Nadira kembali ke kampus, saat inilah dia berpapasan dengan Andi-pria si pemilik kampus yang adalah ayahnya Vika, tetapi gadis ini tidak mengenali pria gembil itu hingga dia melengos begitu saja.Namun, Andi menjadikan sikap Nadira sebagai nilai minus. Lalu saat bertemu Vika, putrinya semakin menambah api peperangan dengan mengatakan jika atittude Nadila memang buruk.Andi segera mengumumkan pembaruan pelaturan kepada semua petinggi kampus, termasuk pada Nathan si dosen muda.‘Dengan ini saya menyatakan beasiswa mahasiswa tidak bersifat kekal selama tidak memiliki atittude baik walaupun mahasiswa tersebut berprestasi dan berpengaruh penting dalam pengembangan kesetaraan pendidikan di universitas ini.’Nathan membelalakan matanya sesaat setelah membaca isi dokumen yang dibagikan Andi lewat email. “Kenapa tiba-tiba Pak Andi merubah pelaturan berasiswa. Apa karena rumor tentang Dira yang katanya membully Vika?”Nathan tidak bisa tenang menghadapi hal ini. Chat segera dikirimkan pada Nadi
Isi kepala Nathan berputar-putar memikirkan hutang Nadila, tetapi tetap bersikap tenang di hadapan Nadira. “Aku harus bagaimana?” Ujung pena diketuk beberapa kali pada permukaan meja kala pria muda ini duduk di ruang dosen bersama beberapa dosen senior.Namun, bukan itu saja karena pembaruan pelaturan tidak kalah membuatnya khawatir. “Aku takut Dira nggak bisa tahan diri, aku takut dia kebablasan saat melawan Vika. Astaga ... kenapa gadis itu sangat garang.” Dia memegangi pelipisnya.Selesai kuliah, Nadira menemui Nathan di ruangannya. “Aku mau cari uang,” celetuknya dengan lunglai.Dahi Nathan berkerut heran. “Buat apa? Aku udah menafkahi kamu. Apa uangnya kurang?” Andai Nadira menjawab iya, Nathan tidak heran karena uang nafkah darinya tidak sepadan dengan makanan yang sehari-hari dikonsumsi istrinya di kehidupannya.“Bukan ..., tapi aku khawatir Dila nggak bayar. Aku punya firasat jelek!” Nadira meraung.Nathan segera menenangkan istrinya. “Kamu jangan khawatir, biar aku yang pikir
Nathan bekerja paruh waktu hingga pukul sebelas malam walaupun sebenarnya hingga lewat tengah malam pun dirinya siap, tetapi itu akan menimbulkan pertanyaan pada Nadira dan orangtuanya.Nathan menjadi chef di bar dan resto yang berada cukup jauh dari rumah dan kampus karena propesinya sebagai dosen dan pengajar les tidak ingin tercoreng propesi di tempat remang-remang.Nadira sudah terlelap kala Nathan menginjak lantai kamar mereka, dia segera melepaskan pakaiannya karena kegerahan lalu tidur bertelanjang dada.Jadi Nadira terkejut sekalian panik saat terjaga dari tidurnya, tetapi langsung menyaksikan tubuh Nathan. “Kya!!!” teriaknya di pagi buta.Namun, suara beberapa oktap milik Nadira tidak berhasil membangunkan Nathan yang kelelahan.Nadira menangkup mulutnya sendiri setelah menyadari jika Nathan tidak melakukan apapun padanya. “Untung aku selamat!” gumamnya.Namun, Sinta dan Abdul terbangun karena suara gaduh Nadira hingga suara langkah mereka terdengar oleh si gadis hanya saja k
Nadira menganga melihat foto Nathan yang dimiliki Vika. Segera, gadis ini mencari Vika untuk menghardiknya, “Jangan sembarangan mengambil foto oranglain. Itu termasuk pelanggaran!”Vika bersikap manis senada dengan suaranya. “Oops, sorry ....”“Hapus sekarang!” Nadira melotot ke arah Vika dengan suara lantangnya hingga membuat lawannya heran. Di mana Nadila yang anggun dan pendiam?“Nggak. Pak Nathan keliatan beda banget, aura bad boynya pekat banget.” Vika tersenyum licik.Nadira segera tersulut emosi. “Dia suami gue, woi. Lu sadar nggak, sih!”Seketika, mulut Vika menganga dengan mata melebar. Apa yang sedang di hadapinya adalah Nadila?Nadira segera mengancam dengan suara lantang, “Hapus sekarang atau gue laporin lo ke pihak berwajib!”Jantung Vika berdebar tidak tenang saat mendengar ancaman Nadira, tetapi gadis ini tidak ingin mengalah. “Laporin atas tindakan apa? Aku nggak buat kriminal!”Nadira semakin mencondongkan tubuhnya ke arah Vika dengan wajah terangkat dan suara lantang
Nadira keluar dari ruangan Andi, tetapi suasana di lorong sangat aneh, seakan semua mata menatapnya bersama bisikan yang entah apa?Seorang gadis bernama Fania berkata dengan tatapan mengejek, “Harusnya kamu nggak lawan Vika. Kamu jangan lupa kalo Vika anaknya Pak Andi.”Nadira mengerutkan dahinya heran lalu mendengus geram, “Aku nggak peduli. Lagian masalahnya udah beres!”“What? Nggak salah denger.” Fania tersenyum mengejek. Lalu menunjukan foto Nathan yang tersebar di media sosial. “Apanya yang selesai? Vika udah upload foto Pak Nathan yang ternyata kerja di bar. Astaga ... ternyata ini wajah asli Pak Nathan!”Lagi, kedua mata Nadira membelalak bahkan lebih lebar karena Vika menyebarkan foto Nathan di akun media sosialnya hingga kini semua orang di kampus tahu.“Kamu buat kesepakatan apa sama Pak Andi? Kesepakatan apapun nggak akan ngaruh karena kamu sama Vika bagaikan bumi dan langit!” hina Fania.Nadira tidak membalas ucapan Fania, tetapi segera kembali ke dalam ruangan Andi. Bah
Nathan dan Nadira menjadi pusat perhatian, tetapi tidak semua orang menilai pria itu buruk justru banyak juga yang mengatakan jika Nathan terlihat keren dan berbanding terbalik dengan penampilannya sebagai dosen klimis.Nathan berterimakasih atas support yang didapatnya, tetapi Nadira tetap tidak puas. “Kamu mau bilang apa di sosmed kamu?” Wajahnya tetap kecut.“Nggak usah bilang apa-apa.”Suara tegas diperdengarkan Nadira. “Se’enggaknya kamu bikin klarivikasi dong!”“Nggak usah. Kamu liat aja cara main aku.” Nathan tersenyum santai, tetapi justru membuat Nadira diserang gelisah.Sebelum tiba di rumah, Nadira menginterograsi Nathan. “Jadi sebenernya kamu ngapain di bar?”“Kerja. Sorry ....”Nadira mendengus. “Buat nutupin hutang Dila!”“Ya.”“Aku nggak mau kamu yang nanggung hutang Dila. Ini tanggung jawab dia!”“Tapi kamu juga pernah kepikiran mau kerja kan, buat nutupin hutang Dila. Jadi apa bedanya sama aku.” Nathan tetap berbicara lembut senada dengan tatapannya.“Bedalah! Kalo ak
Waktu menunjukan tengah malam saat Nathan membuka pintu dan segera melihat Nadira yang terlelap di sofa.Tubuh istrinya segera digendong dan dibaringkan di tempat tidur. Selama beberapa detik, Nathan berkata pelan, “Baru kaya gini aja aku udah ngerasa berat. Apalagi kamu yang harus tenggelam dalam hidupnya Dila.”Nadira baru saja bertemu Nathan di pagi hari, tapi pagi ini dia mengeluh, “Aku malas ke kampus.”Nasihat lembut segera diberikan Nathan, “Kalau badan kamu sehat lebih baik kuliah. Sayang banget beasiswanya Dila. Selain itu, kamu juga dapet ilmu walaupun mempelajari materi di luar jurusan yang kamu pilih.”Dasi sudah menggantung rapi di dada bidang Nathan. Kemeja putih gadis menjadi pilihannya hari ini.“Aku masih belum tenang karena pasti semua orang masih bahas foto kamu!”“Jangan dipikirin. Aku aja nggak.” Nathan tersenyum teduh dan seolah tanpa beban.“Gimana semalem? Ada anak kampus yang ke bar?”“Nggaklah, mana berani mereka dateng ke bar yang ada akunya-dosen. Wkwk!”“Y
Di rumah, Nadira menuntut Nathan. “Mendingan kamu resign dari bar!”“Kok gitu?” Nathan terkejut dengan sambutan Nadira saat dirinya pulang mengajar les.“Kamu malah bikin masalah ..., semenjak kerja di bar ada aja masalahnya!”Nathan berkata lembut, berbeda dengan Nadira yang berapi-api. “Bukan aku yang buat masalah, tapi orang-orang tidak bertanggungjawab yang coba fitnah aku.”“Sama aja, kan!” Nadira melipat tangannya di depan dada, lalu kembali menuntut, kali ini lebih tegas, “Pokoknya mendingan kamu resign dari bar. Kamu kan bisa cari kerjaan lain, yang aman dari fitnah. Emang digaji berapa sih di sana?”Nathan tersenyum kecil dan tetap tenang saat menghadapi amarah Nadira. “Aku nggak berani sebutin jumlah gajinya karena pasti buat kamu kecil banget.”“Berapa? Bilang dong, aku kan istri kamu!”“Kecil ... gaji aku nggak sebanding sama uang saku kamu dari papa kamu.” Sengaja, Nathan menutupi karena memang itu kenyataannya. Nadira tidak akan mengerti seberharga apa gaji kecil yang di
Di rumah, Nadira menuntut Nathan. “Mendingan kamu resign dari bar!”“Kok gitu?” Nathan terkejut dengan sambutan Nadira saat dirinya pulang mengajar les.“Kamu malah bikin masalah ..., semenjak kerja di bar ada aja masalahnya!”Nathan berkata lembut, berbeda dengan Nadira yang berapi-api. “Bukan aku yang buat masalah, tapi orang-orang tidak bertanggungjawab yang coba fitnah aku.”“Sama aja, kan!” Nadira melipat tangannya di depan dada, lalu kembali menuntut, kali ini lebih tegas, “Pokoknya mendingan kamu resign dari bar. Kamu kan bisa cari kerjaan lain, yang aman dari fitnah. Emang digaji berapa sih di sana?”Nathan tersenyum kecil dan tetap tenang saat menghadapi amarah Nadira. “Aku nggak berani sebutin jumlah gajinya karena pasti buat kamu kecil banget.”“Berapa? Bilang dong, aku kan istri kamu!”“Kecil ... gaji aku nggak sebanding sama uang saku kamu dari papa kamu.” Sengaja, Nathan menutupi karena memang itu kenyataannya. Nadira tidak akan mengerti seberharga apa gaji kecil yang di
Waktu menunjukan tengah malam saat Nathan membuka pintu dan segera melihat Nadira yang terlelap di sofa.Tubuh istrinya segera digendong dan dibaringkan di tempat tidur. Selama beberapa detik, Nathan berkata pelan, “Baru kaya gini aja aku udah ngerasa berat. Apalagi kamu yang harus tenggelam dalam hidupnya Dila.”Nadira baru saja bertemu Nathan di pagi hari, tapi pagi ini dia mengeluh, “Aku malas ke kampus.”Nasihat lembut segera diberikan Nathan, “Kalau badan kamu sehat lebih baik kuliah. Sayang banget beasiswanya Dila. Selain itu, kamu juga dapet ilmu walaupun mempelajari materi di luar jurusan yang kamu pilih.”Dasi sudah menggantung rapi di dada bidang Nathan. Kemeja putih gadis menjadi pilihannya hari ini.“Aku masih belum tenang karena pasti semua orang masih bahas foto kamu!”“Jangan dipikirin. Aku aja nggak.” Nathan tersenyum teduh dan seolah tanpa beban.“Gimana semalem? Ada anak kampus yang ke bar?”“Nggaklah, mana berani mereka dateng ke bar yang ada akunya-dosen. Wkwk!”“Y
Nathan dan Nadira menjadi pusat perhatian, tetapi tidak semua orang menilai pria itu buruk justru banyak juga yang mengatakan jika Nathan terlihat keren dan berbanding terbalik dengan penampilannya sebagai dosen klimis.Nathan berterimakasih atas support yang didapatnya, tetapi Nadira tetap tidak puas. “Kamu mau bilang apa di sosmed kamu?” Wajahnya tetap kecut.“Nggak usah bilang apa-apa.”Suara tegas diperdengarkan Nadira. “Se’enggaknya kamu bikin klarivikasi dong!”“Nggak usah. Kamu liat aja cara main aku.” Nathan tersenyum santai, tetapi justru membuat Nadira diserang gelisah.Sebelum tiba di rumah, Nadira menginterograsi Nathan. “Jadi sebenernya kamu ngapain di bar?”“Kerja. Sorry ....”Nadira mendengus. “Buat nutupin hutang Dila!”“Ya.”“Aku nggak mau kamu yang nanggung hutang Dila. Ini tanggung jawab dia!”“Tapi kamu juga pernah kepikiran mau kerja kan, buat nutupin hutang Dila. Jadi apa bedanya sama aku.” Nathan tetap berbicara lembut senada dengan tatapannya.“Bedalah! Kalo ak
Nadira keluar dari ruangan Andi, tetapi suasana di lorong sangat aneh, seakan semua mata menatapnya bersama bisikan yang entah apa?Seorang gadis bernama Fania berkata dengan tatapan mengejek, “Harusnya kamu nggak lawan Vika. Kamu jangan lupa kalo Vika anaknya Pak Andi.”Nadira mengerutkan dahinya heran lalu mendengus geram, “Aku nggak peduli. Lagian masalahnya udah beres!”“What? Nggak salah denger.” Fania tersenyum mengejek. Lalu menunjukan foto Nathan yang tersebar di media sosial. “Apanya yang selesai? Vika udah upload foto Pak Nathan yang ternyata kerja di bar. Astaga ... ternyata ini wajah asli Pak Nathan!”Lagi, kedua mata Nadira membelalak bahkan lebih lebar karena Vika menyebarkan foto Nathan di akun media sosialnya hingga kini semua orang di kampus tahu.“Kamu buat kesepakatan apa sama Pak Andi? Kesepakatan apapun nggak akan ngaruh karena kamu sama Vika bagaikan bumi dan langit!” hina Fania.Nadira tidak membalas ucapan Fania, tetapi segera kembali ke dalam ruangan Andi. Bah
Nadira menganga melihat foto Nathan yang dimiliki Vika. Segera, gadis ini mencari Vika untuk menghardiknya, “Jangan sembarangan mengambil foto oranglain. Itu termasuk pelanggaran!”Vika bersikap manis senada dengan suaranya. “Oops, sorry ....”“Hapus sekarang!” Nadira melotot ke arah Vika dengan suara lantangnya hingga membuat lawannya heran. Di mana Nadila yang anggun dan pendiam?“Nggak. Pak Nathan keliatan beda banget, aura bad boynya pekat banget.” Vika tersenyum licik.Nadira segera tersulut emosi. “Dia suami gue, woi. Lu sadar nggak, sih!”Seketika, mulut Vika menganga dengan mata melebar. Apa yang sedang di hadapinya adalah Nadila?Nadira segera mengancam dengan suara lantang, “Hapus sekarang atau gue laporin lo ke pihak berwajib!”Jantung Vika berdebar tidak tenang saat mendengar ancaman Nadira, tetapi gadis ini tidak ingin mengalah. “Laporin atas tindakan apa? Aku nggak buat kriminal!”Nadira semakin mencondongkan tubuhnya ke arah Vika dengan wajah terangkat dan suara lantang
Nathan bekerja paruh waktu hingga pukul sebelas malam walaupun sebenarnya hingga lewat tengah malam pun dirinya siap, tetapi itu akan menimbulkan pertanyaan pada Nadira dan orangtuanya.Nathan menjadi chef di bar dan resto yang berada cukup jauh dari rumah dan kampus karena propesinya sebagai dosen dan pengajar les tidak ingin tercoreng propesi di tempat remang-remang.Nadira sudah terlelap kala Nathan menginjak lantai kamar mereka, dia segera melepaskan pakaiannya karena kegerahan lalu tidur bertelanjang dada.Jadi Nadira terkejut sekalian panik saat terjaga dari tidurnya, tetapi langsung menyaksikan tubuh Nathan. “Kya!!!” teriaknya di pagi buta.Namun, suara beberapa oktap milik Nadira tidak berhasil membangunkan Nathan yang kelelahan.Nadira menangkup mulutnya sendiri setelah menyadari jika Nathan tidak melakukan apapun padanya. “Untung aku selamat!” gumamnya.Namun, Sinta dan Abdul terbangun karena suara gaduh Nadira hingga suara langkah mereka terdengar oleh si gadis hanya saja k
Isi kepala Nathan berputar-putar memikirkan hutang Nadila, tetapi tetap bersikap tenang di hadapan Nadira. “Aku harus bagaimana?” Ujung pena diketuk beberapa kali pada permukaan meja kala pria muda ini duduk di ruang dosen bersama beberapa dosen senior.Namun, bukan itu saja karena pembaruan pelaturan tidak kalah membuatnya khawatir. “Aku takut Dira nggak bisa tahan diri, aku takut dia kebablasan saat melawan Vika. Astaga ... kenapa gadis itu sangat garang.” Dia memegangi pelipisnya.Selesai kuliah, Nadira menemui Nathan di ruangannya. “Aku mau cari uang,” celetuknya dengan lunglai.Dahi Nathan berkerut heran. “Buat apa? Aku udah menafkahi kamu. Apa uangnya kurang?” Andai Nadira menjawab iya, Nathan tidak heran karena uang nafkah darinya tidak sepadan dengan makanan yang sehari-hari dikonsumsi istrinya di kehidupannya.“Bukan ..., tapi aku khawatir Dila nggak bayar. Aku punya firasat jelek!” Nadira meraung.Nathan segera menenangkan istrinya. “Kamu jangan khawatir, biar aku yang pikir
Nadira kembali ke kampus, saat inilah dia berpapasan dengan Andi-pria si pemilik kampus yang adalah ayahnya Vika, tetapi gadis ini tidak mengenali pria gembil itu hingga dia melengos begitu saja.Namun, Andi menjadikan sikap Nadira sebagai nilai minus. Lalu saat bertemu Vika, putrinya semakin menambah api peperangan dengan mengatakan jika atittude Nadila memang buruk.Andi segera mengumumkan pembaruan pelaturan kepada semua petinggi kampus, termasuk pada Nathan si dosen muda.‘Dengan ini saya menyatakan beasiswa mahasiswa tidak bersifat kekal selama tidak memiliki atittude baik walaupun mahasiswa tersebut berprestasi dan berpengaruh penting dalam pengembangan kesetaraan pendidikan di universitas ini.’Nathan membelalakan matanya sesaat setelah membaca isi dokumen yang dibagikan Andi lewat email. “Kenapa tiba-tiba Pak Andi merubah pelaturan berasiswa. Apa karena rumor tentang Dira yang katanya membully Vika?”Nathan tidak bisa tenang menghadapi hal ini. Chat segera dikirimkan pada Nadi
Nadira sedang mencuci piring dengan kikuk. “Emang dia kenapa?”“Vika mengaku dibully sama kamu.”“Hah!” Hampir saja piring dalam genggaman Nadira jatuh andai Nathan tidak cekatan. “Hati-hati dong ...,” ucap lembut Nathan selaras dengan sikapnya yang segera membantu Nadira menyimpan piring.Nadira menggosok tangan basahnya dengan kesal ke atas permukaan celemek. “Aku nggak lakuin apa-apa. Justru dia yang bully aku!”“Mungkin kamu ngelawan atau ada kata-kata yang menyinggung Vika.”“Apa sih, biasa aja kok!” Nadira menjatuhkan bokongnya dengan kesal di atas kursi kayu.“Coba kamu pikirin lagi. Karena kalo kamu nggak merubah sikap itu bahaya banget. Oh iya, kamu dikasih syarat buat mempertahankan beasiswa sampai akhir.”Seketika ujung mata Nadira memicing karena tertarik oleh kalimat Nathan. “Apa itu?”“Kamu harus belajar lebih giat sampai menggeser posisi Vika sebagai mahasiswi paling berpengaruh di kampus.”Nadira berdecak. “Dila emang ada di bawah Vika!”“Makannya, kamu harus lebih gi