"Ya ampun Kinanti, aku ingin sekali mencekik keempat pria gila itu," Serena kembali masuk dan melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.Kinanti menatap punggung Serena yang perlahan menghilang setelah pintu kamar tertutup rapat.Tak berselang lama ada yang kembali, Ilham kembali menemui dirinya.Kinanti urung melangkah masuk, seketika beralih menatap Ilham."Ada yang ketinggalan Mas?" Kinanti menatap Ilham penuh tanya sambil menatap sekitarnya."Hati aku tinggal di sini," ujar Ilham.Kinanti tersenyum mendengar gombalan Ilham dari dulu sampai kini pria tersebut, masih begitu pandai dalam mengatakan kalimat rayuan."Kinanti, Mas mau bicara berdua saja."Kinanti duduk di kursi begitu juga dengan Ilham."Kita sudah cukup lama berpacaran, sejak masih kuliah. Dan saat ini kamu sudah bercerai, Mas masih mengharapkan kamu," segala yang tersimpan di dalam hati sudah di utarakan oleh Ilham.Selebihnya terserah kepada Kinanti, menerima atau pun menolak."Mas, aku-""Mas, mohon Kinanti. Mas su
Kinanti terperanjat menatap layar ponselnya, menatap laporan transaksi yang baru saja di terima.Adam mentransfer uang pada rekeningnya dengan nominal cukup fantastis."Rp. 200.000.000," Kinanti merasa ada kesalahan mungkin Adam salah menuliskan nominalnya pikir Kinanti.Sesaat kemudian ponselnya berdering, kali ini Kinanti menjawab langsung berpikir mungkin, Adam ingin meminta uang tersebut di kendalikan sebagian besarnya."Halo," jawab Kinanti setelah panggilan terhubung."Transferan uangnya sudah masuk, kan?" Tanya Adam di sebrang sana."Iya, Dok, apa anda salah menuliskan angka? Mungkin Rp.2000.000. Bukan Rp.200.000.000." Kata Kinanti."Dalam satu Bulan aku akan mengirimkan Rp.200.000.000 terserah mau menggunakan untuk apa," jawab Adam di sebrang sambil menatap bingkai foto Kinanti bersama Fikri.Baginya uang tak masalah, tujuan hidupnya sudah tak terarah setelah Kinanti pergi membawa separuh hatinya."Tapi, itu terlalu banyak," Kinanti masih mencoba untuk bernegosiasi, tak enak b
Pagi-pagi sekali rumah Kinanti sudah di gedor, bahkan sampai membuat Fikri menangis karena, suara keributan."Siapa, sih. Kok nggak sopan banget," gerutu Serena.Kinanti berusaha menenangkat Fikri, tidur lelap bocah itu terganggu karena, suara gedoran pintu yang sangat kencang.Sesekali terdengar seorang wanita berteriak meminta untuk di bukakan pintu.Serena membuka pintu dan melihat dua orang wanita, satunya sudah cukup berumur dan satunya lagi mungkin sebaya dengan dirinya."Ada apa ya Bu?" Serena masih berusaha untuk tetap tenang, menimbang orang tersebut lebih tua darinya harus di hormati.Andai saja wanita tersebut adalah wanita seumur dirinya, mungkin saat membuka pintu barusan langsung membenturkan kepala wanita tersebut pada sudut pintu."Saya, Desi Ibunya Ilham dan ini Nara calon istrinya Ilham!" Terang wanita paruh baya tersebut penuh kemarahan dan napas yang naik turun.Serena mengangguk sambil berpikir keras, bingung pada Ibu yang kini berdiri di hadapannya."Ya, ada apa B
Kesibukan Zidan begitu padat, hingga sulit sekali untuk membuat janji dengannya akhir-akhir ini. Melonjaknya jumlah pasien membuatnya kadang sampai kewalahan.Akan tetapi, dirinya sangat bertanggung jawab atas pekerjaannya. Sehingga semua terasa lebih ringan sekalipun sedikit melelahkan.Saat waktu jam istirahat Zidan duduk bersantai sejenak, merilekskan sejenak otot-otot tubuhnya yang menegang.Sambil berpikir untuk mendapatkan asisten yang baru, hingga bisa meringankan sedikit pekerjaannya.Namun, tiba-tiba pintu terbuka, Renata langsung masuk tanpa membutuhkan ijin dari Zidan.Zidan terkejut melihat kedatangan Renata yang tiba-tiba muncul, cukup lama Renata tak mengunjungi dirinya."Zidan, apa kamu masih mencintai aku?" Tanya Renata langsung.Zidan membetulkan posisi duduknya, mendengar pertanyaan Renata bukan membuatnya semakin santai malah semakin menegang.Pertanyaan konyol tersebut seakan membuatnya semakin pusing."Zidan, kenapa hanya diam? Jawab aku! Apa kau masih mencintai
Setelah semalam menikah dengan Zidan, pagi ini Renata kembali menemui Kinanti. Meyakinkan bahwa dirinya sudah bahagia dengan pernikahannya kini.Saat Kinanti membuka pintu Renata langsung memeluk Kinanti dengan eratnya, hingga Kinanti terhuyung karena, hampir saja kehilangan keseimbangannya."Kinanti, maaf ya," Renata merasa tak enak hati, ia menjauh sambil tersenyum."Ada apa? Kamu sepertinya bahagia sekali," Kinanti dapat melihat raut wajah Renata yang memancarkan kebahagian.Keduanya sudah bersahabat, tak ada lagi kecanggungan untuk bercerita bersama. Sejak saat Renata meminta maaf dan meminta berteman, Kinanti pun menerima keinginan baik Renata.Hingga kini keduanya semakin akrab, sekalipun pernah menikah dengan pria yang sama.Tak ada dendam di hati keduanya sama sekali."Aku udah nikah, dan aku udah bahagia," seru Renata dengan penuh semangat.Kinanti terdiam, mencerna kata-kata Renata. Apakah mungkin Renata menikah kembali? Apa mungkin dengan Adam? Hati Kinanti terasa sakit. J
Adam sudah tak sanggup menghukum dirinya sendiri, hari ini memutuskan untuk menemui Kinanti. Pasrah, bila memang nantinya di tolak juga tak masalah. Tak ada kata menyerah untuk bisa mendapatkan Kinanti kembali. Dengan menggenggam erat kalung milik Kinanti, Adam terus memacu laju mobilnya di jalan raya.Namun, karena, terlalu lama menatap kalung di tangannya malah membuat Adam tidak fokus mengemudikan mobilnya hingga tak terkendali. Sampai akhirnya sebuah truk melintas dari arah berlawanan.Tabrakan tak dapat lagi di hindarkan, sekalipun sudah membanting setir tabrakan tetap terjadi juga.Keadaan Adam kritis, segera di larikan ke rumah sakit oleh orang-orang yang menyaksikan kecelakaan tersebut.Sarah pun sangat shock mengetahui kecelakaan yang menimpa Adam.Baru saja Kinanti sampai di rumah sakit, kemudian menuju ruangan Adam di rawat dirinya menatap Adam dari balik pintu kaca. Adam berada di sana, di ruang ICU, dengan banyaknya alat medis terpasang di tubuhnya.Saat mendapatkan k
Genap sudah 1 bulan lamanya Adam koma, untuk yang kesekian kalinya Kinanti menjenguk Adam dengan membawa Fikri.Masih belum ada tanda-tanda Adam membuka matanya, Fikri sering kali rewel karena, ingin bermain dengan sang Ayah.Untuk hari ini saja Kinanti sangat kesulitan untuk bernapas, Fikri terus menangis memanggil Ayahnya.Akhirnya Kinanti marah dan kembali meletakkan Fikri di atas ranjang brankar Adam."Mulai hari ini kamu tinggal sama Ayah, Oma dan Opa. Bunda mau menikah dengan Om Bayu. Lagi pula kamu sekarang rewel banget. Bunda stres!!"Sarah dan Agatha menatap Kinanti bingung, keduanya sesaat saling menatap bingung. Sesaat kemudian kembali menatap ke arah Kinanti penuh tanya."Mas Adam, aku sudah tidak sanggup lagi menjaga Fikri. Aku akan menikah dengan Bayu, lagi pula sebenarnya Bayu tidak menyukai Fikri. Jadi, aku tidak lagi bisa mengasuh anak mu."Sarah seketika bangun dari duduknya, menatap Kinanti penuh kemarahan. Menurutnya kali ini sangat keterlaluan bahkan, seakan tak m
Sore harinya Adam kedatangan tamu, Zidan dan Renata menjenguknya, sekaligus mengatakan bahwa keduanya sudah menikah.Adam cukup merasa terkejut dengan semua itu, tapi bukan berarti dirinya marah. Tak ada lagi cinta untuk Renata sehingga sudah ikhlas melepas."Selamat, ya," Adam mengulurkan tangannya."Terima kasih," Renata pun membalasnya."Terus kalian gimana?" Kinanti hanya diam sambil menatap Adam begitu juga sebaliknya."O, aku mengerti. Mereka sama-sama malu, maklum lah, privasi gitu kan?" Seloroh Renata.Kinanti kembali menatap Fikri yang tengah duduk di pangkuannya sambil memegang jari-jarinya, matanya menatap Adam yang duduk di atas brankar.Sesekali tersenyum karena, sang Ayah tersenyum padanya."Ya ampun, kamu gumus banget sih?!" Renata mengambil alih Fikri dan menciumi pipi bocah gembul tersebut."Yah!!!!" Teriak Fikri.Dengan lantangnya mulut Fikri memanggil Adam, sedangkan Kinanti tak pernah mendengar Fikri memanggilnya. Mungkin pernah satu bulan sebelumnya, setelah itu