayanya selama disana, satu malam menginap di hotel tersebut tentunya sangat mahal.Serena tidak mau menghamburkan uang saat ini, sebab saat melahirkan nanti pasti membutuhkan biaya tidak sedikit.Walaupun terlahir dari keluarga berada tentunya Serena akan merasa malu untuk meminta uang pada Papanya.Sebab, itu menyangkut harga diri Bayu sebagai seorang suami di mata keluargan
"Tidur pun tidak nyenyak kalau gini!" Serena pun bergegas bangkit dan memilih keluar dari kamar.Mungkin sejenak berjalan-jalan bisa menyegarkan pikiran.Sekelilingnya terlihat mewah, sangat megah dengan desain yang begitu memanjakan mata."Kayaknya kok mules ya, lapar juga iya," Serena memegang perutnya yang sudah sangat membuncit.Kemudian melihat sekelilingnya, dirinya membutuhkan makanan. Kalau tidak isinya bisa berdemo.Serena pun mencari restoran, kemudian duduk di salah satu meja.Setelah memesan makanan, matanya pun kembali mengedar melihat sekiranya.Sampai akhirnya Serena melihat Bayu duduk dikursi lainya, bersama dengan beberapa pria dan juga ada satu orang wanita."Bayu, makan bareng dan aku nggak diajak?" Serena mengacak rambutnya, kesal sekali pada Bayu yang tidak mengajaknya ikut makan bersama.Tiba-tiba mata Bayu tertuju padanya, Serena pun membuang tatapannya pada arah lainnya.Setelah makanan datang, Serena langsung memakannya.Menikmati dengan penuh kenikmatan, bahk
"Mana ambulance nya?""Sedang perjalanan menuju ke sini Bos.""Sudahkah, jumpa-jumpa di jalan saja," Bayu pun mengangkat Serena, kemudian membawanya masuk ke dalam mobil.Manager bernama Steven itu pun menggaruk kepalanya bingung."Memangnya bisa begitu" Tanyanya bicara sendiri, "memangnya mereka sedang janjian?"Benar-benar kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa."Hey, cepat! Kenapa masih diam saja!"Terdengar suara Bayu dari arah lainya, seketika Steven pun mengangguk."Iya Bos!""Lama sekali, istri ku mau melahirkan!""Mohon maaf Bos, saya tidak bisa menangani orang melahirkan," kata Steven.Bayu pun mengetuk kepala Steven dan ingin membentur pada mobil."Aduh bos sakit!""Bayu, cukup!" Kata Serena berseru dari dalam mobil, membuat Bayu mengurungkan niatnya untuk membentur kepala Steven."Maaf Bos," Steven pun menangkup kedua tangannya dengan ketakutan."Kamu mengemudikan mobilnya tolol!" "O," Steven pun bernapas lega, dengan bodohnya sempat berpikir akan menjadi bidan dad
"Namanya Dimas aja ya, Mama suka namanya," kata Dara dengan penuh semangat.Serena dan Bayu pun mengangguk setuju, melihat wajah Dara yang berseri-seri tentunya tidak akan membuat keduanya tega untuk menolak."Serena, setuju saja Ma. Namanya bagus," jelas Serena."Bayu juga setuju Ma," Bayu pun mengangguk dengan cepat."Wah, namanya Dimas ya," Mala menimpali sambil menatap cucunya dengan rasa bahagia.Tidak lama kemudian Kinanti pun sampai bersama dengan Adam."Hay, semuanya," sapa Kinanti sambil berjalan masuk.Keduanya datang berdua saja, baby Nada masih terlalu kecil untuk bepergian terlalu jauh.Sehingga Kinanti dan Adam lebih memilih untuk pulang setelah melihat keadaan Serena dengan waktu sebentar saja.Kinanti dan Serena sudah seperti air dan beras, keduanya tidak bisa dipisahkan lagi. Sebab, Kinanti tidak bisa melupakan Serena yang selalu ada dalam menolongnya semasa hidupnya masih dalam kesulitan.Untuk itu Kinanti pun langsung meminta Adam mengantarkan dirinya menuju Bali, d
"Ini serius?" Kinanti pun ikut panik melihat Zahra menahan sakit."Bawa ke UGD saja," kata Adam memberikan saran.Dengan cepat Ferdian mengangkat tubuh Zahra, membawanya menuju UGD.Zahra pun terus memegangi tangan Ferdian, sambil merasakan rasa sakit yang kian terasa."Anda mau apa?" Ferdian menahan seorang dokter yang ingin memeriksa keadaan istrinya.Dokter tersebut pun bingung, bertanya-tanya penyebab Ferdian menghentikan dirinya yang ingin memeriksa pasien yang ada di hadapannya."Aku tidak mau dokter laki-laki, harus dokter wanita!"Zahra mengusap wajahnya, saat seperti ini pun suaminya itu masih saja cemburu."Tapi ini sudah menjadi pekerjaan saya Bapak," kata Dokter tersebut berharap Ferdian mengerti."Kami pikir saya bodoh? Saya juga dokter! Bedanya bukan dokter kandungan!" Tegas Ferdian."Dok, mohon maaf. Sebaiknya dokter wanita saja," Adam pun ikut bersuara karena dirinya tahu Zahra harus ditangani sesegera mungkin."Baik," dokter tersebut pun mengangguk, kemudian memanggil
"Mas, Zahra udah nggak tahan lagi."Ferdian menahan malu, wajahnya memerah seketika itu juga."Sabar, pasti sakit sekali ya. Tapi nanti kalau sudah melihat wajah bayi-bayi mungil kamu sudah lupa dengan sakit ini," ujar Ajeng.Ferdian pun melihat Zahra, begitu juga dengan sebaliknya.Bukan tidak tahan sakit, melainkan tidak tahan karena ada hasrat yang ingin di tuntaskan.Zahra pun tidak mengerti mengapa bisa dirinya ingin sekali menuntaskan hasratnya, padahal sudah akan melahirkan.Apa lagi Ferdian yang kebingungan harus bagaimana, dirinya sendiri tidak masalah.Sungguh keinginan yang sangat menyulitkan.Namun, Ajeng tidak tahu apa-apa. Hingga wajahnya terlihat santai dan hanya memikirkan tentang Zahra dan kedua cucunya yang akan segera lahir ke dunia ini.Ajeng hanya memikirkan rasa sakit yang dirasakan oleh menantunya.Dimana sebagai seorang wanita tentunya pernah merasakan hal tersebut."Sabar," kata Ferdian sambil menggosok punggung istrinya.Entah berguna atau tidak, tapi percayal