Rava tertegun baru menyadari apa yang dia lakukan kepada Carla barusan bahkan, wanita yang ada di hadapannya ini sudah bergetar karena mendapatkan serangan dadakan dari pria yang bukan suaminya."Maaf, aku tidak sengaja melakukannya yang tadi itu kecelakaan Carla, kumohon jangan marah kepadaku," ucap Rava memohon.Carla mundur pelan-pelan ia tidak bisa menahan kedua kakinya berdiri pasca kejadian tadi. Berbalik, langsung lari menuju pintu lift meninggalkan Rava apalagi di lantai yang sama ada Victor dan Julia hingga pernafasannya tambah sesak."Semua pria sama saja," tangisnya dalam lift sambil mengusap wajahnya."Carla tunggu!" Sayangnya Carla sudah turun.Rava bergegas menuju tangga darurat dia tidak mau Carla pergi dari hidupnya apalagi Ozora sudah terlanjur sayang kepadanya.Tidak lama kemudian pintu terbuka Carla bingung cari pintu keluar karena banyak pengunjung yang berlalu-lalang di hadapannya."Tadi aku masuk dari mana?" batinnya."Ada yang bisa saya bantu Nona?" Petugas rese
Rava tidak mau Carla hilang arah apalagi saat ini ia mengalami guncangan karena bertemu dengan Victor Walt."Masuk Carla, kau tidak boleh seperti ini!" ujar Rava."Lepaskan aku Rava, jangan menyentuhku karena kau tidak berhak." Carla menyentak Rava hingga mereka berdua saling adu tatap.Carla berbalik namun masih satu selangkah ia jalan kesadarannya sudah hilang."Maaf Carla, saat ini aku harus melakukan sesuatu kepadamu." Rava membuat Carla pingsan lalu kembali membawanya ke hotel miliknya sendiri."Apa masih ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya petugas hotel Serafin tersebut."Kau boleh keluar dan terima kasih," balas Rava. Pelayan itu menunduk lalu pergi sambil menutup mulut bahwasanya Rava ada di hotel ini bersama dengan wanita asing.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam saatnya dia menghubungi Ozora agar bocah itu tidak menunggu mereka berdua."Halo ayah, kalian kenapa belum pulang dan ibu mana?" Rava tersenyum mendengar celoteh Ozora mampu membuat suasana hatinya tenang
Pintu kamar terbuka lebar mereka berdua saling adu tatap namun tidak ada yang membuka suara. Rava begitu saja masuk karena ponselnya tertinggal tanpa melirik Carla lagi. "Kau mau ke mana?" tanya Carla pelan. "Kamarku di sebelah kalau ingin sesuatu hubungi saja pelayan hotel." Setelah mengatakan itu Rava meninggalkan Carla. "Dia marah," batin Carla. Rava benar-benar tidak jadi ke kamarnya tapi bersandar di pintu sambil memejamkan mata. "Tenanglah Rava, wanita itu kapan pun bisa marah," ucapnya pelan. Carla sedari tadi mondar-mandir memikirkan Victor dan Julia Kefira pasti merayakan kemenangan untuk kedua kalinya. "Bodoh Carla, seharusnya jangan menandatangani surat itu." Carla baru menyesali perbuatannya setelah berpikir panjang. Beda dengan Rava dia memperhatikan dokumen baru kirim sekretaris Hardiman saham Carla sudah berpindah tangan. "Dia benar-benar mengambil saham Carla," ucap Rava kesal. Pria beranak satu itu tidak terlalu merespons soal saham Carla lalu kembali menut
Rava mengusap wajah Ozora penuh dengan kelembutan karena sebagai ayah dia harus memberikan perhatian khusus untuk anak semata wayangnya ini. Setelah memiliki ibu baru Rava berharap Ozora bisa tersenyum lagi seperti dahulu namun dia salah besar. Kehadiran Carla sama sekali tidak membuahkan hasil terhadap Ozora sangat menginginkan sosok ibu."Mau ikut dengan ayah!" ajak Rava."Kemana ayah? Ozora menangis nih," celotehnya.Rava begitu gemas melihat putrinya ini lalu dia menggendong keluar menuju ke mobilnya."Ayah mau kita ke taman," ucap Rava sambil memasangkan sabuk pengaman mobil."Asik main tanah," girangnya.Rava hanya tersenyum kecil lalu dia membawa mobil itu pelan-pelan karena taman tidak terlalu jauh dari kediamannya.Banyak pengunjung datang ayah dan anak itu juga gabung sambil bergandengan tangan."Kamu boleh bermain sepuasmu sayang," bisik Rava."Benarkah ayah?" tanya Ozora sambil menyentuh wajah tampan Rava yang kurang tidur."Ya sayang tapi ingat jangan jauh-jauh mainnya a
Carla diam melihat gundukan selimut yang menutupi seluruh tubuh Ozora di balik sana, terdengar suara tangisan."Nak, kau sudah tidur?" panggil Carla pelan."Ibu?!" pekik Ozora lalu dia berusaha untuk diam."Kau sudah tidur, Ozora?" panggil Carla lagi.Ozora membuka selimut dia menunduk tidak mau Carla melihat wajahnya yang sembab."Ozora mengantuk, Bu," lirihnya."Ibu minta maaf ya sudah hadir ditengah-tengah kalian." Ozora spontan langsung menatap Carla.Anak kecil itu tersentak dia tidak terima Carla mengatakan itu langsung menangis kuat."Ibu mau meninggalkan Ozora ya? Jangan pergi? Ozora akan menjadi anak yang baik!" Carla ingin tertawa melihat wajah mengiba Ozora padahal ia tadi hanya bercanda."Duduklah! Ibu mau bicara denganmu." Ozora menurut namun tidak berani menatap wajah Carla."Ibu mau apa?" tanya Ozora masih takut."Kamu menyukai ibu tidak?" Ozora diam termangu pertanyaan Carla membuat kepalanya berdenyut."Kalau ibu menyukai Ozora, tentu Ozora juga menyukai ibu." Carla m
Sarapan pagi berlangsung nikmat bahkan Rava sampai nambah dua kali hingga Carla dan Ozora tercengang."Apa yang kalian lihat?" tanya Rava datar."Nanti ayah gendut kalah terlalu banyak makan," celoteh Ozora. Rava merasa malu memilih minum karena Carla menertawakan dia juga. "Ayah akan pergi ke luar kota selama seminggu, Ozora bersama dengan ibu ya!" ucap Rava halus."Kenapa baru mengatakan sekarang ayah?" Ozora menunduk sedih tidak mau pisah selama itu."Ayah harus bekerja, lagi tahun depan kamu akan masuk ke sekolah," tambah Rava."Baiklah ayah," angguknya.Carla sebagai penyimak gelisah akan kepergian Rava kali ini bukan karena hal lain tapi mimpi itu telah menghantuinya. Rava sudah siap lalu menuju ke depan di antar Carla, Ozora serta pelayan memasuki kebutuhan sang majikan."Tunggu Rava! Ada yang ingin aku katakan kepadamu?" panggil Carla."Ada apa?" balas Rava tidak jadi masuk ke dalam mobil."Mbak, bisa bawa Ozora masuk ke dalam!" ucap Carla."Baik Nona." Ozora menurut karena t
Rava berpikir keras untuk mengetahui dalang balik kecelakaan yang menimpanya namun, pikirannya terbersit perkataan Carla sebelum dia berangkat."Dari mana Carla tahu aku akan mengalami kecelakaan?" batinnya.Suara klakson mobil dari jarak jauh mengagetkannya, Rava mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan langsungnya bersembunyi di balik batu besar."Kau sedang apa disini, Rava?" panggil Eritha muncul sendirian tanpa ada yang menemaninya."Eritha?" lirih Rava.Eritha terkejut melihat mobil Rava nyaris menjadi debu bahkan aroma tidak sedap membuat hidungnya sulit bernafas."Apa yang terjadi, Rava?" tanya Eritha panik."Aku kecelakaan," ucapnya dingin."Lalu, kau tidak apa-apa kan?" Eritha sangat sambil melihat Rava dari atas sampai kebawah bahkan tangannya ikut menyentuh tubuh kekar itu."Cukup Eritha! Aku baik?!" sentak Rava tepiskan tangan itu."Aku hanya memastikan keadaanmu? Sekali lagi cobalah buka hatimu kepadaku Rava, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu!" pinta Eritha halus.
"Sedang apa kau di sini, Rava?" tanya Eritha panik melihat wajah Rava yang terlihat dingin."Ini pulauku terserah mau ke mana kedua kakiku melangkah," balas Rava lalu menyerobot Eritha begitu saja.Eritha memandangi tubuh Rava sudah hilang balik pintu pagar besi itu kemudian dia juga masuk ke dalam.Angin malam semakin kencang apalagi hujan tetap turun membuat isi pulau berkabut."Oh dingin sekali," ucap Rava sambil memeluk tubuhnya.Rava membersihkan tubuhnya menggunakan air hangat tanpa dia sadari Eritha sudah menyelinap masuk ke dalam kamar."Malam ini kau harus kubuat takluk Rava," batinnya sambil menyapu seluruh ruangan terlihat rapi dan wangi.Suara percikan air dari kamar mandi sampai terdengar di luar, Eritha mendekat lalu menempelkan telinganya ke daun pintu."Rava sudah selesai mandi," ucapnya cepat lalu bersembunyi balik lemari.Tubuh Rava yang terlihat kekar, bersih membuat Eritha sampai telan ludah tidak kuat melihat pemandangan indah itu terpampang di hadapannya."Aku me