Segera menuju rumah sakit jiwa, melihat Zoya yang sudah berada dalam dunianya sendiri.Renata tidak menyangka ternyata Zoya begitu terobsesi pada Zidan.Hingga saat ini pun mulutnya hanya memanggil nama Zidan."Apa tidak ada kemungkinan untuk sembuh kembali?" Tanya Renata pada Bayu yang berdiri di sampingnya.Keduanya menatap arah yang sama, Zoya tengah menyisir rambutnya seakan berdandan dan bersiap-siap untuk pergi bersama dengan Zidan."Aku tidak mengerti, hanya saja dia harus sembuh agar polisi bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Perbuatan kriminal, ini menyangkut keselamatan. Sehingga semua harus di proses," jelas Zidan."Aku serahkan masalah ini pada kalian, aku tahu kalian pasti melakukan yang terbaik."Sekalipun sudah mencelakai anaknya Renata tetap saja merasa iba pada Zoya, mungkin lain hal jika saat ini Zoya waras dan berdiri di hadapannya.Tetapi, saat ini Tuhan memilih menghukum dengan caranya, Zoya berubah gila setelah apa yang diperbuatnya sendiri.Hukum mungkin bi
Sampai di rumah Serena sudah di sambut oleh Bayu, tatapan mata Bayu begitu tajam padanya dan terlihat menyimpan kemarahan."Kamu udah pulang? Udah lama pulang?" Serena mencoba bertanya, berharap Bayu tak lagi dengan wajah seriusnya.Bayu memilih menyingkir dari tempatnya, berlalu begitu saja tanpa satu patah katapun hingga membuat Serena semakin bertanya-tanya."Bayu tunggu!" Serena pun segera menyusul suaminya, berdiri saling berhadapan untuk bertanya, "kamu kenapa? Aku salah apa ke kamu?"Serena merasa tidak memiliki kesalahan, sejak pagi tadi mereka baik-baik saja tanpa pertengkaran. Pagi tadi bahkan Bayu sendiri yang mengantarkan nya pergi bekerja, sore ini Serena pulang sendiri dengan membawa mobil milik Kinanti.Namun, tiba-tiba saja di sambut wajah Bayu yang judes membuatnya bingung dan bertanya-tanya atas kesalahannya."Jawab aku! Aku salah apa ke kamu?" Serena mendongkak dan membalas tatapan tajam Bayu."Coba kamu sadari apa salah kamu ke aku?" Bayu bukan menjawab tapi, mal
Bayu pun tersadar, seketika mengejar Serena yang kini sudah membuka pintu mobil.Dengan cepat Bayu menutupnya sebelum Serena masuk."Jangan sampai keributan kita menjadi tontonan orang-orang," Bayu pun kembali menarik Serena masuk ke dalam rumah, bahkan menariknya kembali masuk ke dalam kamar agar Dara pun tak melihatnya.Walaupun Dara sudah melihat dari sudut ruangan saat Bayu menarik Serena dengan paksa, yakin jika anak dan menantunya tengah bertengkar hebat."Ada apa lagi?" Serena menghempas tangan Bayu, kesal bukan main saat Bayu hanya menuduh dan menuduh dirinya tanpa alasan yang jelas.Andai saja Bayu bertanya dengan baik-baik mungkin pertengkaran ini tidak akan pernah terjadi.Sikap wanita tergantung bagaimana pria menyikapinya, jika sang suami acuh maka wanita pun bisa demikian.Akan tetapi, jika di perlakukan lembah lembut bukan tidak mungkin para wanita akan merajakan suaminya.Dan saat ini Bayu membentaknya dari awal, maka itulah yang diberikan oleh Serena, membalas dengan
"Satu Tahun berapa hari?""Emang kenapa?""Jawab aja!""345 Hari.""Bodoh!" Bayu menyentil kepala Serena."Aku tahu!" Serena pun mulai mengingat dengan jelas."Berapa?" Bayu menunggu jawaban kedua dari Serena."365 Hari," jawab Serena dengan bangganya.Kali ini sudah pasti benar, yakin sekali."Pinter!" Bayu mengetuk kepala Serena cukup kuat bahkan, sampai ada terdengar suara."Pinter, 'sih pinter, nggak segitunya juga kali Bay!" Serena pun menggosok kepalanya hingga berulangkali.Tapi, ada rasa bangga karena, menjawab dengan benar. Seperti bocah ingusan yang memenangkan pertandingan hingga bangga sampai puncak langit biru.Sedangkan Bayu tidak memperdulikan omongan Serena, tetap fokus pada topik pembahasan awal."Terus kamu udah minum pil KB 4 Tahun. Jadi, 365 hari di kali 4 hasilnya berapa?" Tanya Bayu lagi.Keduanya duduk bersebelahan tapi kepala Serena masih di jepit di bawah ketiak Bayu, baru saja keduanya terlibat ketegangan kini sudah baikan lagi."1040 Hari!" Jawab Serena den
Halo teman-teman semuanya, apa kabar?Mohon maaf kalau Author nggak bisa balas satu-satu komentar kalian semuanya. Hehehe maklum punya Dede bayi, kadang buat nulis aja kejar-kejaran sama anak.Langsung aja, di saat Novel : Istri Gelap Tuan Arrogant mau tamat ini, Author membagikan GA.Jadi nanti akan ada 2 pembaca beruntung buat dapetin Rp.300.000*2 jadi, buat kalian pembaca setia sering-sering muncul di kolom komentar ya.Satu lagi banyak banget yang komen kalau ceritanya nggak nyambung, mohon maaf saya bukan penulis hebat. Saya pun tidak hobi menulis, jujur saya membaca juga paling malas.Hanya saja jiwa kehaluan saya itu terlalu tinggi. Jadi, sayang kalau nggak di tuangkan melalui tulisan.Dan kalau ada yang merasa cerita saya tidak sesuai dengan keinginan kalian, sekali lagi mohon maaf saya yang memang banyak kekurangan memang harus banyak belajar.Di usahakan novel ini end dalam Bulan ini, namun jika Author nya tidak mampu maka pertengahan Bulan depan.Dan kenapa Author nggak pi
"Serena," segera Bayu beranjak dari tempatnya menyusul Serena menuju dapur."Apa?" Serena sejenak melirik Bayu, sesaat kemudian membuka kulkas mengambil beberapa sayuran segar untuk di olah menjadi makanan.Bayu berdiri di samping kulkas melihat istrinya mengeluarkan beberapa sayuran."Kamu mau masak apa?""Nggak tau juga. Tapi, bahan makanan banyak banget. Jadi, aku masak yang ada aja. Nggak usah belanja lagi."Serena pun merasa cukup, beberapa bahan yang dibutuhkan semua sudah tertata di meja.Kemudian menutup kulkas kembali, beralih menuju rak dengan bumbu-bumbu dapur.Bayu juga mengikuti Serena, berdiri miring sambil bersandar pada rak."Ren, tuntasin kek dulu, yang tadi," Bayu tersenyum sambil menggoyangkan alis matanya.Serena memutar bola matanya, memilih diam dan tidak perduli."Ren!" Bayu mencolek Serena, berharap istrinya paham.Serena masih diam dan menutup laci, ternyata tangan Bayu berpegang pada sudut laci yang terbuka. Akhirnya tanpa sengaja terhimpit oleh laci saat d
Malam kian larut, Serena dan Bayu semakin dekat dan hangat, sedangkan Kinanti dan Adam juga di sibukkan dengan dua anaknya.Rasa bahagia kian terasa semakin dalam, sekalipun tingkah kedua anaknya bisa membuat kepala serasa akan pecah.Tetapi, di sanalah letaknya bahagia membesarkan anak memang butuh waktu dan tenaga semuanya tidak akan terasa saat melihat anak-anak nya bahagia.Namun, lain halnya dengan satu anak manusia. Renata namanya, dirinya tengah berbaring di atas brankar bersama anaknya.Mengelus rambut coklat Mentari dengan lembutnya, di saat ini dirinya sedang tidak baik-baik saja.Mengeluh mungkin hanya untuk orang-orang putus asa.Dan itulah yang kini tengah terjadi.Sudah berusaha untuk menjadi orang baik dan terus belajar menjadi orang yang lebih baik, mengikhlaskan seseorang yang sangat di cintai demi mengejar cinta yang lain.Dirinya pun sudah berusaha untuk tetap tenang, tegar dalam menghadapi kenyataan pahit.Bersuamikan seorang sahabat yang dulu pernah menjalin kasih
Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit akhirnya, hari ini Mentari sudah di perbolehkan untuk pulang.Melanjutkan rawat jalan sebelum akhirnya dokter mengatakan sembuh total, trauma yang di alami Mentari tentu ada.Maka dari itu Renata terus mendampingi anaknya selama 24 jam."Mentari minum Obat dulu, ayo buka mulutnya," Renata tersenyum pada anaknya, perasaan menjadi seorang Ibu begitu bahagia melihat perkembangan anaknya jauh lebih baik.Mentari pun menurut, membuka mulut dan menelan obat secepatnya."Anak pintar, ayo tidur," Renata membantu Mentari untuk kembali berbaring, menyelimuti Mentari dengan kain."Ma, Tari kangen sekolah.""Iya, kalau Tari rajin minum obat, banyak istirahat pasti akan cepat sembuh. Terus sekolah lagi deh," lagi-lagi Renata memberikan semangat kepada putri kecilnya.Mentari mengangguk menurut, perlahan menutup mata hingga akhirnya benar-benar terlelap."Mama ingin bicara," kata Irma.Dari tadi Irma hanya diam sambil berdiri di sudut kamar menyaksikan